Sebanyak 511 item atau buku ditemukan

Wawancara Imajiner dengan Bung Karno

"""Maret 1978, menjelang Sidang Umum MPR di Jakarta, Wawancara Imajiner dengan Bung Karno diberedel oleh Soeharto bersama Buku Putih Mahasiswa dan tujuh surat kabar termasuk Kompas. Sekarang sudah 35 tahun sejak buku itu terbit, 42 tahun sejak Bung Karno wafat, dan 111 tahun sejak kelahirannya. Sementara, Soeharto pun sudah lengser dengan status mirip dan kualitas yang lebih ringan daripada penderitaan Bung Karno. Melalui komunikasi emosional dan interaksi intelektual, penulis kembali melakukan wawancara dengan Bung Karno terkait pelbagai topik menarik yang relevan dengan tantangan yang dihadapi nation state Indonesia dalam percaturan dan transformasi geopolitik abad ke-21. Bung Karno tentang Geopolitik: ""Transformasi geopolitik sedang melanda dunia. Revolusi Arab Spring, difasilitasi oleh jaringan sosial media, terjadi di luar pakem birokrasi otoriter. Ini tidak akan bisa dibendung oleh rezim mana pun atas nama apa pun. Revolusi demokratis ini akan berjalan dengan balapan pembangunan yang manusiawi tapi tetap efisien; efektif, tapi tidak mengulangi rezim otoriter. Itulah jalan tengah Pancasila yang mengharamkan ekstrem otoriter fasisme militer maupun diktator proletariat komunis yang mengabaikan kodrat hak milik individu yang harus dihormati. Negara dan pasar harus dikelola secara pas reaksi kimianya. Kalau negara menjadi predator yang mencekik, sama saja seperti Uni Soviet yang bisa mengirim Sputnik ke ruang angkasa, tapi gagal menyediakan sembako di supermarket. Tapi, kalau keserakahan pasar dibiarkan, terjadilah kegagalan pasar seperti krisis depresi dunia akibat bangkrutnya Wall Steet pada 1930, yang terulang lagi pada 2008 di AS dan pada 2010 di Eurozone."""

"""Maret 1978, menjelang Sidang Umum MPR di Jakarta, Wawancara Imajiner dengan Bung Karno diberedel oleh Soeharto bersama Buku Putih Mahasiswa dan tujuh surat kabar termasuk Kompas.

Megawati dalam Catatan Wartawan: Bukan "Media Darling" Biasa

Merujuk pada terminologi media darling, istilah itu bisa diartikan secara kata per kata sebagai kekasih media. Namanya seorang kekasih, apa pun yang dilakukan akan menjadi berita utama di media, paling tidak memperoleh porsi pemberitaan yang cukup luas. Bahkan secara ekstrem, entah benar atau salah yang dilakukan seorang tokoh, bila ia sudah berada di radar media dan dijadikan darling, tone pemberitaan akan cenderung positif. Media memaklumi apa yang dilakukannya. Dalam teori komunikasi, istilah media darling berkaitan dengan agenda setting, yaitu media memiliki kemampuan untuk membuat sebuah isu atau menjadikan seorang tokoh yang dinilai memiliki kelebihan untuk dipublikasikan terusmenerus. Ada hubungan timbal balik antara agenda yang dimiliki media dan perilaku audience. Bisa jadi seorang yang menjadi media darling berasal dari publik yang memang menghendaki munculnya calon alternatif. Namun tidak tertutup kemungkinan apa yang diagendakan oleh media, bila sudah diberitakan secara intensif, menjadi darling bagi media sekaligus darling bagi audience. Ketika menabur benih demokrasi di Indonesia pada era 1990-an, Ibu Megawati Soekarnoputri dijadikan darling oleh media. Dan kini, ia membuktikan bahwa dirinya bukan media darling biasa. Kalau sampai saat ini Ibu Megawati masih menjadi target media untuk mencari tahu keputusan apa yang akan diambil terkait dengan peristiwa politik, itu bukan karena ia seseorang yang mudah menceritakan sebuah rencana, tetapi karena Ibu Megawati bisa membuktikan konsistensinya dalam memperjuangkan Indonesia Raya.

Merujuk pada terminologi media darling, istilah itu bisa diartikan secara kata per kata sebagai kekasih media.

Intelijen Ekonomi

"""Pada masa lalu, pola hubungan antarnegara dunia yang bersifat bipolar didominasi oleh isu-isu geopolitik dan geostrategi, seperti pengembangan kekuatan militer serta hegemoni kekuasaaan antara satu negara dan negara lainnya. Namun saat ini globalisasi mengubah sifat pola hubungan itu menjadi ekonomis, dalam arti keamanan nasional suatu negara cenderung dilihat dari aspek kekuatan ekonominya, bukan dari kapabilitas militer dan persenjataannya. Kompleksitas globalisasi tersebut menciptakan tantangan yang khas bagi dunia intelijen dan sudah saatnya pengamat intelijen di Indonesia merespons hal itu dengan memusatkan perhatiannya pada perkembangan ekonomi nasional dan global. Masalah keamanan yang lebih bersifat ekonomis–seperti energi, ketahanan pangan, finansial, terorisme yang sangat asimetrik, perompakan, pembajakan, penyelundupan manusia, pencucian uang, dan bentuk-bentuk kejahatan transnasional lainnya–begitu kompleks sehingga memerlukan pendekatan informasi yang lengkap, menyeluruh, dan sempurna agar pemerintah dapat mengambil posisi yang tepat. Dalam hal ini, dukungan informasi intelijen ekonomi sebagai upaya early warning dan early detection yang tajam dan akurat sangat dibutuhkan agar langkah kebijakan pemerintah untuk meresponsnya tidak merugikan negara. Buku ini merupakan referensi yang amat bermanfaat bagi komunitas intelijen di segala bidang, baik dalam lingkup pemerintah maupun swasta, dalam memperluas wawasan agar mereka tetap mampu menjaga kepentingan nasional dan menjawab tuntutan perkembangan zaman. Di sisi lain, buku ini memberikan pemahaman kepada masyarakat luas tentang visi, misi, posisi, dan fungsi intelijen demi kepentingan keamanan masyarakat, bangsa, dan negara yang sering kali tidak mudah dilaksanakan mengingat berbagai risiko yang harus dihadapi."""

Jika dilihat dari orientasi kebijakan, dapat dikatakan bahwa ekonomi kerakyatan merupakan pengembangan dari ekonomi sosialis atau modifikasi dari sosialis. Sosialis murni berpendapat bahwa kapitalisme telah mengonsentrasikan kekuasaan ...

Politik ekonomi kerakyatan

Essays on socio-economic conditions and political situations in Indonesia after the Soeharto's regime.

Essays on socio-economic conditions and political situations in Indonesia after the Soeharto's regime.

Herbert Marcuse

"""Era kita ditandai oleh fakta pahit yang dibalut dengan manisnya permen. Semua faktor dalam masyarakat telah berpadu dan berfungsi sebagai anasir pendukung para penguasa kapitalis. Di tengah kepalsuan rasa nyaman dan aman dalam kemudahan dan kelimpahan materi, telah terjadi bencana kehancuran hakikat manusia sebagai pribadi. Alienasi dan represi mencapai klimaks. Melihat cengkeraman kekuasaan totaliter itu, Herbert Marcuse memaklumkan Perang Semesta, Great Refusal, terhadap penguasa kapitalis. Menurutnya, Kapitalisme harus diganyang dan masyarakat kapitalis mesti dilampaui agar terbit fajar baru kemanusiaan dan kebersamaan. Buku berat! Dicetak terbatas, hanya untuk para (calon) intelektual, aktivis pergerakan, dan pejuang humanis yang serius dan berdedikasi tinggi serta berkesadaran kritis!"""

Alienasi dan represi mencapai klimaks. Melihat cengkeraman kekuasaan totaliter itu, Herbert Marcuse memaklumkan Perang Semesta, Great Refusal, terhadap penguasa kapitalis.