Sebanyak 26 item atau buku ditemukan

Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah

Dengan buku ini, akan menjadi media untuk tetap memberikan kesempatan bagi mahasiswa yang mengikuti perkuliahan. Belajar tidak hanya sebatas dalam ruang yang tertutup dengan kehadiran guru sebagai fasilitator. Lebih dari itu, belajar dapat dimana saja dan dari mana saja. Tugas guru salah satunya, memberikan kesempatan bagi setiap warga belajar untuk senantiasa mendapatkan waktu belajar yang sesuai dengan kesempatan dan juga kesesuaian minat. Buku ini dimulai dengan semangat itu “memberikan kesempatan”. Maka, inilah wujud sebuah kolaborasi antara warga dalam kelas. Tidak hanya karena dosen, tetapi semua warga yang ada dalam kelas terlibat untuk turut memberikan kolaborasi. Buku ini menjadi bukti, bahwa dengan kerjasama dan kesatuan tujuan akan ada hasil yang diharapkan. Sebuah mitos selalu menjadi bagian dari kehidupan kita di Indonesia bahwa “kerja tim sebuah hal yang susah”. Mitos itu kemudian tidak menjadi momok dan penghalang dalam mengelola semua potensi kelas yang ada. Di tangan kita, buku ini menjadi bagian dari usaha untuk memberikan sumbangsih dengan adanya kerjasama maka selalu dapat mewujudkan capaian sesuai dengan tujuan bersama. Buku Pembelajaran bahasa arab di madrasah ini diterbitkan oleh penerbit deepublish dan tersedia juga versi cetaknya.

Namun tidak berarti bahwa ini dalam rangka menggeser kedudukan dan fungsi bahasa nasional maupun bahasa daerah. Dengan bahasa asing menjadi alat dalam penyampaian gagasan, ide dan pokok pikiran sehingga bangsa lain dapat memahami ...

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

Menurut Horisin (2007) bimbingan dan konseling sering dimaknai secara tidak tepat oleh sebagian orang bahkan oleh praktisi bimbingan konseling sendiri. Dengan kata lain sering muncul persepsi negatif tentang bimbingan konseling dari sebagian kepala sekolah, pengawas, pegawai, guru-guru, siswa bahkan guru pembimbing sendiri. Beberapa kesalahan itu menurut Prayitno (Tohirin 2007) yaitu : 1. Bimbingan dan koseling disamakan saja dengan pendidikan, sehingga bimbingan konseling tidak diperlukan kerena di sekolah telah tempat diselenggaralannya pendidikan, sehingga dengan sendirinya bimbingan konseling telah masuk kedalam proses pendidikan tersebut. Sekolah tidak perlu melaksanakan pelayanan bimbingan konseling secara mandiri, tetapi mantapkan saja pengajaran sebagai pelaksanaan nyata dari usaha pendidikan. 2. Bimbingan konseling dipisahkan dari pendidikan. Pelayanan bimbingan konseling dianggap harus benar-benar dilaksanakan secara khusus oleh tenaga-tenaga yang ahli dalam bidangnya dan secara nyata harus dibedakan dari praktik pengajaran dan pendidikan. 3. Guru pembimbing atau konselor di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah yang tugasnya menjaga dan mempertahankan tata tertib, disiplin dan keamanan sekolah. Anggapan tersebut muncul karena sering muncul fakta-fakta di mana guru pembimbing diberikan tugas mengusut perkelahian antar siswa, pencurian di kelas, mengintrogasi siswa yang bersalah dan menghukum siswa yang melakukan kesalahan. 4. Bimbingan konseling dianggap semata-mata proses pemberian nasihat. Selain pemberian nasihat, umumnya siswa membutuhakan hal lain sesuai dengan masalah yang dihadapinya, yang memerlukan pelayanan lain seperti pemberian informasi, penempatan, penyaluran, bimbingan belajar dan pelayanan khusus. 5. Bimbingan konseling dibatasi hanya menangani masalah yang bersifat insidental (waktu tertentu saja) yaitu pada saat siswa mendapatkan masalah. Padahal bimbingan konseling menjangkau dimensi waktu yang bukan hanya waktu sekarang, namun juga masa lalu dan masa yang akan datang, karena biasanya masalah yang dihadapi siswa sekarang ini berkaitan dengan masa lalu dan akan berdampak pada masa yang akan datang. 6. Bimbingan konseling hanya untuk siswa tertentu saja. Khusus pada anak-anak yang memiliki keistimewaan seperti karena warna kulit, status atau kekayaan. Hakikatnya bimbingan konseling diberikan kepada individu atau kelompok yang memerlukannya. Tidak boleh ada diskriminasi terhadap siswa dalam pelayanan bimbingan konseling. 7. Bimbingan konseling melayani orang sakit atau orang yang kurang normal adalah merupakan anggapan yang kurang tepat. Bimbingan konseling melayani orang yang normal dan sehat yang mengalami suatu masalah tertentu. Jika ada siswa yang mengalami masalah fisik (sakit) maka yang ia akan menjadi pasien dokter dan jika mengalami masalah psikis seperti gangguan jiwa yang atau stres maka sebaiknya menjadi pasien psikolog. 8. Bimbingan konseling bekerja sendiri. Hal tersebut merupakan anggapan yang keliru karena bimbingan konseling terintegrasi dengan program pendidikan dan pembelajaran lainnya di sekolah. Oleh karena itu guru pembimbing harus bekerja sama dengan orang-orang yang dapat membantu menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi sisiwa seperti bekerja sama dengan orang tua, guru, teman di sekolah dan di luar sekolah. 9. Konselor harus aktif dan siswa harus pasif adalah anggapan yang tidak tepat, karena proses pelayan bimbingan konseling bukan hanya menuntut keaktifan dari konselor, namun juga menuntut keaktifan dari siswa. 10. Bimbingan konseling dapat dilakukan oleh siap saja. Ini merupakan anggapan yang keliru karena pelayanan bimbingan konseling dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan yang mengikuti teori, tujuan, metode dan asas tertentu. Oleh karena itu pelayanan bimbingan konseling tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. 11. Bimbingan konseling berpusat pada keluhan saja, juga merupakan anggapan yang keliru, karena pemberian layanan bimbingan konseling memang diawali dengan melihat gejala atau keluhan awal yang disampaikan oleh siswa. Tetapi seorang konselor apabila pembahasanya dikembangkan, sering kali ternyata masalah yang sebenarnya lebih kompleks dari yang disampaikan oleh keluhan pertama siswa, sehingga pemberian bantuan harus dipusatkan kepada masalah yang sebenarnya. Konselor harus mampu menyelami sedalam-dalamnya masalah siswa yang sebenarnya. 12. Bimbingan konseling harus memiliki hasil yang harus segera dilihat. Anggapan tersebut adalah merupakan anggapan yang keliru, karena pelayanan bimbingan konseling berkenaan dengan aspek-aspek psikis dan tingkah laku, yang tidak semudah membalik telapak tangan, yang kemungkinan hasil bimbingan tidak langsung terlihat. 13. Bimbingan konseling menggunakan pemecahan masalah yang sama kepada semua siswa. Padahal sebenanya setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lain. Masalah yang sama dialami oleh dua orang yang berbeda kemungkinan akan menuntut cara pemecahan yang berbeda. 14. Bimbingan konseling memusatkan pada pengunaan instrumen. Ini merupakan anggapan salah karena instrumen hanyalah merupakan alat bantu dalam melakukan bimbingan konseling. Intrumen tersebut tidak boleh mengganggu, menghambat bahkan melumpuhkan usaha pelayanan bimbingan konseling. Artinya dengan instrumen atau tampa instrumen , usaha bimbingan pelayanan bimbingan konseling tetap harus dilakukan.

Bimbingan dan koseling disamakan saja dengan pendidikan, sehingga bimbingan konseling tidak diperlukan kerena di sekolah telah tempat diselenggaralannya pendidikan, sehingga dengan sendirinya bimbingan konseling telah masuk kedalam proses ...

Pengantar Filsafat Ilmu: Bintang Pustaka

Buku ini merupakan referensi terkait dengan filsafat ilmu. Juga dapat dijadikan sebagai pelengkap dalam kaitan dengan aktivitas perkuliahan. Tidak saja semata-mata terkait dengan filosofi ilmu pengetahuan, tetapi perlu dilengkapi dengan etika pengetahuan. Disusun untuk menjadi bahan awal dalam diskusi pengantar filsafat ilmu. Merupakan proses diskusi yang awalnya berasal dari bangku kuliah di pascasarjana dalam pengalaman kedua penulis. Hanya saja, tidak ditujukan terbatas untuk perkuliahan tetapi juga dapat dijadikan sebagai referensi khalayak ramai. Kesempatan menuliskan aktivitas tersebut, tak lepas dari dukungan dari mahasiswa dan juga kolega di kedua perguruan tinggi masing-masing penulis, Universitas Muslim Indonesia, dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sorong.

Buku ini merupakan referensi terkait dengan filsafat ilmu.

EVALUASI PEMBELAJARAN SOSIOLOGI

Evaluasi pembelajaran, fungsi evaluasi pembelajaran, prosedur evaluasi pembelajaran, jenis evaluasi pembelajaran, evaluator evaluasi pembelajaran, intrumen tes objektif evaluasi pembelajaran, instrumen tes subjektif evaluasi pembelajaran, instrumen non tes evaluasi pembelajaran, penskoran tes domain kognitif evaluasi pembelajaran, penskoran tes domain afektif evaluasi pembelajaran, penskoran tes domain psikomotorik evaluasi pembelajaran, penskoran klasikal evaluasi pembelajaran, penilai valuasi pembelajaran, penilaian kognitif, psikomotorik, afektif dalam valuasi pembelajaran

program belajar dengan kemampuan yang telah dimiliki siswa, Contohnya penempatan dalam suatu jurusan IPA, IPS atau IPB. 2. Jenis evaluasi pembelajaran dilihat dari sasarannya evaluasi, terdiri dari empat, yaitu: a.

Belajar & Pembelajaran

Dalam belajar mengajar hal yang terpenting adalah proses, karena proses inilah yang menentukan tujuan belajar akan tercapai atau tidak tercapai. Ketercapaian dalam proses belajar mengajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut baik yang menyangkut perubahan bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif). Dalam proses belajar mengajar ada banyak faktor yang memengaruhi tercapainaya tujuan pembelajaran, di antaranya: pendidik, peserta didik, lingkungan, metode/teknik, serta media pembelajaran. Pada kenyataannya, apa yang terjadi dalam pembelajaran sering kali terjadi proses pengajaran yang berjalan dan berlangsung tidak efektif. Banyak waktu, tenaga, dan biaya yang terbuang sia-sia sedangkan tujuan belajar tidak dapat tercapai bahkan terjadi noises dalam komunikasi antara pengajar dan pelajar. Hal tersebut di atas masih sering dijumpai pada proses pembelajaran selama ini. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Di sisi lain, pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, tenaga pendidik mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan, juga dapat memengaruhi perubahan sikap, serta keterampilan seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Adapun pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik. Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreativitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar.

Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Buku Belajar & pembelajaran ini diterbitkan oleh penerbit deepublish dan tersedia juga versi cetaknya.

MODEL PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

Buku “Pembelajaran Bahasa Arab” adalah sebuah pengantar dalam memahami proses belajar-mengajar bahasa Arab. Pembelajaran bahasa Arab sebagai bagian dari aktivitas untuk lebih memahami tentang keislaman. Untuk itu, memahami bahasa Arab merupakan awal dari pemahaman ajaran Islam itu sendiri. Tidaklah akan sempurna keislaman seorang muslim tanpa pemahaman bahasa Arab. Pada titik inilah kemudian pembelajaran bahasa Arab menjadi sebuah keperluan untuk dilaksanakan.

Pada titik inilah kemudian pembelajaran bahasa Arab menjadi sebuah keperluan untuk dilaksanakan. Buku Model pembelajaran Bahasa Arab ini diterbitkan oleh penerbit deepublish dan tersedia juga versi cetaknya.

PENGANTAR EKONOMI ISLAM

Ekonomi Islam sendiri dibangun atas dasar agama Islam, karenanya ia merupakan bagian yang tak terpisahkan (integral) dari agama Islam. Islam adalah sistem kehidupan (way of life), dimana Islam telah menyediakan berbagai perangkat aturan yang lengkap bagi kehidupan manusia secara menyeluruh, mulai dari akan tidur sampai tidur kembali, seperti halnya dalam aturan ekonomi. Buku yang ada di tangan anda ini telah berisikan tentang aturan pada ekonomi islam secara tematik, sistematis dan terstruktur, adapun kandungan yang ada pada buku ini berisikan pembahasan mengenai: Mengapa harus ekonomi Islam, sejarah pemikiran ekonomi Islam, sistem ekonomi Islam, perbedaan ekonomi Islam, kapitalis& sosialis, konsep uang dalam Islam, akad dan transaksi dalam Islam, akad yang dilarang dalam Islam, teori produksi, distribusi & konsumsi dalam Islam, teori permintaan & penawaran dalam Islam, bentukbentuk pasar, riba, zakat, lembaga keuangan bank syariah, lembaga keuangan non-bank syariah, uang elektronik (electronik money), dan pasar modal syariah.

Ekonomi Islam sendiri dibangun atas dasar agama Islam, karenanya ia merupakan bagian yang tak terpisahkan (integral) dari agama Islam.

Kepemimpinan Transformatif Pendidikan Islam: Gontor, Kemodernan, dan Pembelajaran Bahasa

Gontor menjadi salah satu nama yang menjadi lambang dikenalnya Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG). Justru nama lokasi pondok lah yang kemudian mayshur dibandingkan nama resminya sendiri. Sebagai pelopor pendidikan Islam modern di Indonesia, Gontor memiliki tempat spesial bagi dunia pesantren. Pola yang dikembangkan dalam proses pendidikan Gontor menginspirasi lembaga pendidikan lain dalam melakukan percontohan. Pendidikan Islam modern yang dikenal saat ini dalam khazanah Indonesia tidak lepas dari Gontor yang memulai istilah dan model awal dan justru kini berkembang, serta menjadi suatu corak tersendiri bagi madrasah Indonesia. Baik pengembangan yang berlangsung secara kelembagaan dari Gontor sendiri, maupun jaringan alumni yang mendirikan pesantren dengan mengadopsi model Gontor dalam manajemen pesantren. Sampai saat ini, Gontor sudah menjangkau sampai ke wilayah Aceh, dan jaringan pesantren alumni tersebar sampai ke timur Indonesia.

... (2) Pengajaran bahasa Arab dan Inggris dilaksanakan dengan metode langsung (direct method) tanpa terjemah ke dalam bahasa daerah atau Indonesia; (3) Menjadikan bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa pengantar pembelajaran dan ...