Sebanyak 14 item atau buku ditemukan

PENGEMBANGAN KARAKTER KEBANGSAAN DAN KARAKTER WIRAUSAHA MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH ( TF-6M)

Wads Worth publishing Company Chyssolouris, G, et.al, (2016), The Teaching Factory; A Manufacturing Education Paradigm, LMS, Dept. Of Mechanical Engineering & Aeronautics University of Patras Greece ... Quantum Learning. Bandung: Kaifa.

Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Strategi pembelajaran ini berisi mengenai hal-hal yang penting dilakukan berkaitan dengan kompetensi pedagogi seorang guru, di antaranya adalah kemampuan menyusun strategi dalam memilih model, metode, media, mengelola kelas dan strategi mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran dengan tujuan untuk pencapaian kompetensi yang diharapkan sesuai standar proses, standar penilaian dan standar kompetensi lulusan di dalam Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani ini diterbitkan oleh Penerbit Deepublish dan tersedia juga dalam versi cetak

Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani ini diterbitkan oleh Penerbit Deepublish dan tersedia juga dalam versi cetak

Pembelajaran Mikro

Pembelajaran mikro pertama kali ada pada tahun 1963 di Amerika guna mempersiapkan para calon guru agar memiliki kemampuan mengajar yang baik dan profesional. Dengan pembelajaran mikro diharapkan para calon guru mampu menguasai keterampilan dasar mengajar sebagai bekal mereka dalam praktek mengajar sesungguhnya. Akan tetapi pada perkembangannya, pembelajaran mikro tidak hanya dipraktekan oleh para calon guru saja, melainkan dapat dipergunakan oleh para guru yang telah mengajar disekolah sebagai sarana untuk memberikan penguatan kompetensi serta sarana untuk mengujicobakan berbagai metode, pendekatan, teknik serta strategi belajar mengajar yang dimiliki oleh para guru. Dengan demikian, dengan adanya buku ajar pembelajaran mikro ini dapat mengoptimalkan pemahaman mahasiswa terhadap mata kuliah yang diajarkan serta dijadikan sebagai acuan belajar dalam meningkatkan aktivitas dan kemampuan belajar mahasiswa.

Kegiatan roses dengan prosedur pembelajaran lancar Dalam sesuai dan
dengan Prosedur berhasil mikro, hakikat Pembelajaran agar baik, pembelajaran
dalam maka harus proses Mikro mikro mengikuti pelaksanaannya itu sendiri.

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Dakwah IAIN Pontianak Tahun 2017

Revitalisasi Dakwah Pinggiran: Penguatan Profesionalitas Da’i dan Infrastruktur Dakwah

Nawacita Pemerintah Republik Indonesia 2014-2019, sesungguhnya sangat menarik untuk dikembangkan dalam dakwah Islam. Mengingat kondisi umat Islam saat ini di Indonesia yang cenderung menurun secara kuantitas, bahkan mungkin juga kualitasnya. Sembilan point yang diprioritaskan dalam ‘Nawacita’ pemerintah, pada dasarnya merupakan point-point yang harus menjadi perhatian umat Islam. Salah satu point penting dalam program ini adalah point ke-3, yaitu: “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan”. Terkait dengan masalah dakwah, “Dakwah Pinggiran” adalah sebuah konsep dakwah yang berorientasi pada aksi nyata di masyarakat yang sulit dijangkau. Kata “Pinggiran” di sini dikonotasikan dalam dua makna, yaitu: pertama makna yang bersifat geografis dan kedua makna yang bersifat sosiologis. Secara georafis, umat Islam tersebar di mana-mana, bahkan lebih banyak yang berada di pelosok desa. Akan tetapi sampai sejauh ini, keberadaan mereka belum tersentuh oleh para da’i profesional dan infrastruktur yang baik. Sementara secara sosiologis, tidak sedikit umat Islam yang terpinggirkan di tengah gemerlapnya kehidupan perkotaan. Akibatnya, banyak umat Islam di Indonesia yang mengalami proletarianisme secara sistematis terstruktur. Angka statistic dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 menunjukkan bahwa dalam kurun waktu per-sepuluh tahun, prosentase umat Islam Indonesia turun rata-rata 1,14 % dalam 30 tahun terakhir. Hal ini tidak sejalan dengan pertumbuhan penduduk Indonesia yang rata-rata sebesar 1,49 % pertahun. Kondisi ini diperparah oleh masifnya gerakan stigmatisasi Islam dari berbagai penjuru dunia, yang menempatkan Islam sebagai “common enemy” yang harus dibasmi. Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di Negara-negara Eropa (yang penduduknya banyak yang mengalami Islamophobia), justru pertumbuhan umat Islam meningkat luar biasa. Seperti dilansir oleh Oasemuslim.com, bahwa pada tahun 2010 total penduduk Muslim di Eropa mencapai 6% dari 3 dekade sebelumnya (1990) yang hanya 4% saja. Bahkan diproyeksikan akan bertambah menjadi 8% lebih pada tahun 2030 mendatang. Ironisnya, Indonesia yang dikenal sebagai Negara Muslim terbesar dunia, justru mengalami penurunan dalam kuantitasnya. Persoalan penurunan kuantitas ini, bukan tidak mungkin disebabkan oleh degradasi atau sekadar stagnasikualitas para da’i/daiyah yang terjadi di dalam, sehingga dakwah Islam tidak berkembang dengan baik di negeri ini. Sehingga, hal ini perlu diselesaikan segera oleh umat Islam, baik secara individu maupun secara kelembagaan. Dalam rangka mengangkat kembali posisi umat Islam di mata dunia dan masyarakat Indonesia, diperlukan sebuah upaya bersama yang sistematis dan terstruktur. Cara yang ditawarkan di sini terdiri dari 2 (dua) hal, yaitu: 1) menguatkan profesionalitas Sumber Daya Insani para Da’I/Daiah; dan, 2) membangun infrastruktur dakwah secara layak dan tertata.

Dengan semakin bertambahnya jumlah jamaah melalui proses ikrar Islam ... dan pembentukan lembaga keuangan syariah Baitul Maal wa Tamwil(BMT) Al Muhajirin.