Sebanyak 228 item atau buku ditemukan

Klarifikasi Al-Quran Atas Berita Hoaks

Hoaks adalah informasi yang tidak berdasarkan fakta atau data, melainkan tipuan dengan tujuan memperdaya masyarakat dengan model penyebaran yang masif. Penyebaran berita palsu atau hoaks, bagaimanapun bentuk, cara, dan alasannya tidaklah dapat dibenarkan. Fenomena sosial perilaku penyebaran berita hoaks banyak direkam dalam Al-Quran; bermula pada kisah Nabi Adam dan Hawa yang teperdaya oleh berita hoaks yang disampaikan iblis tentang ‘pohon keabadian’ hingga mengakibatkan terusirnya Nabi Adam dan Hawa dari surga. Juga pada kisah Fir’aun, sang penguasa yang membuat berita hoaks dan membentuk opini publik tentang Nabi Musa yang katanya ingin mengkudeta sang penguasa dan mengusir rakyatnya. Selanjutnya, ternyata pada tubuh umat Islam pun tak terhindar dari bentuk penyebaran berita hoaks yang dilakukan oleh orang-orang munafik, contoh yang sangat viral dan menjadi trending topic pada masanya dengan hashtag hadits al-ifk, yakni kisah istri Nabi Muhammad saw., ‘Aisyah r.a. Beliau di tuduh dengan tuduhan yang sangat keji tanpa ada kesempatan untuk mengklarifikasi berita hoaks tersebut, hingga Allah SWT membersihkan namanya dan menerangkan siapa sang penyebar berita hoaks tersebut. Bahkan orang mukmin pun tak luput dari penyebaran berita hoaks, yakni al-Walid bin Uqbah, karena keterburu-buruannya dalam menyimpulkan apa yang dilihatnya dan hampir saja menimbulkan peperangan. Dalam konteks saat ini, fenomena prilaku penyebaran hoaks, umat Islam tentunya mesti merujuk kembali kepada sistem nilai yang dimiliki, yaitu Al-Quran yang kaya akan khazanah historis dan tentunya sarat dengan pesan moral di dalamnya. Buku ini mencoba mengulas secara rinci wawasan Al-Quran terkait berita hoaks, selain mengungkap term atau istilah berita hoaks, memaparkan secara historis sederet kronologi fenomena sosial perilaku berita hoaks; motif serta dampak dan ancaman perilaku hoaks, tentunya Al-Quran pun menawarkan solusi––fungsinya sebagai huda li al-nas, yakni petunjuk bagi manusia; kompas dalam berkehidupan––menyikapi berita hoaks.

Hoaks adalah informasi yang tidak berdasarkan fakta atau data, melainkan tipuan dengan tujuan memperdaya masyarakat dengan model penyebaran yang masif.

TAFSIR AYAT-AYAT AL-QURAN TENTANG KONSEP METODE PEMBELAJARAN (PANDUAN PENGEMBANGAN METODE PEMBELAJARAN)

Secara eksplisit maupun implisit, dalam al-Quran dan al-Hadits menggariskan bahwa metode pembelajaran setiap manusia tidak sama, terkadang manusia belajar dengan cara meniru, atau dengan cara praktis dan mencoba, atau belajar dengan cara pembiasaan dan pengkondisian, atau belajar dengan cara berpikir. Selain itu, belajar sebaiknya dimulai dari yang paling mudah dipahami. Kegiatan pembelajaran memerlukan metode yang tepat dan beragam, sehingga pembelajaran berlangsung secara lebih efektif dan efisien dan tidak membosankan. Pemilihan metode pembelajaran yang digunakan dilakukan berdasarkan tujuan dan bahan pelajaran, kondisi peserta didik, kemampuan pendidik, ketersediaan media dan sumber belajar, serta kondisi lingkungan. Dengan demikian, seyogyanya seorang pendidik yang baik akan selalu mencari sarana dan metode pendidikan yang dapat membantu peserta didik untuk mencapai potensi maksimalnya.

Konsep Teori Belajar Dalam Islam Perspektif Al-Quran Dan Hadits. Jurnal TA'DIB: Jurnal Pendidikan Islam, 6(1), 212-223. doi: 10.29313/tjpi.v6i1.2319. Izzan, A. & Saehudin. (2016). Hadis Pendidikan: Konsep Pendidikan Berbasis Hadis.

MAKNA AYAT-AYAT AL-QURAN DALAM FENOMENA PENYEMBUHAN KESURUPAN (STUDI LIVING QUR’AN PADA KESENIAN KUBROSISWO BINTANG MUDO DI PRINGSURAT TEMANGGUNG)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kesenjangan antara teori-teori mengenai fenomena penyembuhan dengan ayat-ayat Al-Qur’an jika dibandingkan dengan fakta-fakta penyembuhan orang kesurupan pada pertunjukan kesenian Kubrosiswo Bintang Mudo. Di satu sisi, kajian-kajian yang ada melihat fenomena penyembuhan dari pendekatan fungsional, sedangkan di sisi lain, fenomena tersebut pada dasarnya dapat dipandang sebagai manifestasi simbolik kebudayaan yang berelasi dengan pemahaman mistisme kesurupan dan Ayatayat Al-Qur’an. Oleh sebab itu, penelitian ini berangkat dari pertanyaan, apa sebenarnya makna fenomena penyembuhan kesurupan pada pertunjukan kesenian Kubrosiswo Bintang Mudo dalam konteks simbolik tersebut? Metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu qualitative research dengan langkah-langkah: pengumpulan data, reduksi data, analisa data dan sintesa. Adapun pendekatan yang digunakan, yaitu semiotika yang berangkat dari anggapan bahwa fenomena kebudayaan pada dasarnya adalah simbol, yang mana sebagai “teks-teks” kebudayaan dapat diberikan makna atasnya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penyembuhan kesurupan pada hakikatnya adalah bertemunya dua pemahaman kekuatan, yaitu kekuatan hitam (bathil) yang bersumber dari setan dan kekuatan suci (haq) yang bersumber dari Allah. Keberhasilan penyembuhan kesurupan menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an adalah bentuk simbolik ditundukkannya kekuatan yang bathil oleh kekuatan yang haq. Ini menjadi bentuk penegasan sebuah kekuasaan yang dominatif, sebab manusia sebagai insan biasa dengan kelemahan dalam wadah fisiknya, ketika menyerahkan diri kepada Tuhan, maka diyakini tidak ada kekuatan bathil yang mampu menyakiti. Dengan kata lain, penyembuhan kesurupan merupakan manifestasi simbolik keluhuran keimanan manusia kepada Sang Pencipta.

... ekonomi, hal ini dianggap sebagai alternatif pengobatan yang cukup murah dibandingkan dengan pengobatan modern atau ... Hadis 6 Farid Hasan.