Sebanyak 116 item atau buku ditemukan

Pengantar E-Commerce

Materi dalam buku ini diharapkan akan memberikan informasi dan membuka mata dan pikiran kita akan perkembangan e-commerce yang luar biasa di Indonesia bahkan dunia. Sehingga kita sebagai bagian dari masyarakat dunia akan bisa mengambil manfaat dan ikut menikmati perkembangan tersebut. Pada buku ini terdiri dari 15 (lima belas) bab, yaitu: Bab 1 Pengenalan Konsep Dasar E-Commerce Bab 2 Elemen-Elemen dan Cara Kerja Internet Bab 3 Manfaat dan Perkembangan E-Commerce Bab 4 Infrastruktur E-Commerce Bab 5 Sistem Transaksi E-Commerce Bab 6 Sistem Pembayaran Untuk E-Commerce Bab 7 Strategi Pengembangan E-Commerce Bab 8 Faktor Keberhasilan dan Hambatan E-Commerce Bab 9 Keamanan E-Commerce Bab 10 Supply Chain Management Dalam E-Commerce Bab 11 Tools Internet Marketing Bab 12 Model Bisnis dan Proses Bisnis E-Commerce Bab 13 Solusi dan Keberlanjutan E-Commerce Bab 14 Etika dan Aspek Hukum E-Commerce Bab 15 Model dan Aplikasi E-commerce lainnya

Masyarakat kini lebih memilih yang serba instan, dengan pemanfaatan media elektronik dan internet kegiatan transaksi secara elektronik seperti online shopping, online banking, dll akan lebih mudah dan tidak membutuhkan waktu seperti ...

Seindah Kata Ikhlas (StarBlue)

Samudera Book

Seperti layaknya dalam surah Al-Ikhlas. Tak ada kata Ikhlas di dalamnya, tetapi selalu disebut ikhlas. Begitu juga dengan Vika. Seorang gadis sederhana yang pindah ke Kota Kuningan, kota di mana gadis itu dilahirkan. Bagaimana rasanya jika hubungan yang telah terjalin beberapa tahun, mendadak menjadi hambar bahkan ternyata sudah dikhianati? Bahkan dihadirkan seseorang hingga membuat Vika dan sang pacar harus berpisah karena sang ayah memintanya untuk menikah dengan sosok pemuda agamis tersebut. Apakah hubungannya dengan sang pacar bisa berlanjut? Apakah pengkhianatan sang pacar bisa dimaafkan? Apakah rencana pernikahan yang sudah dijanjikan akan terwujud? Apakah Ikhlas bisa hadir dalam hidupnya, atau malah sebaliknya? Apakah ia bisa menerima keputusan sang ayah dan takdir dari Sang Kuasa? Semuanya akan terjawab di dalam kisah Ikhlas dengan bingkai penuh kisah kasih asmara.

Seperti layaknya dalam surah Al-Ikhlas.

GENERASI TRANSISI & TURBULENSI POLITIK

(Catatan Kritis Anak Bangsa)

Membaca buku berjudul Generasi Transisi dan Turbulensi Politik (Catatan Kritis Anak Bangsa) yang ditulis oleh saudara Mahmud dan Mu’min Boli ini, mampu membawa setiap pembacanya pada suatu perspektif yang luas, kritis dan konstruktif dalam memandang fenomena ekonomi-politik, sosial-budaya, sampai pada berbagaimacam persoalan kekinian khususnya di bidang kesehatan dan lingkungan hidup, dimana persoalan-persoalan tersebut semakin mempertegas arah kepentingan dan keberpihakan penguasa negeri saat ini. Buku yang terdiri dari 4 (empat) bagian ini memiliki daya tarik tersendiri karena menyajikan diskursus yang kritis terhadap berbagai persoalan bangsa Indonesia saat ini yang tersaji baik dalam ruang praktik politik lokal/daerah maupun nasional dan sejatinya ini adalah sebuah realitas yang tidak ternafikan. Diksi “turbulensi” yang digunakan oleh penulis adalah pilihan yang tepat untuk mendeskripsikan situasi politik Indonesia dewasa ini, di mana goncangan dan distabilitas praktik dan orientasi politik itu benar-benar terlihat sangat jelas dan nyata di mata publik. Orientasi politik bukan lagi untuk kepentingan kemanusiaan, tetapi berubah ke arah penghambaan kepada kepentingan oligarki. Namun demikian, dalam situasi turbulensi politik saat ini rakyat juga sudah semakin bijak dalam melihat fenomena perpolitikan Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan semakin merosotnya kepercayaan publik terhadap eksistensi partai politik yang berkorelasi dengan merosotnya kepercayaan publik terhadap kineja Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang idealnya sebagai saluran aspirasi rakyat. Turbulensi politik adalah ekses dari salah kaprah atau gagal pahamnya penguasa dan kaum elit politisi dalam memahami dan menterjemahkan demokrasi. Demokrasi sebagai antitesa dari otokrasi, sebagai sebuah sistem politik yang memberikan kedaulatan kepada rakyat dalam menentukan nasib dan masa depan bangsanya justru telah dipraktikkan secara ugal-ugalan, serampangan dan sembrono sehingga menjerembabkan demokrasi pada jurang keterpurukan, demokrasi Indonesia tidak lagi berwajah arif dan bijak melainkan kriminil. Faktanya politik uang (money politic), black campaign dan berbagai fenomena kegaduhan lainnya masih sering terjadi dalam konteks atau ruang praktek politik di Indonesia. Politik yang berbiaya sangat mahal dapat dipastikan berkonsekwensi pada tindakan melacurkan idealisme dan menggadaikan kepentingan rakyat demi sebuah kekuasaan. Sikap pragmatis dan oportunis kaum elit politisi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh kalangan borjuasi dan oligarki untuk terus mengintervensi kebijakan pemerintah demi penguasaan terhadap sumber-sumber perekonomian yang salah satu pintu masuknya adalah melalui regulasi (undang-undang). Saat ini kita lihat dan saksikan hadir serangkaian produk perundang-undangan seperti undang-undang No. 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan undang-undang No. 3 tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, tentu masih banyak regulasi lainnya yang dibuat oleh pemerintah dalam hal ini DPR dan Presiden yang terindikasi kuat adalah titipan atau pesanan dari kepentingan pemodal dan kaum elit yang berada dalam lingkaran kekuasaan. Terlebih ditambah lagi saat ini sedang ramai diperbincangkan oleh publik soal indikasi kejahatan korupsi melalui proyek Polymerase Chain Reaction (PCR) yang menyeret beberapa nama menteri kabinet Jokowi diantaranya adalah Luhut Binsar Panjaitan (Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi) dan Erick Thohir (Menteri BUMN). Sehingga lagi-lagi situasi ini menambah deretan persoalan yang muncul pada kepemimpinan Presiden Jokowi selama kurun waktu 7 (tujuh) tahun terakhir ini. Wacana (issue) penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power) di lingkaran istana ini tentunya sangat mencengangkan bagi kita semuanya di tengah ratusan juta rakyat Indonesia masih harus berjibaku, tajuh bangun berjuang lepas dan terbebas dari hantaman Covid-19 dan tuntutan percepatan pemulihan situasi ekonomi Nasional. Dalam keasyikan elit pemerintah memanfaatkan situasi pandemic selama kurun waktu kurang lebih 20 (duapuluh) bulan ini untuk menancapkan hegemoni kekuasaannya, pemerintah malah terkesan abai pada kewajibannya untuk menjamin kesejahteraan rakyat miskin dan pengangguran yang jumlahnya semakin meningkat. Di sisi yang lain dengan hadirnya undang-undang Cipta Kerja dan undang-undang Minerba selain hanya untuk kepentingan oligarki juga mengancam kondisi kelestarian lingkungan hidup, ditambah lagi dengan ketidakberpihakan pemerintah terhadap pengembangan sektor pertanian yang dibuktikan dengan tingginya nilai inport pangan dari luar negeri yang dipastikan sangat merugikan petani Indonesia, situasi ini disempurnakan dengan pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui serangkaian cara mulai dari revisi undang-undang KPK pada tahun 2019, Tes Wawasan Kebangsaan (TWK) yang membuat cita-cita terwujudnya perintahan yang bersih (clean government) dan pemerintahan yang baik (good governance) akan semakin sulit terwujud, sebaliknya yang nampak adalah kinerja birokrasi semakin semrawut dan disorientasi. Sekali lagi situasi ini menegaskan bahwa cengkraman oligarki baik oligarki ekonomi maupun oligarki politik sudah sangat mengakar dan kuat di Negara ini. Arogansi kekuasaan yang anti kritik adalah parameter yang jelas menggambarkan jalan mundur demokrasi Indonesia. Turbulensi politik adalah tantangan (challenge) sekaligus peluang (opportunity) bagi kebangkitan kembali gerakan mahasiswa Indonesia hari ini. Situasi bangsa dan Negara yang sedemikian rupa tengah mengalami kemunduran luar biasa ini harus mampu diberikan jawaban, solusi dan jalan keluarnya oleh gerakan mahasiswa dan pemuda yang lahir dari elemen organisasasi pelajar, mahasiswa (intra dan ekstra kampus) dan pemuda yang keberadaannya merupakan representasi masyarakat sipil (civil society) dan untuk terus menegaskan eksistensinya dalam realitas sosial tidak saja sebagai agen perubahan (agent of change), kekuatan moral (moral force) dan kontrol sosial (social control), tapi lebih maju sebagai pemimpin perubahan (leader of change). Pelajar, mahasiswa dan pemuda dituntut untuk terus melakukan perjuangan pembelaan terhadap kaum marjinal yang tertindas demi tegaknya keadilan, kesejahteraan, dan kemanusiaan. Meskipun dewasa ini, tidak sedikit mahasiswa dan pemuda juga masih diperhadapkan dengan stereotip negatif terhadap gerakan yang digagasnya. Sehingga menjadi sangat penting untuk segera meluruskan persepsi atau stigma pesimis tersebut dengan menghidupkan kembali semangat gerakan yang telah lama mati suri, menghidari polarisasi dan kooptasi serta penguatan konsolidasi penyatuan visi dan misi yang sama dalam membangun gerakan perubahan. Itulah tugas dan tanggungjawab generasi transisi yang hidup pada era disrupsi (disruption) seperti sekarang ini, era di mana teknologi semakin maju dan persaingan global semakin menguat. Olehnya itu, hanya dengan karakter kritis, konstruktif dan solutif, genarasi ini akan mampu menentukan masa depan bangsa dan Negara Indonesia menjadi lebih bermartabat. Berangkat dari pandangan di atas, buku yang ada di tangan pembaca ini juga berhasil mengeksplorasi situasi dan kondisi gerakan mahasiswa kekinian sampai pada gambaran tentang dinamika yang hadir pada ruang politik kampus dan diskursus yang berkembang dalam dunia kemahasiswaan. Tentunya sebagai bentuk kritik dan autokritik terhadap realitas gerakan mahasiswa adalah hal yang positif dan perlu diapresiasi. Menariknya buku ini mencoba untuk menilik lebih jauh pada konteks gerakan yang lahir dan dibangun oleh Himpunan Mahasiswa Islam yang merupakan organisasi kemahasiswaan terbesar dan tertua yang ada di Indonesia dan masih eksis sampai saat ini. Adanya harapan akan lahir kader-kader intelektual progressif-transformatif dari pengader-pengader revolusioner adalah impian dan cita-cita yang harus segera dapat diwujudkan melalui serangkaian upaya rekonstruksi aktivitas perkaderan di HMI yang semakin kritis, konstruktif dan solutif demi menjawab berbagaimacam problematika umat di era post truth. Di sisi yang lain kebutuhan membangun konsolidasi penguatan HMI dalam rangka mewujudkan tatanan masyarakat yang di ridhai Allah Swt sebagai tujuan mulia HMI harus segera dilakukan. Sebagai penutup, sekali lagi turbulensi politik terjadi karena adanya problem kepemimpinan nasional. Turbulensi politik sebagai realitas saat ini juga sekaligus menjadi tantangan bagi generasi transisi. Pandangan-pandangan kritis dari penulis telah tersaji dengan sangat baik di dalam buku ini, olehnya itu selamat membaca. Affandi Ismail Hasan (Ketua Umum PB HMI Periode 2020-2022)

Membaca buku berjudul Generasi Transisi dan Turbulensi Politik (Catatan Kritis Anak Bangsa) yang ditulis oleh saudara Mahmud dan Mu’min Boli ini, mampu membawa setiap pembacanya pada suatu perspektif yang luas, kritis dan konstruktif ...

EVALUASI HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Buku yang ada di tangan pembaca ini disusun didorong oleh beberapa faktor. Pertama, setelah penulis menyelesaikan program doktor maka agar ilmu yang diperoleh tidak hilang maka perlu diikat dengan menulis buku. Kedua, fakta pengalaman di lapangan masih banyak dijumpai penyelenggaraan ujian yang tidak menggunakan soal atau instrumen tes yang terstandar dan tidak memenuhi kaidah teori penyusunan instrumen tes. Ketiga, buku ini dicetak dengan dorongan bahwa pahala yang tidak terputus adalah ilmu yang bermanfaat. Susunan buku ini sesuai dengan kerangka pengembangan tes dan kekuatan buku ini terletak pada lengkap serta detailnya analisis tes baik dengan teori klasik maupun teori respon butir

Buku yang ada di tangan pembaca ini disusun didorong oleh beberapa faktor.

Aliran-aliran Filsafat & Etika

Buku Aliran-aliran Filsafat dan Etika ini, merupakan upaya penulis mempersembahkan kontribusi positif sekaligus menawarkan alternatif kolaborasi aliran filsafat Barat dengan Islam. Demi pemahaman komprehensif tentang pokok bahasan, bagian awal buku ini dijadikan wadah pemaparan segala sesuatu yang berkaitan dengan pengetahuan dasar tentang filsafat. Setelah itu, didasari dengan sistematika kronologi waktu, penulis mulai membawa menikmati puncak pemikiran para filsuf besar. Dengan luwes, beliau membawa kita untuk menemukan benang merah yang mengindikasikan kontinuitas pemikiran yang menghubungkan satu zaman ke zaman berikutnya, dari satu filsuf besar ke filsuf besar lainnya. Pemaparan mendalam tersebut yang kemudian dikolaborasikan dengan berbagai pemikiran falsafi Al-Qur’an untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif tapi juga kritis. Buku persembahan penerbit PrenadaMediaGroup

Buku Aliran-aliran Filsafat dan Etika ini, merupakan upaya penulis mempersembahkan kontribusi positif sekaligus menawarkan alternatif kolaborasi aliran filsafat Barat dengan Islam.

The History of al-Tabari Vol. 24

The Empire in Transition: The Caliphates of Sulayman, 'Umar, and Yazid A.D. 715-724/A.H. 97-105

In this volume, which covers the caliphates of Sulayman, 'Umar II, and Yazid II, al-Tabari provides vivid and detailed accounts of the events spanning the period from 97-105/715-724. We listen to the stirring speeches of Qutaybah b. Muslim, in which he urges his followers to renounce their allegiance to Sulayman; are present at the disastrous third and final attempt to take Constantinople; watch from behind the scenes as Raja'b. Haywah skillfully engineers the accession of 'Umar II; and follow the remarkable career of Yazid b. al-Muhallab, first as governor and conqueror, then as prisoner, and finally as rebel. Throughout this volume we observe the struggle of the Umayyad regime to maintain control over a rapidly expanding but increasingly dissatisfied subject population. Governors are appointed and dismissed with dizzying rapidity, administrative boundaries are drawn and redrawn, Arab tribesmen express dissatisfaction with the diminishing rewards of military conquest, non-Arab converts chafe at the differential treatment they receive, and religious opponents revolt in the name of "the Book and the Sunnah." Important in their own right, the events of this period provide an essential key to a proper understanding of the 'Abbasid revolution that lay just over the horizon. A discounted price is available when purchasing the entire 39-volume History of al-Tabari set. Contact SUNY Press for more information.

The Empire in Transition: The Caliphates of Sulayman, 'Umar, and Yazid A.D. 715-724/A.H. 97-105 Muhammad ibn Yarir al- Tabari, ?abar?, Mu?ammad Ibn-?ar?r a?- ?abar? ... Da'wah refers to propaganda for an 'Abbasid descendant of the ...

Logic in Earliest Classical India

The last two decades of Indological research have led to a marked increase in the investigation logic in India, especially in the earliest period of classical India. A panel of senior and junior scholars from America, Asia, and Europe, all specialists working in this area, was concerned at the 12th World Sanskrit Conference, held in Helsinki in the summer of 2003. This volume contains not only their papers, which address both philosophical and philological matters pertaining to logic as propounded in texts from this period, but also an introduction designed to permit non-specialists, whether non-Indologists or non-philosophers, to learn about Indian logic in its infancy.

Reasoning ( tarka ) is the means recommended to him with respect to ( i.e. , for ) coming to the right settlement in a law suit : * after deliberation ( abhyūhya ) by means of tarka he should bestow a conclusion 8 “ according to the ...

A Logic for Correct Program Development

The rules of inference ( allowing validity to be extended to other specifications ) are formulated as a set of refinement rules that describe legal reasoning steps in formal developments . A successful development begins with a problem ...