Sebanyak 61 item atau buku ditemukan

Madrasah Dan Profesionalisme Guru Dalam Arus Dinamika Pendidikan Islam Di Era Otonomi Daerah

Di Indonesia, negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, madrasah seperti halnya juga pondok pesantren memiliki peran yang tidak bisa diabaikan hingga kini. Secara historis, madrasah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang lahir dari kesadaran kritis kalangan umat Islam di awal abad ke-20M. Kesadaran kritis tentang ketertinggalan umat Islam Tanah Air di tengah cengkeraman kuat kolonialisme Belanda dan ketatnya penetrasi zending Kristen melahirkan madrasah sebagai lembaga penting pembangunan kehidupan umat Islam.ÊNamun dalam perkembangannya, madrasah menemukan beragam tantangan yang tidak sedikit. Mulai dari dinamika keilmuan yang menuntutnya mempertahankan sikap adaptif atas perkembangan zaman hingga perhatian pemerintah yang dinilai sangat jauh dibanding perhatian yang diberikannya pada sekolah-sekolah umum. Terlepas dari beragam tantangan yang dihadapi, madrasah tetap berjalan dan mempertahankan kontribusinya dalam kehidupan masyarakat Muslim di Tanah Air hingga kini. Buku ini merupakan kompilasi tulisan Kang Dede yang pernah dipresentasikan atau dipublikasikan di sejumlah kesempatan. Karena itu, jika ditemukan kesamaan atau pengulangan, karya ini tidak dimaksudkan sebagai self-plagiarism. Alih-alih demikian, karya ini merupakan bagian dari ikhtiar kontekstualisasi sekaligus penegasan gagasan tentang perlunya pengembangan madrasah dan penguatan profesionalisme guru sebagai bagian penting dalam pengembangan pendidikan di Tanah Air. *** Persembahan penerbit Kencana (PrenadaMedia)

Khusus untuk pendidik, diperkuat lagi dengan UU Nomor 14 Tahun 2005 yang meregulasi profesionalisme guru dan dosen, karena keduanya merupakan unsur utama pendidikan. Pada akhirnya, visi menjadi bangsa mandiri, maju adil dan makmur akan ...

MANAJEMEN PENDIDIKAN TERPADU PONDOK PESANTREN DAN PERGURUAN TINGGI (STUDI MULTISITUS DI MA’HAD DALWA BANGIL DAN PONDOK NGALAH PURWOSARI PASURUAN)

Pondok pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam khas Indonesia yang didirikan oleh masyarakat. Dalam perkembangannya, sebagian pondok pesantren berupaya merespon tuntutan dan perkembangan zaman dengan melakukan modernisasi dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan formal mulai dari tingkat PAUD sampai perguruan tinggi, sedangkan sebagian lainnya tetap bertahan dengan karakteristiknya yang asli sebagai lembaga pendidikan tafaqquh fi al-din (pendalaman agama) yang hanya fokus pada penguasaan kitab-kitab kuning. Pondok pesantren yang berupaya memadukan keduanya inilah yang kemudian populer dengan sebutan pondok pesantren terpadu. Di antara pondok pesantren yang seperti itu adalah PP Darullughah Wadda’wah Bangil atau yang biasa dikenal dengan Ma’had Dalwa dan PP Ngalah Purwosari Pasuruan atau yang biasa dikenal dengan Pondok Ngalah. Oleh karena itu, menarik untuk diteliti lebih lanjut guna menganalisis dan menemukan konsep maupun model pendidikan terpadu pondok pesantren dan perguruan tinggi di kedua tempat tersebut dan implikasinya terhadap peningkatan mutu lulusannya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian multisitus, proses pengumpulan data dan analisis datanya dilakukan dalam dua tahap yaitu analisis data situs tunggal yaitu situs I dan situs II yang masing-masing terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: (1) data reduction (2) data display (3) verification/ conclusion. Setelah itu dilakukan analisis lintas situs sehingga diperoleh temuan penelitian substantifnya. Pada bagian pembahasan, temuan tersebut didialogkan dengan teori dan temuan sebelumnya sehingga melahirkan temuan formalnya. Pada akhirnya, penelitian ini berkesimpulan bahwa konsep pendidikan terpadu yang digagas oleh Ma’had Dalwa Bangil dan Pondok Ngalah Purwosari terdiri dari dua macam konsep yaitu konsep pendidikan terpadu “sistemik” dan “organik”. Yang sistemik berupa gagasan yang ingin memadukan seluruh komponen dalam sistem pendidikan yang ada di kedua lembaga tersebut mulai dari perpaduan tenaga pendidik dan kependidikannya, peserta didiknya, kurikulumnya, dan sarana dan prasarananya, sedangkan yang organik ingin memadukan aspek tata nilai kepesantrenannya yang menjadi ruh dari pendidikan di pondok pesantren itu sendiri dengan tata nilai dan budaya akademik di perguruan tingginya. Kedua konsep pendidikan terpadu tersebut melahirkan dua model pendidikan terpadu yaitu “model struktural” dan “model kultural”. Model struktural adalah model sintesis sistemik dengan memanfaatkan struktur kelembagaannya, sedangkan model kultural adalah model sintesis organik dengan penciptaan kultur atau budaya yang kondusif bagi proses internalisasi dan reaktualisasi nilai-nilai spiritualitas dan intelektualitas. Pada akhirnya, kedua model tersebut telah berimplikasi pada peningkatan mutu lulusannya baik pada aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilannya.

Alasan lainnya adalah karena pengelolaan pendidikan informal tersebut juga tidak diserahkan kepada lembaga tertentu melainkan di bawah komando langsung pengasuh pondok secara pribadi. Jadi pendekatan pendidikannya memang sangat ...