Sebanyak 17975 item atau buku ditemukan

Paradigma Islam Rahmatan Lil Alamin

Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Ia mencakup berbagai hal, melingkupi segala dimensi kehidupan. Dalam konteks pendidikan, Islam berarti proses pencerdasan secara utuh, as a whole, dalam rangka mencapai sa’adatuddarain, kebahagiaan dunia akhirat. Dari segi politik, Nabi Muhammad Saw. mengajarkan kemerdekaan bagi umat yang tertindas. Nabi mengingatkan hak-hak serta tanggung jawab mereka menjadi umat yang melek politik, hingga mereka menjadi umat yang senantiasa berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam dimensi kultural, Nabi mengajarkan umat agar bebas dari tradisi taqlid buta, yakni meniru adat nenek moyang tanpa menggunakan akal kritisnya. “Tidaklah beragama orang yang tidak menggunakan akal pikirannya,” sabdanya. Sebagai seorang penekun pendidikan, buku Prof. Abdurrahman Mas’ud, M.A., Ph.D. ini bisa dikatakan sebagai rekaman intelektual atas realitas yang terjadi. Ia meresponsnya dari bilik-bilik kampus, dari panggung-panggung seminar, workshop, dan secara rutin buah pikirannya juga dituangkan di berbagai surat kabar, majalah maupun jurnal ilmiah. Ia tidak hanya menyorotinya secara kritis tetapi juga memberikan jalan keluar dengan berlandaskan pada ajaran-ajaran Rasulullah Saw. Meskipun buku ini sifatnya tematis dan problematikanya pun beragam, namun, buku ini mempunyai kekuatan tersendiri, yakni kemasan yang menarik dalam menyajikan gagasan secara terfokus, aktual dan kritis.

Sebagai seorang penekun pendidikan, buku Prof. Abdurrahman Mas’ud, M.A., Ph.D. ini bisa dikatakan sebagai rekaman intelektual atas realitas yang terjadi.

Berkah Islam Indonesia

ISLAM adalah agama dakwah. Agama yang menuntun umatnya (muslim) untuk bisa mengajak kebaikan kepada segenap umat manusia di semesta alam. Begitulah tugas Muhammad pasca 'dilantik' oleh Allah menjadi utusan-Nya (Rasulullah). Sebagai Rasul, Muhammad saw., diberi wahyu bukan hanya untuk dirinya, melainkan juga untuk orang lain, umatnya di dunia. Jalan dakwah rahmatan lil’âlamîn adalah jalan dakwah yang dipilih Muhammad saw., yakni jalan dakwah yang merahmati (mengasihi) alam semesta. Begitu juga dengan para ulama (wali songo, kiai, ustaz, dan pemuka agama lainnya) di Indonesia, mereka memilih jalan dakwah yang damai, sekaligus bisa memadukan antara dimensi keislaman dan keindonesiaan. Dakwah Islam Indonesia pun dilanjutkan Gus Dur (Alm. KH. Abdurrahman Wahid), Cak Nur (Alm. Prof. Dr. Nurcholish Madjid), Prof. Dr. Ahmad Syafi'i Ma'arif, Prof. Dr. M. Quraish Shihab, Dr. KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), Emha Ainun Najib (Cak Nun), dan termasuk oleh Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A., bersama Mamang Muhamad Haerudin melalui buku ini, “Berkah Islam Indonesia: Jalan Dakwah Rahmatan Lil-'âlamîn.” Buku ini akan menunjukkan jalan Islam yang merangkul, bukan Islam yang memukul. Islam yang mengasihi, bukan Islam yang membenci. Islam yang mengapresiasi, bukan Islam yang mendiskriminasi. Islam yang pluralis, bukan Islam yang rasis. Selamat membaca!

Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A., bersama Mamang Muhamad Haerudin melalui buku ini, _Berkah Islam Indonesia: Jalan Dakwah Rahmatan Lil-'âlamîn._ Buku ini akan menunjukkan jalan Islam yang merangkul, bukan Islam yang memukul.

Islam rahmatan lil ' alamin

berasal dari Arab tapi Islam bukan Arab

Melalui buku ini Gus Muwafiq menjabarkan dengan jelas perjalanan wahyu Allah swt. yang diturunkan melalui para nabi dan rasul hingga pada tujuan akhirnya, yaitu Islam rahmatan lil'alamin.

Buku khutbah Jumat

menebar perdamaian, membumikan Islam rahmatan lil alamin

Paradigma Pendidikan Islam Nusantara

Kajian Nilai-Nilai Pendidikan dalam Serat Wulang Reh

Jika ada pertanyaan, apakah mungkin karya-karya dari leluhur bangsa dapat dijadikan fondasai paradigma pendidikan Islam? Jawabannya iya sangat mungkin. Kita harus punya suara dalam menafsirkan kearifan bangsa sebagaimana negara-negara lain menafsirkan kearifan bangsanya. Bahkan Imam Al-Ghazali, panutan ulama kita, dipengaruhi oleh kultur dan peradaban Persia, karena memang beliau adalah orang Persia. Imam Al-Ghazali mengagumi karakter pemimpin mereka yang adil, yaitu Raja Anusyarwan, yang hidup dan berkuasa di masa Rasulullah Saw terlahir ke dunia. Dalam satu karyanya tentang etika politik berjudul at-Tibru-I-Masbuk fi Nashihati-l-Muluk, menampilkan Raja Persia itu sebagai suri Teladan bagi umat Islam karena keadilannya. Bayangkan, ini adalah ulama selevel Imam Al-Ghazali sendiri yang menampilkan ilmu Persianya, ilmu negerinya, dalam membicarakan etika dan moral politik. Pengalaman Persia yang memiliki pengalaman keadilan dalam politik juga patut disuarakan karena memang sesuai dengan misi Islam di dunia, yakni menyebarkan keadilan dan kebaikan (Islam rahmatan lil’alamin). Nah, dari sini dapat dipahami bahwa mengapa ulama-ulama kita, raja-raja nusantara dulu, menampilkan ilmu nusantara, suara-suara peradaban nusantara untuk diangkat dalam membicarakan berbagai persoalan kehidupan, salah satunya adalah pendidikan.

Jika ada pertanyaan, apakah mungkin karya-karya dari leluhur bangsa dapat dijadikan fondasai paradigma pendidikan Islam?