Seorang designer yang menggunakan font Comic Sans MS dalam karyanya akan dicemooh, dimarginalkan, dan langsung diisolasi, dihakimi hasil karyanya buruk dan tidak berkualitas hanya karena menggunakan font tersebut. Font Comic Sans MS telah menjadi ajang pemarginalan yang meluas dan kebencian tersebut diajarkan di lembaga-lembaga sekolah, universitas, banyak asosiasi dan organisasi designer mencerca, melarang penggunaan font Comic Sans MS ini tanpa mengetahui benar ada kepentingan apa di baliknya dan bagaimana hal ini dapat terjadi. Banyak para designer sepakat bahwa penggunaan font Comic Sans MS harus dilenyapkan di muka Bumi ini. Kebencian dan pemarginalan terhadap font Comic Sans MS seolah tiada akhir, apalagi yang menggunakan font tersebut adalah seorang comic artist, dipastikan walaupun cerita dan gambarnya di atas rata-rata, tetapi saat komik karyanya menggunakan font Comic Sans MS, habis sudah dijadikan sasaran pemarginalan dan kebencian melalui system hegeformaslavery ini.
Seorang designer yang menggunakan font Comic Sans MS dalam karyanya akan dicemooh, dimarginalkan, dan langsung diisolasi, dihakimi hasil karyanya buruk dan tidak berkualitas hanya karena menggunakan font tersebut.
Ada banyak kebingungan dalam tatabahasa di Bahasa Indonesia. Pertama acuan tatabahasa ini dulu disebut dengan nama EjaanYang Disempurnakan (EYD) kemudian pada tahun 2017 diperbarui dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang dirangkum dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Pemilihan kata ejaan pada panduan baku Ejaan Bahasa Indonesia dan tetap menggunakan kata Ejaan Bahasa Indonesia menjadi tidak mengena pada inti permasalahan yaitu tentang tatabahasa (grammar) Indonesia. Selain tidak tepat memberikan tatabahasa dengan istilah ejaan. Tatabahasa Indonesia juga memiliki banyak kekurangan secara logika dan struktur bila dibandingkan dengan Bahasa Inggris yang menjadi acuan bahasa internasional untuk keperluan memudahkan translasi dan interpretasi makna (interpreting). Terlebih lagi ada banyaknya istilah-istilah (idioms) yang memerlukan pemahaman khusus tentang budaya suatu negara dalam menginterpretasikan ke Bahasa Indonesia dan atau sebaliknya ke dalam Bahasa Inggris dan atau ke bahasa asing lainnya. Studi ini memberikan usulan perbaikan pada tatabahasa (grammar), logika, makna, dan penyebutan nama baku untuk “Tatabahasa Indonesia” menggantikan “Ejaan Bahasa Indonesia”.
Pemarginalan adalah pengucilan dalam segala bentuk yang merugikan kepada seseorang dan atau kepada suatu komunitas yang dilakukan oleh seseorang dan atau oleh komunitas lainnya dalam skala relatif besar dan atau kecil secara terstruktur ataupun tidak. Sedangkan Implikasi adalah konsekuensi logis yang dipastikan terjadi sebagai impak, akibat, dan memiliki efek samping berikutnya yang tidak dapat terelakkan dari suatu keputusan tertentu. Sila kesatu dari Pancasila “Ketuhanan Yang Maha Esa” memiliki implikasi pemarginalan secara terstruktur terhadap sila lainnya, secara terstruktur karena ditempatkan sebagai dasar negara dengan urutan nomor satu, penempatan dalam urutan tersebut secara mental mempunyai kekuatan terkuat untuk menggerakkan pikiran dan aksi seseorang dan atau aksi suatu komunitas yang menerapkan sila tersebut. Penulis dalam studi ini memberikan bukti-bukti secara nyata sebagai hasil implikasi sila pertama dari Pancasila tersebut dalam kehidupan bernegara yang dilakukan oleh pemerintah dan rakyat di Indonesia dari waktu ke waktu serta usulan solusi dari penulis agar pemarginalan terstruktur tidak terjadi lagi di masa depan.
Sila kesatu dari Pancasila “Ketuhanan Yang Maha Esa” memiliki implikasi pemarginalan secara terstruktur terhadap sila lainnya, secara terstruktur karena ditempatkan sebagai dasar negara dengan urutan nomor satu, penempatan dalam urutan ...
Melanjutkan penelitian sebelumnya tentang "Story Waveform Model sebagai Alternatif Lebih Baik dari Story Mountain Model dalam Mendesain Cerita Agar Lebih Mudah," yang terpublikasi di An1mage Jurnal Studi Kultural [1]. Kali ini peneliti berfokus pada mengapa banyak pengarang cerita fiksi mengalami writer’s block, salah satu potensinya adalah kekurangan dalam menggali konflik dalam suatu cerita yang digarapnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif serta observasi sekaligus keterlibatan aktif penulis dalam kelompok sampling di Komunitas Pembuat Cerita Indonesia (KPCIN) dalam WA Group Inovel dengan publikasi aktif karya komunitas inovel salah satunya di majalah An1magine dan publikasi novel digital di marketplace seperti Play Store,Google Play, Google Book, dan inovel marketplace itu sendiri. Kecenderungan adanya writer’s block bukan karena ketidakmampuan membuat cerita, atau tidak memiliki ketrampilan membuat cerita, tetapi terkadang lebih sering terjadi karena penulisnya tidak ada semangat untuk melanjutkan karena cerita dianggap belum menarik oleh pembuatnya, juga bukan karena tidak memiliki waktu untuk melanjutkannya, juga bukan karena tidak ada komitmen untuk menyelesaikannya, tetapi lebih banyak karena keadaan mental di mana tidak ada sesuatu yang menarik untuk melanjutkannya. Penelitian ini menjawab salah satu potensi writer’s block yang ada serta memberikan beberapa potensi solusi yang membantu para pengarang agar bangkit lagi dalam menyelesaikan ceritanya karena semangat baru yang dimilikinya.
Melanjutkan penelitian sebelumnya tentang "Story Waveform Model sebagai Alternatif Lebih Baik dari Story Mountain Model dalam Mendesain Cerita Agar Lebih Mudah," yang terpublikasi di An1mage Jurnal Studi Kultural [1].