Sebanyak 2 item atau buku ditemukan

Komunikasi dan Agenda Penyadaran

Kritik, Teori, dan Metodologi

“Buku ini merupakan hasil studi penulisnya mengenai Theodor W. Adorno, salah seorang tokoh terkemuka Sekolah Frankfurt generasi pertama. Selain mengikuti kritik Adorno pada kebudayaan modern, buku ini membangun sebuah interpretasi baru tentang sumbangan dari Adorno terhadap upaya peningkatan kapabilitas komunikasi masyarakat supaya tak mudah tergerus proses komodifikasi. Buku ini ingin mengatakan bahwa kehidupan otentik manusia melampaui kepentingan-kepentingan yang ditawarkan proses komodifikasi.” --Mikhael Dua-- Filsuf & Dosen Pusat Pengembangan Etika, Fakultas Psikologi Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta “Buku ini mengurai pemikiran kritis Adorno dalam kajian dan praktik komunikasi dengan perspektif yang berbeda dari pendekatan teori komunikasi mainstream, yang membahas tentang keterpengaruhan khalayak pada unsur-unsur dalam proses komunikasi. Buku ini, dari aspek metateori ilmu, yakni kepentingan ilmu pengetahuan, hendak menawarkan perspektif yang berbeda dari perspektif umum baik itu dalam teori dan metode pada kajian komunikasi. Apabila selama ini kajian (buku) tentang komunikasi didominasi kepentingan kognisi, buku ini hendak menawarkan perspektif berbeda, yaitu kepentingan emansipatoris.” --Andi Mirza Ronda-- Dosen Program Studi Doktor Ilmu Komunikasi, Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid

“Buku ini merupakan hasil studi penulisnya mengenai Theodor W. Adorno, salah seorang tokoh terkemuka Sekolah Frankfurt generasi pertama.

Sinterklas

Natal dalam Jerat Kapitalisme

“Sinterklas” bukanlah artefak yang bersumber dari dogma atau doktrin Agama Kristen, melainkan produk bisnis yang merupakan bagian dari penyusupan ideologi kapitalisme; ideologi ini pun berhasil menunggangi tradisi lembaga agama demi kepentingan segelintir pemilik modal. Dominasi SINTERKLAS dalam perayaan Natal pun mengalahkan nilai Kelahiran Yesus sebagai tokoh sentral dalam perayaan Natal. Dengan demikian, Sinterklas serta segala atributnya bukan bagian dari Kristenisasi, melainkan murni aktivitas KAPITALISME. Inilah manifestasi pergeseran kesadaran keberagamaan manusia modern yang selalu dipentaskan di atas panggung kebudayaan populer dalam bentuk simbol-simbol religius, yang pada gilirannya dapat menjadi “perayaan hampa makna”, karena Natal digeser dengan hadiah, perayaan, hiburan keagamaan (religiotainment), serta Santa, bukan lagi Yesus, yang kelahirannya adalah untuk menyelamatkan manusia dari penderitaan.

Dominasi SINTERKLAS dalam perayaan Natal pun mengalahkan nilai Kelahiran Yesus sebagai tokoh sentral dalam perayaan Natal.