Sebanyak 2 item atau buku ditemukan

Proceedings International Conference on Guidance and Counseling 2017 (ICGC‟17)

Multicultural Guidance & Counseling

Buku ini merupakan Buku Prosiding yang diselenggarakan oleh Jurusan Bimbingan Konseling Islam (BKI) Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) IAIN Pontianak pada tahun 2017. Multicultural Guidance and Counseling merupakan salah satu pendekatan yang dapat dilakukan dalam proses pemberian konseling baik di dunia pendidikan, sosial dan masyarakat. Pendekatan Multikultural ini memberikan dampak positif bagi masyarakat Indonesia yang multi etnis, agama dan lain-lain yang homogen dari berbagai hal. Pentingnya penerapan konseling multikuktural ini, dapat untuk mengatasi ragam kehidupan yang ada. Hal ini menjadikan penerimaan terhadap keragaman yang menyangkat nilai-nilai, sistem, kebiasaan dan lain-lain. Permasalahan yang ada dapat diatasi dengan pendekatan konseling multikultural yang tepat. Sebagai Keynote Wraiters dalam buku ini adalah Ibu Dr. Salwa Mahalle (Institut Pendidikan Sultan Hasanal Balkiah, Brunai Darussalam), Bapak Md. Noor bin Saper (Universitas Pendidikan Sultan Idris, Malaysia), Ibu Dr. Hesti Nurrahmi, M.Pd (Institut Agama Islam Negeri Pontianak, Indonesia).

Sebagai Keynote Wraiters dalam buku ini adalah Ibu Dr. Salwa Mahalle (Institut Pendidikan Sultan Hasanal Balkiah, Brunai Darussalam), Bapak Md. Noor bin Saper (Universitas Pendidikan Sultan Idris, Malaysia), Ibu Dr. Hesti Nurrahmi, M.Pd ...

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Dakwah IAIN Pontianak Tahun 2017

Revitalisasi Dakwah Pinggiran: Penguatan Profesionalitas Da’i dan Infrastruktur Dakwah

Nawacita Pemerintah Republik Indonesia 2014-2019, sesungguhnya sangat menarik untuk dikembangkan dalam dakwah Islam. Mengingat kondisi umat Islam saat ini di Indonesia yang cenderung menurun secara kuantitas, bahkan mungkin juga kualitasnya. Sembilan point yang diprioritaskan dalam ‘Nawacita’ pemerintah, pada dasarnya merupakan point-point yang harus menjadi perhatian umat Islam. Salah satu point penting dalam program ini adalah point ke-3, yaitu: “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan”. Terkait dengan masalah dakwah, “Dakwah Pinggiran” adalah sebuah konsep dakwah yang berorientasi pada aksi nyata di masyarakat yang sulit dijangkau. Kata “Pinggiran” di sini dikonotasikan dalam dua makna, yaitu: pertama makna yang bersifat geografis dan kedua makna yang bersifat sosiologis. Secara georafis, umat Islam tersebar di mana-mana, bahkan lebih banyak yang berada di pelosok desa. Akan tetapi sampai sejauh ini, keberadaan mereka belum tersentuh oleh para da’i profesional dan infrastruktur yang baik. Sementara secara sosiologis, tidak sedikit umat Islam yang terpinggirkan di tengah gemerlapnya kehidupan perkotaan. Akibatnya, banyak umat Islam di Indonesia yang mengalami proletarianisme secara sistematis terstruktur. Angka statistic dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 menunjukkan bahwa dalam kurun waktu per-sepuluh tahun, prosentase umat Islam Indonesia turun rata-rata 1,14 % dalam 30 tahun terakhir. Hal ini tidak sejalan dengan pertumbuhan penduduk Indonesia yang rata-rata sebesar 1,49 % pertahun. Kondisi ini diperparah oleh masifnya gerakan stigmatisasi Islam dari berbagai penjuru dunia, yang menempatkan Islam sebagai “common enemy” yang harus dibasmi. Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di Negara-negara Eropa (yang penduduknya banyak yang mengalami Islamophobia), justru pertumbuhan umat Islam meningkat luar biasa. Seperti dilansir oleh Oasemuslim.com, bahwa pada tahun 2010 total penduduk Muslim di Eropa mencapai 6% dari 3 dekade sebelumnya (1990) yang hanya 4% saja. Bahkan diproyeksikan akan bertambah menjadi 8% lebih pada tahun 2030 mendatang. Ironisnya, Indonesia yang dikenal sebagai Negara Muslim terbesar dunia, justru mengalami penurunan dalam kuantitasnya. Persoalan penurunan kuantitas ini, bukan tidak mungkin disebabkan oleh degradasi atau sekadar stagnasikualitas para da’i/daiyah yang terjadi di dalam, sehingga dakwah Islam tidak berkembang dengan baik di negeri ini. Sehingga, hal ini perlu diselesaikan segera oleh umat Islam, baik secara individu maupun secara kelembagaan. Dalam rangka mengangkat kembali posisi umat Islam di mata dunia dan masyarakat Indonesia, diperlukan sebuah upaya bersama yang sistematis dan terstruktur. Cara yang ditawarkan di sini terdiri dari 2 (dua) hal, yaitu: 1) menguatkan profesionalitas Sumber Daya Insani para Da’I/Daiah; dan, 2) membangun infrastruktur dakwah secara layak dan tertata.

Dengan semakin bertambahnya jumlah jamaah melalui proses ikrar Islam ... dan pembentukan lembaga keuangan syariah Baitul Maal wa Tamwil(BMT) Al Muhajirin.