Sebanyak 2 item atau buku ditemukan

Epistemologi Islam

Hujjah al-Islam Abu Hamid Muhammad al-Ghazali (w.1111), tidak saja Êmengakui empiris, rasio, intuisi dan otoritas sebagai sumber pengetahuan, sebagaimana epistemologi modern, tetapi ia menunjukkan keniscayaan superioritasÊladunniyÊ(ilham-wahyu) dan otoritas (wali-nabi) dalam pengetahuan dan kebenaran. la mengembalikan pengetahuan dan kebenaran itu kepada sumbersegalasumber pengetahuan yaitu AllahÊal-Haqqal-Mubin. Ragam pengetahuan itu kemudian disusun secara hierarkis dalam struktur ilmu pengetahuannya, dengan menempatkan marifah sebagai puncaknya, dengan marifah al-Dzat, sebagai muara akhir segala macam pengetahuan dan kebenaran. Realitas akhir tersebut hanya bisa dicapai oleh para waliyullah. Saat kesadaran benar-benar tersita oleh aI-fardaniyyah al-mandlah, maka terjadilah fang bahkan fang Mereka tenggelam dalam baqa yang secara kurang tepat disebut hulul oleh al-Hal laj dan ittihad oleh Abu Yazid al-Busthami. Bagi mereka yang telah lama pada rnaqam ini menurut al-Ghazali, akhirnya akan dapat meneguhkan kembali dualitas yang semula sirna, sehingga tercapailahÊwahdat al-syuhud. Dua pendekatan ditawarkannya untuk mencapai berbagai jenis pengetahuan yang ada, yaitu: al-insaniy (pendekatan humanistik) dan al-talim al-rabbaniy (pendekatan transendental). Pendekatan pertama berguna untuk memperoleh ilmu pengetahuan empirik-rasional. Adapun pendekatan kedua untuk memperoleh pengetahuan intuitifÊladunniy. ------- Penerbit Kencana (Prenadamedia Group)

Hujjah al-Islam Abu Hamid Muhammad al-Ghazali (w.1111), tidak saja Êmengakui empiris, rasio, intuisi dan otoritas sebagai sumber pengetahuan, sebagaimana epistemologi modern, tetapi ia menunjukkan keniscayaan superioritasÊladunniyÊ(ilham ...

Prophetic Character Building: Tema Pokok Pendidikan Akhlak Menurut al-Ghazali

Tulisan ini mencoba merekonstruksi pemikiran al-Ghazali tentang upaya pembentukan karakter dalam perspektif kenabian (profetik) melalui penyucian dan pemberdayaan rohani, dari rohani buruk menjadi rohani mulia, rohani yang rabbâni hingga menjangkau derajat sufi (waliyullah). Sebuah upaya pemberdayaan segenap potensi manusia dengan substansi hakikinya yang agung guna diantar kembali ke hadrah ilâhiyah. Tulisan ini adalah follow up dari jawaban al-Ghazali, saat kami saling berdekapan erat dalam bilik cahaya dalam ru’yah shādiqah, tentang cara yang ditempuh hingga ia dapat “menemui” al-Haqq. Saat itu iamenjawab: “Takhalluq bi akhlâqillâh.” Buku Persembahan Penerbit PrenadaMediaGroup

Tulisan ini mencoba merekonstruksi pemikiran al-Ghazali tentang upaya pembentukan karakter dalam perspektif kenabian (profetik) melalui penyucian dan pemberdayaan rohani, dari rohani buruk menjadi rohani mulia, rohani yang rabbâni hingga ...