Sebanyak 1105 item atau buku ditemukan

Some Thoughts about Pancasila

Its Basic Theory and Practice. Excerpt from the State Address of the President Before the Parliament on August 16, 1978

Islam Bukan Hanya Teriak Allahu Akbar

Lafal “Allahu Akbar” sejatinya adalah untuk mengagungkan asma Allah, sayangnya kini banyak disalahgunakan. Lafal “Allahu Akbar” sering diikuti dengan aksi-aksi kebrutalan oleh sekelompok militan. Mereka mengaku bahwa sikap mereka adalah jihad untuk menegakkan agama Islam secara benar. Melihat realitas tersebut, banyak orang mengalami ketakutan ketika lafal “Allahu Akbar” disuarakan. Padahal, setiap azan dan iqamah lafal tersebut pasti digaungkan, memulai shalat pun dilantunkan sedemikian khusyuk. Padahal, Islam itu bukan cuma teriakan “Allahu Akbar”. Di dalam Islam, ada pula lafal “Alhamdulillah” untuk bersyukur dan memuji Allah, lafal “Subhanallah” untuk menegaskan kesucian Allah, lafal “Assalamu’alaikum” untuk bertegur sapa dengan sesama, dan lafal-lafal lainnya. Artinya, Islam tidak hanya mengajarkan nilai-nilai perjuangan (jihad), tetapi mengajarkan kasih sayang karena Islam adalah rahmatan lil’alamin. Sementara itu, lafal “Allahu Akbar” yang kemudian diikuti perusakan dan aksi-aksi kebrutalan sungguh tidak berdalil dan hal itu bukanlah jihad. Karena, hal itu bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang mempunyai misi kasih sayang untuk semesta alam. Tulisan-tulisan dalam buku ini memperbincangkan Islam yang tidak sekadar “Allahu Akbar”. Tulisan-tulisan yang disajikan merupakan refl eksi atas realitas saat ini dengan mempertimbangkan berbagai kisah teladan serta epik moral lainnya. Marilah kita mengamalkan ajaran Islam dalam setiap sendi kehidupan kita. Bukankah Islam untuk hidup kita dan kita hidup untuk mengamalkan Islam?

Lafal _Allahu Akbar_ sejatinya adalah untuk mengagungkan asma Allah, sayangnya kini banyak disalahgunakan.

Filsafat Hukum

Berfilsafat adalah berfikir dalam tahap makna, ia mencari hakikat makna dari sesuatu. Dalam berfilsafat, seseorang mencari dan menemukan jawaban dan bukan hanya dengan memperlihatkan penampakan (appearance) semata, melainkan menelusurinya jauh dibalik penampakan itu dengan maksud menentukan sesuatu yang disebut nilai dari sebuah realitas. Hakikat dasar ontologis manusia dalam Negara Republik Indonesia yang ber-Pancasila sebagai makhluk yang monopluralis oleh Prof. Notonegoro diartikan sebagai makhluk yang memiliki tiga hakikat kodrat, yakni: (a) Sifat kodrat, yaitu manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial; (b) Susunan kodrat, yaitu manusia sebagai makhluk yang tersusun dari dua unsur, yaitu raga dan jiwa; (c) Kedudukan kodrat, yaitu manusia sebagai makhluk yang berdiri sendiri dan makhluk ciptaan Tuhan YME. Atas dasar pemahaman hakikat kodrat ontologi manusia yang monopluralis itu maka kita dapat dengan mudah memahami hubungan antara manusia dengan nilai-nilai hidupnya.

Berfilsafat adalah berfikir dalam tahap makna, ia mencari hakikat makna dari sesuatu.