Sebanyak 1366 item atau buku ditemukan

Pemikiran Politik Islam

Buku ini memuat elaborasi da eksplorasi pemikiran dan tokoh ketatanegaraan Islam, mulai dari periode Klasik seperti al-Farabi, al-Mawardi, al-Ghazali, Ibn Taimiyah, dan Ibn Khaldun; hingga era Modern seperti Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Muhammad Iqbal, dan Ayatullah Khomeini untuk menyebut beberapa nama dan juga pemikiran dan praktik politik Islam di Nusantara dari masa kerajaan/kesultanan hingga masa kontemporer; mulai dari Nuruddin ar-Raniry, Raja Ali Haji hingga Mohammad Natsir dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur). --- Buku persembahan penerbit Prenadamedia Kencana

Buku ini memuat elaborasi da eksplorasi pemikiran dan tokoh ketatanegaraan Islam, mulai dari periode Klasik seperti al-Farabi, al-Mawardi, al-Ghazali, Ibn Taimiyah, dan Ibn Khaldun; hingga era Modern seperti Jamaluddin al-Afghani, Muhammad ...

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

Menurut Horisin (2007) bimbingan dan konseling sering dimaknai secara tidak tepat oleh sebagian orang bahkan oleh praktisi bimbingan konseling sendiri. Dengan kata lain sering muncul persepsi negatif tentang bimbingan konseling dari sebagian kepala sekolah, pengawas, pegawai, guru-guru, siswa bahkan guru pembimbing sendiri. Beberapa kesalahan itu menurut Prayitno (Tohirin 2007) yaitu : 1. Bimbingan dan koseling disamakan saja dengan pendidikan, sehingga bimbingan konseling tidak diperlukan kerena di sekolah telah tempat diselenggaralannya pendidikan, sehingga dengan sendirinya bimbingan konseling telah masuk kedalam proses pendidikan tersebut. Sekolah tidak perlu melaksanakan pelayanan bimbingan konseling secara mandiri, tetapi mantapkan saja pengajaran sebagai pelaksanaan nyata dari usaha pendidikan. 2. Bimbingan konseling dipisahkan dari pendidikan. Pelayanan bimbingan konseling dianggap harus benar-benar dilaksanakan secara khusus oleh tenaga-tenaga yang ahli dalam bidangnya dan secara nyata harus dibedakan dari praktik pengajaran dan pendidikan. 3. Guru pembimbing atau konselor di sekolah dianggap sebagai polisi sekolah yang tugasnya menjaga dan mempertahankan tata tertib, disiplin dan keamanan sekolah. Anggapan tersebut muncul karena sering muncul fakta-fakta di mana guru pembimbing diberikan tugas mengusut perkelahian antar siswa, pencurian di kelas, mengintrogasi siswa yang bersalah dan menghukum siswa yang melakukan kesalahan. 4. Bimbingan konseling dianggap semata-mata proses pemberian nasihat. Selain pemberian nasihat, umumnya siswa membutuhakan hal lain sesuai dengan masalah yang dihadapinya, yang memerlukan pelayanan lain seperti pemberian informasi, penempatan, penyaluran, bimbingan belajar dan pelayanan khusus. 5. Bimbingan konseling dibatasi hanya menangani masalah yang bersifat insidental (waktu tertentu saja) yaitu pada saat siswa mendapatkan masalah. Padahal bimbingan konseling menjangkau dimensi waktu yang bukan hanya waktu sekarang, namun juga masa lalu dan masa yang akan datang, karena biasanya masalah yang dihadapi siswa sekarang ini berkaitan dengan masa lalu dan akan berdampak pada masa yang akan datang. 6. Bimbingan konseling hanya untuk siswa tertentu saja. Khusus pada anak-anak yang memiliki keistimewaan seperti karena warna kulit, status atau kekayaan. Hakikatnya bimbingan konseling diberikan kepada individu atau kelompok yang memerlukannya. Tidak boleh ada diskriminasi terhadap siswa dalam pelayanan bimbingan konseling. 7. Bimbingan konseling melayani orang sakit atau orang yang kurang normal adalah merupakan anggapan yang kurang tepat. Bimbingan konseling melayani orang yang normal dan sehat yang mengalami suatu masalah tertentu. Jika ada siswa yang mengalami masalah fisik (sakit) maka yang ia akan menjadi pasien dokter dan jika mengalami masalah psikis seperti gangguan jiwa yang atau stres maka sebaiknya menjadi pasien psikolog. 8. Bimbingan konseling bekerja sendiri. Hal tersebut merupakan anggapan yang keliru karena bimbingan konseling terintegrasi dengan program pendidikan dan pembelajaran lainnya di sekolah. Oleh karena itu guru pembimbing harus bekerja sama dengan orang-orang yang dapat membantu menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi sisiwa seperti bekerja sama dengan orang tua, guru, teman di sekolah dan di luar sekolah. 9. Konselor harus aktif dan siswa harus pasif adalah anggapan yang tidak tepat, karena proses pelayan bimbingan konseling bukan hanya menuntut keaktifan dari konselor, namun juga menuntut keaktifan dari siswa. 10. Bimbingan konseling dapat dilakukan oleh siap saja. Ini merupakan anggapan yang keliru karena pelayanan bimbingan konseling dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip keilmuan yang mengikuti teori, tujuan, metode dan asas tertentu. Oleh karena itu pelayanan bimbingan konseling tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. 11. Bimbingan konseling berpusat pada keluhan saja, juga merupakan anggapan yang keliru, karena pemberian layanan bimbingan konseling memang diawali dengan melihat gejala atau keluhan awal yang disampaikan oleh siswa. Tetapi seorang konselor apabila pembahasanya dikembangkan, sering kali ternyata masalah yang sebenarnya lebih kompleks dari yang disampaikan oleh keluhan pertama siswa, sehingga pemberian bantuan harus dipusatkan kepada masalah yang sebenarnya. Konselor harus mampu menyelami sedalam-dalamnya masalah siswa yang sebenarnya. 12. Bimbingan konseling harus memiliki hasil yang harus segera dilihat. Anggapan tersebut adalah merupakan anggapan yang keliru, karena pelayanan bimbingan konseling berkenaan dengan aspek-aspek psikis dan tingkah laku, yang tidak semudah membalik telapak tangan, yang kemungkinan hasil bimbingan tidak langsung terlihat. 13. Bimbingan konseling menggunakan pemecahan masalah yang sama kepada semua siswa. Padahal sebenanya setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lain. Masalah yang sama dialami oleh dua orang yang berbeda kemungkinan akan menuntut cara pemecahan yang berbeda. 14. Bimbingan konseling memusatkan pada pengunaan instrumen. Ini merupakan anggapan salah karena instrumen hanyalah merupakan alat bantu dalam melakukan bimbingan konseling. Intrumen tersebut tidak boleh mengganggu, menghambat bahkan melumpuhkan usaha pelayanan bimbingan konseling. Artinya dengan instrumen atau tampa instrumen , usaha bimbingan pelayanan bimbingan konseling tetap harus dilakukan.

Bimbingan dan koseling disamakan saja dengan pendidikan, sehingga bimbingan konseling tidak diperlukan kerena di sekolah telah tempat diselenggaralannya pendidikan, sehingga dengan sendirinya bimbingan konseling telah masuk kedalam proses ...

Pelayanan Sosial Remaja Putus Sekolah

Studi Layanan di UPT. Pelayanan Sosial Bina Remaja Jombang-Jawa TImur

Tingginya angka putus sekolah anak di Indonesia dalam satu dekade terakhir ini mengalami penurunan. Sejak 2014, pemerintah berhasil menurunkan hingga 30% (200.000 siswa). Dari rentang 2016-2018, angka ini terus berkurang hingga mencapai kurang dari 200.000. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) merilis angka jumlah anak yang tidak bersekolah mencapai 4.586.332, dengan usia 7-12 tahun yakni 1.228.792 anak, usia 13-15 berjumlah 936.674, sedangkan pada usia 16-18 tahun mencapai 2.420.886. Dari data di atas terlihat bahwa angka tertinggi putus sekolah terjadi di masa anak remaja. Padahal bila merujuk pada mandat undang-undang, setiap anak Indonesia berhak mendapatkan pendidikan demi pengembangan potensi, minta, dan bakat dirinya agar kelak dapat meneruskan estafet perjuangan bangsa dengan bekal intelektual, sikap, dan kepribadian yang baik. Memang faktor terbesar dari masalah ini terletak pada ekonomi. Namun patut diketahui bersama, selain faktor ekonomi, terdapat faktor-faktor lain yang menjadi penyebab dari realitas remaja putus sekolah. Faktor-faktor tersebut yakni kurangnya kemampuan dan minat remaja dalam partisipasi pendidikan sekolah, kondisi tempat tinggal remaja, adat-istiadat, dan ajaran-ajaran tertentu. Remaja putus sekolah tentu menjadi masalah sosial yang harus mendapatkan perhatian lebih, terutama karena dampaknya bukan hanya dirasakan oleh individu remaja itu sendiri, namun juga masyarakat secara luas. Atas dasar inilah diperlukan upaya penanganan remaja putus sekolah dari berbagai pihak seperti keberadaan lembaga, pihak-pihak terkait baik pemerintah atau masyarakat serta peran pekerja sosial. Salah satu upayanya yakni dengan memberikan pelayanan sosial yang bertujuan agar remaja yang putus sekolah tetap mendapatkan pendidikan di luar sekolah demi bekal kehidupannya mendatang. Dalam konteks ini lahirlah Pelayanan Sosial Bina Remaja (PSBR) yang tersebar di masing-masing pemerintah daerah. Hadirnya buku ini menjawab minimnya buku yang terkait pelayanan sosial. Semoga buku ini mampu menjadi referensi bagi pekerja sosial, aktivis sosial, akademisi, dan stakeholder terkait. Buku ini menyajikan bagaimana potret remaja yang putus sekolah, pelayanan sosial yang diberikan UPT PSBR Jombang pada remaja putus sekolah hingga peran pekerja sosial. Hadirnya buku ini juga sebagai upaya mensosialisasikan program layanan yang telah dilakukan oleh UPT PSBR Jombang. Dengan demikian, apresiasi kepada tim penulis atas terbitnya buku ini. Semoga mampu menjadi media menyampaikan informasi dan perkembangan khazanah ilmu pengetahuan khususnya pada profesi pekerja sosial. Selamat membaca!

Salah satu upayanya yakni dengan memberikan pelayanan sosial yang bertujuan agar remaja yang putus sekolah tetap mendapatkan pendidikan di luar sekolah demi bekal kehidupannya mendatang.

Book Series Perspektif Perpustakaan Indonesia Volume 2: Protokol dan Risiko Layanan Perpustakaan di Masa Pandemi

Perpustakaan sebagai lembaga yang berhubungan secara langsung dengan ketersediaan informasi harus selalu up to date mengikuti perkembangan teknologi informasi. Perpustakaan sudah seyogyanya bertransformasi terhadap fenomena yang terjadi saat ini termasuk bertransformasi dalam hal teknologi informasi dan beradaptasi terhadap fenomena yang terjadi saat ini yaitu pandemi Covid-19. Dengan adanya pandemi Covid-19 maka juga berdampak terhadap pengembangan layanan perpustakaan dan juga terhadap pustakawan itu sendiri. Perpustakaan harus dapat memberikan layanan secara optimal dalam memberikan layanan kepada pemustakanya walaupun pandemi covid-19. Pandemi covid-19 menyebabkan perpustakaan harus dapat bertransformasi dan beradaptasi di masa pandemi sehingga pengembangan layanan perpustakaan dan adaptasi pustakawan di masa pandemi dapat ditangani. Kehadiran buku ini menggambarkan secara komprehensif bagaimana perpustakaan dapat memberikan layanan optimal.

Search engine ini dapat digunakan dalam pencarian yang terintegrasi mengenai berita, saham, dunia moneter dan perbankan, teknologi, belanja, hiburan, ...

Kajian Dan Solusi Manajemen Berbasis Riset Bagi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah

Buku ini menjelaskan tentang kajian dan solusi manajemen berbasis riset bagi usaha mikro kecil, dan menengah (UMKM). Permasalahan yang dihadapi seiring dengan berkembangnya usaha semakin banyak dan diperlukan solusi strategis yang tepat. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan teori yang diaplikasikan berbasis riset sehingga mampu menyelesaikan permasalahan yang ada, sekaligus dapat meningkatkan dalam pencapaian kinerja usaha secara optimal. Kajian Dan Solusi Manajemen Berbasis Riset Bagi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah ini diterbitkan oleh Penerbit Deepublish dan tersedia juga dalam versi cetak.

Pengertian e-commerce yang disampaikan oleh Turban (2006), yaitu “The process of buying, selling, or exchanging products, services, or information via computer.” Pada prinsipnya kegiatan yang dilakukan dalam penjualan dan pemasaran ...

Organisasi dan Manajemen

Buku ini diberi judul “Organisasi dan Manajemen” yang merupakan rangkuman dari berbagai referensi dan sumber bacaan. Dengan adanya buku ini, diharapkan bisa menjadi bahan acuan dan dapat memberikan gambaran terkait organisasi dan manajemen dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam melaksanakan suatu kegiatan atau aktivitas kerja. Dalam buku ini terdapat pengetahuan mengenai konsep organisasi dan manajemen serta penjelasan lebih lanjut lainnya yang bisa kita praktikkan dalam pekerjaan atau tugas kita. Buku ini membahas: Bab 1 Konsep Dasar Organisasi dan Manajemen Bab 2 Manajer Dalam Manajemen Bab 3 Teori Organisasi Bab 4 Struktur Organisasi Bab 5 Perilaku Organisasi Bab 6 Budaya Organisasi Bab 7 Konflik dalam Organisasi Bab 8 Perilaku Organisasi Dan Mengelola Stress Kerja Bab 9 Komunikasi dalam Organisasi Bab 10 Kepemimpinan dan Motivasi Bab 11 Kinerja Organisasi Bab 12 Pengembangan Organisasi

Buku ini membahas: Bab 1 Konsep Dasar Organisasi dan Manajemen Bab 2 Manajer Dalam Manajemen Bab 3 Teori Organisasi Bab 4 Struktur Organisasi Bab 5 Perilaku Organisasi Bab 6 Budaya Organisasi Bab 7 Konflik dalam Organisasi Bab 8 Perilaku ...

SEJARAH PERGERAKAN NASIONAL

Potret perjalanan sejarah bangsa, sejak prakemerdekaan hingga era reformasi. Bangsa kita, secara de facto dan de jure, sudah merdeka. Tapi, realitasnya berbicara lain. Fenomena paradoksal justru sering terjadi di masyarakat. Mereka sengsara, miskin, serta mengalami diskriminasi dan subordinasi. Padahal, kemerdekaan itu milik rakyat, bukan milik elit politik, penguasa.

Potret perjalanan sejarah bangsa, sejak prakemerdekaan hingga era reformasi.

Islam Dalam Sejarah Dan Kebudayaan Melayu

Suatu Mukaddimah Mengenai Peranan Islam Dalam Peradaban Sejarah Melayu-Indonesia, Dan Kesannya Dalam Sejarah Pemikiran, Bahasa Dan Kesusasteraan Melayu

Cara Mudah Memahami Sejarah Islam

Penulis memberi nuansa baru dalam buku ini. Antara lain, ia memberi pengantar ringkas tentang bagaimana meneliti dan menulis sejarah secara umum, dan bagaimana para penulis menguraikan penulisan sejarah Islam di Indonesia pada khususnya. Pendekatan kawasan dipakai untuk menguraikan buku ini, seperti kawasan Arab, Spanyol Islam, Turki, Persia, Asia Selatan (India dan Pakistan), serta Asia Tenggara (terutama Indonesia). Ia juga memakai pendekatan kronologi, suatu unit yang pokok dalam menulis sejarah, yang meliputi masa sebelum Islam hingga masa abad ke-20 M. Pendekatan dinasti juga digunakannya, seperti jatuh dan bangunnya dinasti yang memerintah di masanya (Umaiyah, Abbasiyah, Turki Utsmani, Safawiyah, dan Mughal). Pendekatan tematik juga ada di buku ini, antara lain membicarakan peradaban Islam di Andalusia (Spanyol Islam), Perang Salib, dan lain-lain. Penulis juga memaparkan Islam di Indonesia, yakni periode sebelum Kemerdekaan dan sesudah Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945, dengan mengulas beberapa buku yang ditulis oleh para ahli tentang Indonesia, seperti Steenbrink, Deliar Noer, dan lain-lain. Mahasiswa Jurusan atau Program Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI) atau khalayak umum perlu membaca buku ini untuk menambah wawasan kesejarahan. Semoga bermanfaat!

Penulis memberi nuansa baru dalam buku ini.

Muhammadiyah dalam Perspektif Sejarah, Organisasi, dan Sistem Nilai

Buku ini disusun untuk memenuhi kebutuhan referensi kemuhammadiyahan bagi dosen dan mahasiswa Perguruan Tinggi Muhammadiyah baik Starata 1 (S1) maupun Pascasarjana (S2 dan S3) dalam mata kuliah Al-Islam Kemuhammadiyahan (AIK), serta direkomendasikan bagi para kader Muhammadiyah demi pemantapan akan esensi persyarikatan Muhammadiyah. Cakupan isi buku ini terdiri atas tujuh bab, yang secara garis besar pembahasannya adalah: Sejarah dan perkembangan Muhammadiyah; Muhammadiyah antara organisasi dan dogma; Ketarjihan dan pemahaman agama dalam Muhammadiyah; Revitalisasi ideologi Muhammadiyah; Perkembangan pemikiran Islam di Muhammadiyah; Muhammadiyah dalam konstelasi politik di era reformasi; serta gerakan berkemajuan dan akulturasi budaya.

Ideologi merupakan proyeksi ke depan tentang gejala yang akan terjadi berdasarkan sistem tertentu, misalnya berdasarkan sitem kapitalisme maka akan terjadi pertumbuhan ekonomi, sedangkan berdasar sosialisme akan terjadi pemerataan.