Batubara , Sabam Leo , Yang Mana Prioritas Kita : Merevisi Undang - undang No 40 Tahun 1999 tentang Pers atau Merevisi Rancangan Undang - Undang Penyiaran dan Rancangan Undang - Undang KUHP Serta Memperjuangkan Undang - Undang Kebebasan ...
Manajemen merek adalah salah satu praktik pemasaran yang spesifik menangani produk. Merek berdampak penting terhadap citra kualitas produkyang ingin ditarnpilkan ke konsumen. Merek juga dapat meningkatkan penjualan dan membuat produk Lebih mudah bersaing. Dengan merek, harga bisa dinaikkan sehingga berimplikasi pada naiknya omset dan keuntungan penjualan. Dalam konteks era digital, pengelolaan manajemen merek menghadapi tantangan baru. Banyak faktor atau variabel baru yang berbeda dan membutuhkan pemahaman dan pengelolaan dengan cara-cara tertentu agar merek dapat bertahan dan berkembang sehingga tetap dapat memberikan manfaat dan keuntungan. Buku ini ditunjukkan untuk para praktisi, peminat branding, dan bagi setiap orang yang percaya bahwa merek merupakan keunggulan kompetitif untuk kemajuan suatu produk atau jasa. Di akhir setiap bab diberi test formatif dan test unjuk kerja, sehingga buku ini sangat cocok digunakan untuk para mahasiswa S-I dan S-2 di perguruan tinggi, dan panduan workshop terkait branding yang diadakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan; Dinas Koperasi dan UMKM dan workshop branding lainnya Buku persembahan penerbit PrenadaMediagroup
Dipandang dari segi ilmu hukum pidana , maka PP No . 28 / 1985 ini menurut
Marpaung ( 1995 : 18 ) ada kerancuan dalam penetapan sanksi pidana yang
berat terhadap tindak pidana terhadap hutan , karena sangat jarang dimuat
dalam ...
Djika seandainja seorang melanggar peraturan pidana , maka alat negara
bertindak , lepas dari kemauan orang tadi . Pembagian Hukum Pidana . Hukum Pidana Objectief ( Jus Punale ) . Semua peraturan jang mengandung keharusan
atau ...
Kehadiran cybersastra dalam pandangan komunikasi sastra memang bersifat virtual ( maya ) . Yakni , komunikasi jarak jauh yang memerlukan teknik baca khusus . Di dalamnya sarat dengan lambang - lambang pembuka komunikasi .
Buku ini diberi judul Reaktualisasi Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur'an. Hal-hal yang mendasari pemilihan judul buku, beberapa kajian yang relevan, dan metode ditulis dalam satu bab yang diberi judul Bab I Pendahuluan. Bab II berjudul Etika Berbahasa dalam Beberapa Etnik dan dalam Islam mengantarkan pembaca untuk memasuki etika berbahasa, sebelum masuk ke karakter kebahasaan. Hal ihwal karakter dan pendidikan karakter dinyatakan dalam Bab III Karakter dan Pendidikan Karakter. Selanjutnya, Karakter Kebahasaan Nabi Muhammad Sebagai Penutur dan Karakter Kebahasaan Nabi Muhammad Sebagai Mitra Tutur masing-masing ditulis pada bab IV dan V. Kedua bab terakhir adalah kajian terhadap surat dan ayat Al-Quran yang menggunakan kata Muhammad. Integrasi dan interelasi antara kedua bab terakhir dengan karakter menurut Depdiknas, dinyatkan pada bab VI, yakni Reaktualisasi Pendidikan Karakter Berbasis Karakter Nabi Muhammad. Konstribusi Bahasa Sastra dalam Pendidikan Karakter ditulis pada bab VII. Buku ini diakhiri dengan penutup, yakni pada bab VIII.
Membuat refleksi merupakan keistinewaan manusia dibandingkan dengan makhluk infrahuman. Pentingnya refleksi dalah untuk semakin memaknai perjalanan kehidupan sekaligus membuatnya semakin baik. Dengan demikian refleksi menjadi bagian yang penting dalam hidup manuasia agar tindak tanduknya semakin bermutu. Fokus dari refleksi tentu bermacam-macam. Namun yang paling mendasar adalah dimensi hidup manusia itu sendiri. Buku berjudul Pergulatan Etika Indonesia ini merefleksikan tiga bidang kehidupan yang menyelimuti perjalanan hidup manusia, yakni budaya, filsafat dan Etika. Buku ini merupakan sebuah bunga rampai, dan dihadirkan dalam rangka 65 tahun Prof. Alois Agus Nugroho. Refleksi terhadap tiga bidang kehidupan manusia yang hadir dalam buku ini, yang juga menjadi bagian dari pergumulan filosofis Prof Alois selama ini, diharapkan dapat memberi insigt dalam pergulatan bangsa Indonesia dewasa ini untuk membangun kehidupan bersama yang semakin bermartabat berlandaskan nilai-nilai etis Pancasila.
Kisah berikutnya, Semar bergegas naik ke kahyangan Suralaya untuk menggugat para dewa, utamanya adiknya sendiri, yang menjadi raja para dewa, Bathara Guru. Semar diikuti oleh para Punokawan yang lain, Gareng, Petruk, Bagong.