Sebanyak 2331 item atau buku ditemukan

Pengantar Bisnis

Buku ini juga dilengkapi dengan bahan tayang (slide) dalam bentuk power point presentation (ppt) untuk setiap bab. Penyediaan bahan tayang ini diharapkan dapat membantu dosen, fasilitator, atau mahasiswa pada saat membahas setiap bab dalam buku ini. Bahan tayang ini juga bersifat sebagai pemandu. Artinya dosen, fasilitator, mahasiswa, atau siapa pun yang menggunakan bahan tayang ini bisa memodifikasi (menambah atau mengurangi) tanpa bermaksud mengubah maksud. Penyediaan jawaban atas pertanyaan dan bahan tayang itu dimaksudkan untuk menguatkan pencapaian tujuan pembelajar (learning objectives = LO) yang tertera dalam setiap bab. *** Persembahan penerbit Kencana (Prenadamedia Group)

Buku ini juga dilengkapi dengan bahan tayang (slide) dalam bentuk power point presentation (ppt) untuk setiap bab.

Pengantar Studi Etika Kontemporer

Teoritis dan Terapan

Etika (ethics) telah menjadi penyelidikan penting sejak peradaban klasik manusia. Tetapi pada abad mutakhir ini, studi etika mengalami kemajuan dan perkembangan yang cukup pesat, karena problem-problem etis sekarang ini semakin kompleks seiring pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi. Studi etika kini menjadi tuntutan dan kebutuhan akademik, dan menjadi bagian dari kajian interdisipliner lintas fakultas di berbagai universitas. Di samping ilmuwan, etikawan dan filsuf moral juga memiliki peran yang penting untuk menentukan kemana ilmu pengetahuan itu akan dikembangkan. Di tengah urgensi itu, buku ini hadir untuk menjadi penghantar yang sistematis dan komprehensif bagi studi etika kontemporer. Buku ini mengantarkan mahasiswa dan pembaca kepada pembahasan pokok-pokok permasalahan dalam studi etika kontemporer. Pembahasan utama dalam buku ini menyangkut pokok-pokok persoalan mendasar dalam cabang-cabang utama etika: etika teoritis-normatif (historical-normative ethics), metaetika (metaethics), etika-terapan (applied ethics), dan ditambah pembahasan etika-tematis kontekstual (contextual themes-ethcis). Dengan demikian, buku ini mencakup bidang etika teoritis, di satu sisi, dan etika praktis, di sisi yang lain. Bahasan etika dalam buku ini antara lain tentang: (Bab I) dasar-dasar etika, (Bab II) perkembangan pemikiran etika normatif dari beberapa filsuf moral klasik, modern hingga post-modern, (Bab III) dua aliran utama kognitivisme dan non-kognitivisme dan perkembangannya, (Bab IV) problem-problem mendasar dalam cabang-cabang etika terapan yang paling aktual, (Bab V) masalah-masalah etis kontemporer terkait kemanusiaan, seperti: etnisitas,ras dan identitas; terkait keagamaan, seperti: gerakan religiusitas,perdamaian dan teoririsme; terkait isu-isu keadilan, seperti:gender, feminisme, seksualitas dan disabilitas. Buku ini layak dibaca oleh mahasiswa ilmu sosial-humaniora dan ilmu-ilmu kealaman dan teknologi, khususnya, maupun masyarakat umum,praktisi, pemerhati, dan peminat kajian etika dan masalah-masalah sosial pada umumnya.

Etika (ethics) telah menjadi penyelidikan penting sejak peradaban klasik manusia.

Nominations of Kathryn A. Oberly and Alfred S. Irving Jr

Hearing Before the Committee on Homeland Security and Governmental Affairs, United States Senate, One Hundred Tenth Congress, Second Session on the Nomination of Kathryn A. Oberly to be an Associate Judge, District of Columbia Court of Appeals, and Alfred S. Irving Jr. to be an Associate Judge, Superior Court of the District of Columbia, November 17, 2008

Bad Attitude(s) on Trial

Pornography, Feminism, and the Butler Decision

Bad Attitude(s) on Trial is a critical analysis of pornography in the context of contemporary Canada. The notion that pornography both reflects sexual domination and 'victimizes' women has recently found expression in law in the landmark Canadian Supreme Court decision of R. v. Butler (1992). Many feminists embrace this new law as progressive, but in the post-Butler years, straight, mainstream pornography is still flourishing, while sexual representations that challenge conventional notions of sexuality, such as those centering on gay and lesbian sex and s/m sex, are the focus of censorship. It is the censorship of sexual others that the authors critique from a legal, cultural, gay, and philosophical standpoint. Lise Gotell examines the intervention of the Women's Legal Education and Action Fund (LEAF) in the Butler decision and provides an overview of socio-legal debates on pornography and censorship. Brenda Cossman examines the Butler decision itself and challenges the dominant reading of this case as a feminist victory. Becki Ross critically examines the expert testimony she delivered in defense of Bad Attitude, an American lesbian sex magazine seized by police from Glad Day Bookshop in Toronto in 1992. She details the difficulties she encountered in explicating and contextualizing the specificities, nuances, and complexities of lesbian s/m fantasy in a court of law. In the final chapter, Shannon Bell advances a conception of pornography that is not distinguishable from philosophy, using philosophy to make pornography. Bad Attitude(s) on Trial provides a new debate on pornography and feminism. It will be of particular interest to students of both women's, and gay and lesbian issues, but will also be relevant for scholars of law, political science, and philosophy, as well as for anyone interested in a different, provocative view of the Butler decision.

Mainstream, or straight, pornography still flourishes, while those centering on gay and lesbian sex and s/m sex, are the focus of censorship. A critical analysis of pornography after the Supreme Court's Butler (1992) decision.

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Dakwah IAIN Pontianak Tahun 2017

Revitalisasi Dakwah Pinggiran: Penguatan Profesionalitas Da’i dan Infrastruktur Dakwah

Nawacita Pemerintah Republik Indonesia 2014-2019, sesungguhnya sangat menarik untuk dikembangkan dalam dakwah Islam. Mengingat kondisi umat Islam saat ini di Indonesia yang cenderung menurun secara kuantitas, bahkan mungkin juga kualitasnya. Sembilan point yang diprioritaskan dalam ‘Nawacita’ pemerintah, pada dasarnya merupakan point-point yang harus menjadi perhatian umat Islam. Salah satu point penting dalam program ini adalah point ke-3, yaitu: “Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara kesatuan”. Terkait dengan masalah dakwah, “Dakwah Pinggiran” adalah sebuah konsep dakwah yang berorientasi pada aksi nyata di masyarakat yang sulit dijangkau. Kata “Pinggiran” di sini dikonotasikan dalam dua makna, yaitu: pertama makna yang bersifat geografis dan kedua makna yang bersifat sosiologis. Secara georafis, umat Islam tersebar di mana-mana, bahkan lebih banyak yang berada di pelosok desa. Akan tetapi sampai sejauh ini, keberadaan mereka belum tersentuh oleh para da’i profesional dan infrastruktur yang baik. Sementara secara sosiologis, tidak sedikit umat Islam yang terpinggirkan di tengah gemerlapnya kehidupan perkotaan. Akibatnya, banyak umat Islam di Indonesia yang mengalami proletarianisme secara sistematis terstruktur. Angka statistic dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 menunjukkan bahwa dalam kurun waktu per-sepuluh tahun, prosentase umat Islam Indonesia turun rata-rata 1,14 % dalam 30 tahun terakhir. Hal ini tidak sejalan dengan pertumbuhan penduduk Indonesia yang rata-rata sebesar 1,49 % pertahun. Kondisi ini diperparah oleh masifnya gerakan stigmatisasi Islam dari berbagai penjuru dunia, yang menempatkan Islam sebagai “common enemy” yang harus dibasmi. Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di Negara-negara Eropa (yang penduduknya banyak yang mengalami Islamophobia), justru pertumbuhan umat Islam meningkat luar biasa. Seperti dilansir oleh Oasemuslim.com, bahwa pada tahun 2010 total penduduk Muslim di Eropa mencapai 6% dari 3 dekade sebelumnya (1990) yang hanya 4% saja. Bahkan diproyeksikan akan bertambah menjadi 8% lebih pada tahun 2030 mendatang. Ironisnya, Indonesia yang dikenal sebagai Negara Muslim terbesar dunia, justru mengalami penurunan dalam kuantitasnya. Persoalan penurunan kuantitas ini, bukan tidak mungkin disebabkan oleh degradasi atau sekadar stagnasikualitas para da’i/daiyah yang terjadi di dalam, sehingga dakwah Islam tidak berkembang dengan baik di negeri ini. Sehingga, hal ini perlu diselesaikan segera oleh umat Islam, baik secara individu maupun secara kelembagaan. Dalam rangka mengangkat kembali posisi umat Islam di mata dunia dan masyarakat Indonesia, diperlukan sebuah upaya bersama yang sistematis dan terstruktur. Cara yang ditawarkan di sini terdiri dari 2 (dua) hal, yaitu: 1) menguatkan profesionalitas Sumber Daya Insani para Da’I/Daiah; dan, 2) membangun infrastruktur dakwah secara layak dan tertata.

Dengan semakin bertambahnya jumlah jamaah melalui proses ikrar Islam ... dan pembentukan lembaga keuangan syariah Baitul Maal wa Tamwil(BMT) Al Muhajirin.