Sebanyak 33 item atau buku ditemukan

Menyelami Spiritualitas Islam: Jalan Menemukan Jati Diri

Kehidupan modern yang didominasi materialisme dan hedonisme sering kali menyisihkan ruang spiritual, keheningan batin, dan kejernihan pikiran manusia. Nilai-nilai substansial agama, yang menjadi energi dan daya hidup jiwa manusia, justru dicampakkan dan dianggap sebagai sesuatu yang asing, usang, mengganggu bahkan membahayakan. Kebahagiaan, misalnya, tak lagi diukur dari seberapa besar kesyukuran, keikhlasan, ketakwaan pada Tuhan, dan kepedulian pada sesama, melainkan dari seberapa besar materi duniawi yang diperoleh atau ditargetkan. Lewat buku ini, dengan gaya tutur ringkas tetapi berbobot dan penuh makna, ar-Razi, ulama besar sekaligus tokoh sufi agung abad ke-7 H, seperti tengah menyerukan dan mengingatkan kita untuk kembali menyelami spiritualitas Islam sebagai jalan menemukan jati diri. Pesan-pesan religiusnya yang lembut mampu mengisi kehampaan spiritual dalam jiwa kita, bahkan menuntun dan melatih kita untuk menghindari krisis spiritual yang potensial terjadi sekaligus melewati nya dengan baik saat krisis itu terlanjur menyergap dan melumpuhkan kita.

Jundub bin Junadah bin Sufyan bin Ubaidah berasal dari Bani Ghifar, salah satu
pemuka sahabat dan orang pertama yang diberikan salam penghormatan
dengan cara Islam oleh Rasulullah, tidak peduli celaan para pencela. Ia hijrah ke
 ...

Spiritualitas Tanpa Tuhan

Bisakah kita hidup tanpa agama? Dapatkah kita beretika tanpa Tuhan? Atau, adakah sesuatu yang disebut “spiritualitas ateis”? Dalam buku ini, filsuf terkemuka Prancis André Comte-Sponville menjawab pertanyaan itu dengan melakukan eksplorasi filosofis perihal ateisme. Menurut Comte-Sponville, kita bisa saja memisahkan konsep spiritualitas dari agama dan Tuhan, dan pandangan ini tentu tidak mereduksi hakikat kehidupan spiritual yang sebenarnya. Kendati demikian, kita tidak perlu menolak nilai-nilai dan tradisi-tradisi kuno—semisal Islam, Kristen, dan Yahudi—yang jadi bagian dari warisan kita saat ini. Tetapi, kita mesti memikir ulang relasi kita dengan nilai-nilai tersebut serta bertanya apakah nilai-nilai itu signifikan bagi kebutuhan manusia untuk berhubungan antara satu dengan lainnya dan alam semesta. Untuk mendukung pandangan tersebut, Comte-Sponville menyajikan argumen yang tepat dan masuk akal, dengan merujuk pada tradisi Barat dan Timur serta pengalaman personalnya sebagai sosok yang tumbuh di dalam gereja Katolik, yang menjadi contoh terang ihwal seseorang yang dapat meraih spiritualitas meski ia kehilangan keimanan pada Tuhan. Melalui tulisan yang singkat, jelas, dan acap kali penuh humor ini, sang filsuf menyuguhkan risalah yang meyakinkan mengenai bentuk baru kehidupan spiritual.

Dapatkah kita beretika tanpa Tuhan? Atau, adakah sesuatu yang disebut “spiritualitas ateis”? Dalam buku ini, filsuf terkemuka Prancis André Comte-Sponville menjawab pertanyaan itu dengan melakukan eksplorasi filosofis perihal ateisme.

Amerika dan Islam Politik

Benturan Peradaban atau Benturan Kepentingan?

Fawaz Gerges telah memberi sumbangan besar pada pemahaman kita tentang tentang kebijakan Amerika terhadap gelombang politik Islam yang kini melanda Timur Tengah. Salah satu dari banyak ciri penting buku ini adalah uraiannya yang berimbag dan sangat informatif tentang kerja para pembuat kebijakan Amerika, yang terpilah antara idealisme demokratis dan kepentingan-kepentingan keamanan pragmatis, yang berjuang untuk memahami sebuah kekuatan ideologis kompleks yang meraka pandang membahayakan namun yang mereka sadari membutuhkan sejenis inklusi ke dalam regim-regim politik otoritarian Timur Tengah yang bersahabat dengan Washington. Saya lihat uraian Gerges tentang kebijakan-kebijakan Carter, Reagan, Bush dan Clinton bersifat adil dan sekaligus kritis. Rekomendasi-rekomendasi kebijakannya meyakinkan dan patut mendapat perhatian serius. Buku ini merupakan tambahan yan berharga bagi kepustakaan tentang kebijakan luar negeri Amerika pada umumnya dan kebijakan AS tentang Timur Tengah khususnya. - Michael C. Hudson, Georgetown University Analisis Gerges yang dingin dan cemerlang mengungkapkan lebarnya jurang antara ucapan dan perbuatan Amerika. Meski orang mungkin mengeluh tentang tiadanya kebijakan Timur Tengah As yang koheren, wawasan yang menyeluruh/lengkap dan jujur seperti terekam dalam buku ini dapat menjadi awal sebuah kearifan. - Richard Bulliet, Columbia University Buku ini merupakan hasil dari penelitian dan perenungan bertahun-tahun tentang hubungan antara Barat dan dunia Islam. Ia menangani subjek yang bukan hanya tepat tapi juga amat penting. Fawaz Gerges sungguh sangat memenuhi syarat untukmenulis mengenai subjek ini. Dia memadukan tinjauan mendalam tentang politik Timur Tengah dengan suatu analisis yang canggih dan subtil tentang kebijakan Amerika terhadap Islam politik. Bukunya akan sangat berguna bagi mahasiswa, pembuat kebijakan, dan pembaca umum. - Avi Shlaim, St. Antony's College, Oxford University

44 Setelah serangan Israel ke Lebanon di tahun 1982 , Presiden Reagan
mengajukan usul untuk melibatkan kaum moderat Arab dalam proses
perdamaian ArabIsrael sebelum sebuah gelombang fundamentalis antidamai
menghadang ...

Pancasila Ideologi Dunia

Sintesis Kapitalisme, Sosialisme, dan Islam

Dunia pada abad ke-21 tengah menyaksikan suatu gelombang krisis ideologi (politik) yang berlangsung begitu masif. Krisis ini mula-mula terjadi di negara-negara yang menjadi episentrum pergulatan ideologi besar dunia, seperti Eropa dan Amerika Serikat. Krisis terus menyebar ke seantero jagat. Kapitalisme, liberalisme, sosialisme dan komunisme sebagai representasi ideologi besar dunia kini mulai disangsikan. Terbukti, ideologi-ideologi tersebut gagal merespons dinamika perkembangan dan kebutuhan umat manusia dewasa ini. Buku ini ditulis dalam rangka merespon situasi tersebut, sembari mengangkat kembali dan mencita-citakan Pancasila sebagai alternatif ideologi dunia yang patut dipertimbangkan. Pancasila sebagai produk dari sintesis kreatif para perumusnya akan mampu menjadi solusi di tengah krisis yang melanda ideologi politik dunia hari ini. Tanpa melebih-lebihkan relevansi Pancasila saat ini, “ideologi terbuka” ini selayaknya menjadi penawar terbaik dari berbagai konsep “jalan tengah” mana pun.

Buku ini ditulis dalam rangka merespon situasi tersebut, sembari mengangkat kembali dan mencita-citakan Pancasila sebagai alternatif ideologi dunia yang patut dipertimbangkan.

Konflik dan Perdamaian Etnis di Indonesia

SINOPSIS “Selama hampir dua dekade, Rizal Panggabean mempelajari konflik etnis dan menuliskannya. Namun, dia melakukan lebih dari sekadar itu: Dia juga memanfaatkan wawasan dari penelitian dan ilmu pengetahuan ini untuk mengakhiri konflik, seringkali dengan melibatkan para pihak dalam konflik yang dia pelajari dan berusaha mendapatkan wawasan dari mereka. Sebagai teman dan rekan penulis, bersamanya selalu menginspirasi saat menyaksikan upayanya yang tak kenal lelah dalam menyelesaikan konflik yang tiada hentinya.” —Benjamin Smith, University of Florida “Pertanyaan yang membingkai buku Rizal Panggabean ini sederhana: Mengapa kekerasan terjadi di sebuah tempat dan tidak di tempat lain. Kesederhanaan bingkai studinya menolak berbagai teori konspirasi dan analisis jalan pintas. Dia melihat dengan tajam kejadian di beberapa daerah, dan mencari jawab. Dia bahas juga yang tak terjadi–nirperistiwa–untuk menerangkan yang terjadi. Dari tulisan ini, kita mengerti lebih banyak apa dan siapa yang berkontribusi pada peristiwa kekerasan yang ditelitinya di Surakarta dan Ambon.” —Sandra Hamid, The Asia Foundation “Buku ini merupakan bacaan mutlak bagi semua orang yang ingin mencegah atau mengatasi konflik Pribumi-Tionghoa dan Islam-Kristen, jenis-jenis konflik yang hampir pasti akan mengguncang perdamaian politik di Indonesia pada masa depan. Data yang dikumpulkan Rizal Panggabean, ilmuwan politik ternama dari Universitas Gadjah Mada, bersifat orisinal, peka, lengkap, dan cermat. Oleh karena itu, argumen pokoknya, bahwa peran dan strategi aktor negara lebih penting ketimbang ciri dan pemilahan kelompok, amat meyakinkan.” —R. William Liddle, Profesor Emeritus Ohio State University “Buku ini menghadirkan paparan baru mengenai konflik komunal yang merusak proses transisi demokrasi Indonesia. Berbeda dari sebagian besar penjelasan yang hanya fokus pada wilayah-wilayah kekerasan, Rizal dengan cermat membandingkan kota-kota yang damai dan mengalami kekerasan lalu mengajukan penjelasan konflik yang baru: variasi preferensi politis dari aparat keamanan negara. Gagasan-gagasan yang didapat dari Indonesia ini tak ternilai harganya bagi para sarjana perbandingan demokratisasi di seluruh dunia, khususnya yang mempelajari pengaruh transisi rezim terhadap politik etnis.” —Sana Jaffrey, University of Chicago

SINOPSIS “Selama hampir dua dekade, Rizal Panggabean mempelajari konflik etnis dan menuliskannya.

Agama dan Pendidikan Demokrasi

Pengalaman Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama

Muhamadiyah dan NU adalah kekuatan non-negara, kekuatan masyarakat sipil Islam yang otoritatif, berhadapan dengan kekuatan negara. Di pihak lain, negara juga berharap banyak pada kekuatan kedua organisasi massa itu untuk terlibat dalam proses demokratisasi dalam masa transisi seperti saat ini. Peran kedua ormas tersebut pada faktanya memang tak bisa diremehkan. Kekuatan moral dan intelektual menjadi modal sosial yang lebih dari cukup untuk membangun kesadaran politik pada tingkat publik di satu pihak, dan untuk menjaga kohesivitas antar-elemen masyarakat di pihak yang lain. Buku ini mencoba melihat secara lebih detail pergulatan kelembagaan maupun individu di dalam Muhammadiyah dan NU dalam menyikapi proses demokratisasi, serta persepsi publik terhadap demokrasi dan segala isu turunannya. Meski telah banyak buku yang ditulis mengenai pergulatan Muhammadiyah dan NU dalam konteks relasi agama dan negara, buku ini menyumbangkan gambaran nyata dari perdebatan internal kedua organisasi itu, baik pada tingkat konsepsi maupun operasional. Buku seperti ini layak diapresiasi oleh berbagai kalangan yang ingin melakukan studi lebih lanjut tentang proses transisi menuju demokrasi di Indonesia, dan bagi peminat kajian relasi Islam dan negara di Indonesia.

Dari perspektif yang luas , warga Muhammadiyah dan NU berpendapat bahwa
orang yang bersikap kritis adalah mereka ... Muhammadiyah mengklaim bahwa
ijtihad , ar - ruju ' ila al - Qur ' an wa as - sunnah ( kembali kepada Quran dan ...

Drama Anak-Anak Kita: Anak Berbakat Mencari Jati Diri

Meskipun terampil merefleksikan harapan orangtuanya, sejatinya banyak anak-anak di sekitar kita tumbuh dewasa dan mencapai prestasi terbaik dengan perasaan hampa. Tanpa pernah diizinkan menampilkan perasaan yang sebenarnya, dan kehilangan sentuhan dengan eksistensi diri sejatinya, mereka menampilkan perasaan tertindas mereka dengan sejumlah kisah menyedihkan dan sikap kompulsif. Pada gilirannya, mereka juga mewariskan sikap refresif semacam itu kepada anak-anak mereka. Buku provokatif dan tajam ini menunjukkan bagaimana sikap narsis para orangtua telah membentuk dan merusak kehidupan anak-anak mereka. Dengan tutur kata yang bijak dan contoh-contoh sederhana, penulisnya memberitahu kita tentang trauma masa kecil dan efek abadi dari kemarahan (dan rasa sakit) akibat tertekan oleh orangtua. Buku ini dapat membantu kita memperoleh kembali kehidupan kita, dengan menemukan kebenaran dan kebutuhan dasar kita sendiri.

Meskipun terampil merefleksikan harapan orangtuanya, sejatinya banyak anak-anak di sekitar kita tumbuh dewasa dan mencapai prestasi terbaik dengan perasaan hampa.

Pribadi Muhammad: Riwayat Hidup sang Nabi dalam Bingkai Sejarah, Politik, Agama, dan Psikologi

Riwayat hidup Muhammad adalah sejarah paling penting yang hampir tak tertandingi. Sayangnya, dalam keagungan pemujaan namanya, kisah yang intens tentang sang pengibar Islam ini tidak dimengerti secara mendalam. Banyak buku telah ditulis, namun hanya sedikit yang mengupas secara utuh sisi humanistik sang tokoh. Dalam buku ini, Lesley Hazleton menggambarkan Muhammad dalam suatu cerita yang hidup. Mengurai kisah sang Nabi dalam bingkai sejarah, politik, agama, dan psikologi, ia menampilkan sosok agung ini sebagai manusia seutuhnya, dengan segala kompleksitas dan vitalitasnya. Lebih dari itu, buku ini memaparkan kebangkitan Muhammad: dari lelaki tak berdaya menjadi pemimpin penuh kuasa, dari seorang tak dikenal menjadi pribadi yang namanya terus dikenang, dari sosok tak penting menjadi figur yang pengaruhnya sangat kuat bagi umat manusia. Bagaimana seorang outsider ini akhirnya menjadi insider utama di dunia Arab yang “sakit” kala itu? Ditulis dengan jernih tanpa tendensi ideologis-politis, Muslim Pertama menyuguhkan narasi yang hidup tentang seorang pria mengagumkan yang berada di antara idealisme dan pragmatisme, iman dan politik, perdamaian dan kekerasan, serta penolakan dan pujian. Dan, buku ini tak hanya menerangi figur sang tokoh, tapi juga warisan pengaruhnya yang terus terasa hingga saat ini.

Sebuah cerita tentang Isaac Luria sang Guru Kabbalah bahkan menuturkan terjadinya penampakan Jibril kepadanya dalam sebuah mimpi, memegang pena seorang juru tulis. Para filsuf Islam dan mistikus memainkan peranan yang samasama penting ...

Fikih Akbar

Prinsip-Prinsip Teologis Islam Rahmatan Lil ‘Alamin

Allah SWT menurunkan syariat Islam sejatinya untuk menciptakan kehidupan yang baik bagi seluruh umat manusia tanpa kecuali. Dengan kata lain, syariat-Nya adalah rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil ‘alamin). Wujudnya, hidup sejahtera (lahum ajruhum ‘inda rabbihim), damai (wa la khaufun ‘alaihim) dan bahagia (wa la hum yahzanun). Karena itu, seluruh pemikiran, pandangan, pola pikir serta tata aturan dalam bidang agama, sosial, politik, hukum, ekonomi, budaya, maupun bidang lainnya, semestinya berorientasi pada tujuan untuk menciptakan kehidupan yang penuh rahmat. Perilaku atau praktik keberagamaan yang jauh dari tujuan itu, seperti kekerasan, terorisme, kebencian, dan sejenisnya, tidak hanya menyimpang dari syariat Islam, tetapi juga menjadi parasit yang menghambat dan menghancurkan peradaban. Buku ini mengingatkan sekaligus menegaskan kembali esensi tujuan syariat Islam dengan menelusuri prinsip-prinsip teologis Islam rahmatan lil ‘alamin dari sumber primernya: al-Quran dan Hadis. Prinsip-prinsip fundamental ini—yakni akidah, tauhid, atau ushul ad-din—disebut oleh Imam Abu Hanifah dengan “Fikih Akbar”. Fikih Akbar merupakan pangkal (ushul) dari segala tafsir syariat Islam (furu’) yang berorientasi kepada kehidupan yang baik. Dengan penelusuran yang tekun, hati-hati dan cermat, analisis yang tajam dan bernas, penafsiran yang inklusif dan kontekstual, penulisnya mengupas dasar-dasar Islam yang ramah dari dimensi ontologis, epistemologis dan aksiologisnya. Dengan begitu, prinsip-prinsip Islam rahmatan lil ‘alamin tidak hanya kukuh pada tataran argumentasi dan teori, tetapi juga pada tataran praksis. *** “Buku ini merekonstruksi landasan teologis Islam sebagai agama welas asih dan kebajikan. Ikhtiar intelektual semacam ini sangat relevan di tengah menguatnya isu-isu keislaman di ruang publik yang diperhadapkan dengan persoalan moralitas, politik identitas, dan keadilan. Saya sangat mendorong para pengajar/dosen dan mahasiswa membaca buku ini. Kehadirannya dapat memenuhi kebutuhan rujukan teologi dalam literatur pendidikan karakter di Indonesia.” —Prof. Dr. Muhadjir Effendy, MAP, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI “Islam disebut sebagai agama yang sesuai dengan dimensi ruang dan waktu (shalih li kulli zaman wa makan), karena ajaran Islam berdimensi ganda: yang tetap (tsawabit) dan yang berubah (mutaghayyirat). Dr. Hamim cukup “berani” mempersoalkan yang tsawabit itu, terutama tentang sistem keyakinan (sistema kredo), sistem peribadatan (sistema ritus), dan sistem nilai (sistema etika), tiga aspek fundamental agama. Menyoal ketiganya membuat Islam relevan dengan dinamika zaman yang senantiasa berubah dan membawa perubahan. Karya dari salah satu pemikir Islam Indonesia ini sangat menarik dan perlu dibaca.” —Prof. Dr. M. Din Syamsuddin, Ketua Dewan Pertimbangan MUI

Fikih Akbar merupakan pangkal (ushul) dari segala tafsir syariat Islam (furu’) yang berorientasi kepada kehidupan yang baik.