Sebanyak 22524 item atau buku ditemukan

Ruh Islam dalam budaya bangsa

Reflection on Islam in Indonesia related to local and regional culture, art and literature, women and youth, science and technology, globalization and entrepreneurship; papers of Forum Ilmiah Festival Istiqlal II, 1995, discussion forum.

Nah, moderat (sekadarnya) inilah yang merupakan falsafah keutuhan, falsafah
jalan tengah. Jawaban Alois A. Nugroho: Ada beberapa hal atau bidang
kebudayaan yang bisa membuat hati kita bergetar, meskipun sumbernya itu tidak
berasal ...

Expressions of Islam in Recent Southeast Asia's Politics

Oleh sebab itu , moderat adalah sikap ketiga yang baru . Keistimewaannya
terletak pada kemampuannya mengombinasikan unsur - unsur " sengketa ”
menjadi satu keharmonisan yang tidak saling memusuhi . Ia adalah keadilan dan
 ...

Islam Transitif: Filsafat Milenial

Konsep Islam Transitif yang ditawarkan dalam buku ini adalah bentuk dari pemikiran akal gerak—mengkaji dan menemukan nilai-nilai maslahat dalam berbagai dimensi kehidupan sosial seperti hukum, ekonomi, politik, teknologi, dan sosial budaya maupun dimensi keilmuan lainnya. Di samping itu, mendorong gerakan berproduksi yang diawali dengan semangat pengembangan ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi melalui penelitian, penemuan, kreativitas, imajinasi, dan inovasi perangkat kehidupan yang melahirkan peradaban yang rahmatan lil ‘alamin. Buku persembahan penerbit Prenada Media Group.

Konsep Islam Transitif yang ditawarkan dalam buku ini adalah bentuk dari pemikiran akal gerak—mengkaji dan menemukan nilai-nilai maslahat dalam berbagai dimensi kehidupan sosial seperti hukum, ekonomi, politik, teknologi, dan sosial ...

Menjadi Islam, Menjadi Indonesia

Kehidupan beragama di Indonesia kian hari kian menghadapi tantangan yang cukup berat, terutama bagi kalangan muslim. Pasalnya saat ini tidak sedikit yang masih mempertanyakan, "Mengapa Indonesia tidak dibentuk Negara Islam?" Tidak sampai di situ, ada gerakan-gerakan radikal yang berupaya merongrong kedaulatan NKRI dengan melakukan propaganda, misalnya demokrasi sebagai sistem kufur, dan harus diganti dengan sistem khilafah. Ada juga upaya-upaya yang melakukan pembenturan demi merusak keharmonisan bangsa, seperti Pemerintah vs. umat Islam, ormas Islam vs. ormas Islam, umat Islam vs. umat agama lain, bahkan perbenturan antara konsep Islam vs. Pancasila. Tantangan lainnya adalah mulai pudarnya spirit rahmatan lil`alamin dalam diri sebagian muslim. Keragaman Indonesia dianggap hal yang membahayakan, seolah-olah Indonesia dimiliki satu golongan saja, akibatnya intoleransi marak di mana-mana. Dari situ dapat dirasakan bahwa kejernihan berpikir dan kearifan dalam berperilaku kini nampaknya menjadi sesuatu yang mulai langka. Buku ini menyajikan refleksi beragama dan berbangsa sebagai suatu keharusan yang sulit dipisahkan, di mana “Islam” dan “Indonesia” memiliki romantisme yang tidak saling bertentangan, justru saling mengisi. Di tengah pergumulan itu, masih ada kalangan Nahdlatul Ulama (NU), santri, dan pesantren yang sepanjang sejarahnya selalu gigih dan komitmen menanamkan keislaman yang moderat, toleran, mengedepankan perdamaian, dan perhatian dalam melestarikan tradisi Nusantara. Di samping itu, buku kumpulan esai ini juga kaya akan kearifan pemikiran yang bersumber dari sosok Cak Nun, Cak Nur, Gus Mus dan hingga Gus Dur. Mereka sosok guru bangsa yang terus berjasa mencerahkan dan mendidik masyarakat, sehingga tidak hanya berproses menjadi Islam yang taat, tetapi juga menjadi warga Indonesia yang baik.

Mereka sosok guru bangsa yang terus berjasa mencerahkan dan mendidik masyarakat, sehingga tidak hanya berproses menjadi Islam yang taat, tetapi juga menjadi warga Indonesia yang baik.

Pengantar Teori Pers Tanggung Jawab Sosial

Buku kecil yang sedang Anda pegang ini bermula dari catatan-catatan perkuliahan saya, beberapa tahun silam. Saat itu, buku "Four Theories Of The Press" hasil karya Fred S. Siebert, Theodore Petersons, dan Wilbur Schramm terbitan University of Illiois Pres, Urbana menjadi buku yang wajib untuk dipelajari. Waktu itu, buku yang memuat tentang teori-teori pers dari empat masa, menjadi buku wajib bagi mahasiswa ilmu komunikasi, wartawan, pekerja media penyiaran maupun masyarakat yang ingin mengetahui seluk-beluk dunia pers. Akan tetapi, empat teori yang dikemukakan Siebert, Petersons dan Schramm tersebut merupakan teori normative yang berasal dari pengamatan, bukan dari hasil uji dan pembuatan hipotesis dengan menggunakan metode ilmu sosial. Secara khusus, buku ini akan membahas mengenai Teori Pers Tanggung Jawab Sosial sebagai bab ketiga pada buku 'Four Theories of The Press' yang diulas Theodore Peterson. Tentunya agar mahasiswa dan pembaca memiliki kemampuan praktis dalam menyusun karya jurnalistik, khususnya sebagai pemahaman terhadap situasi politik dunia yang melatarbelakangi berbagai media massa, kantor berita dan kerja wartawan dari berbagai negara.

Buku kecil yang sedang Anda pegang ini bermula dari catatan-catatan perkuliahan saya, beberapa tahun silam.

Pengantar Teori Pers Libertarian

Buku kecil ini membahas mengenai Teori Pers Libertarian sebagai bagian dari Empat Teori Pers yang diulas Fred S. Siebert. Dalam teori Libertarian, pers bukan instrumen pemerintah, melainkan sebuah alat untuk menyajikan bukti dan argumen-argumen yang akan menjadi landasan bagi orang banyak untuk mengawasi pemerintah dan menentukan sikap terhadap kebijaksanaannya. Secara khusus, buku ditujukan agar mahasiswa dan pembaca memiliki kemampuan praktis dalam menyusun karya jurnalistik, khususnya sebagai pemahaman terhadap situasi politik dunia yang melatarbelakangi berbagai media massa, kantor berita dan kerja wartawan dari berbagai negara. Tentu saja kecil ini tentu tak lepas dari berbagai kekurangan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf dan selalu membuka diri untuk kritik, saran, masukan dan berbagai bahan diskusi demi perbaikan edisi mendatang.

Buku kecil ini membahas mengenai Teori Pers Libertarian sebagai bagian dari Empat Teori Pers yang diulas Fred S. Siebert.