Deskripsi Jurnalistik di Yerusalem
Yerusalem, dengan sejarahnya yang penuh konflik, adalah tempat suci dari tiga agama monoteisme yang berakar pada tradisi Ibrahim: Yahudi, Kristen, dan Islam. Orang Yahudi menyebut Yerusalem dengan Yerusblayim, artinya kota perdamaian; sementara orang Arab menyebutnya Al-Quds, artinya Kudus (suci). Lazimnya, suasana kekudusan selalu identik dengan suasana kedamaian, namun Yerusalem mengajarkan lain. Kekhusyukan, ketaatan, dan kesalehan masing-masing penganut agama di kota yang berumur lebih 2000 tahun tampaknya tidak menetes ke dalam interaksi keseharian mereka. Yang tampak justru adalah kebekuan yang memendam bibit-bibit permusuhan. Hubungan antara orang Arab Palestina dengan orang Yahudi sebenarnya tidak sesederhana seperti yang terlihat dalam konflik fisik saja, namun karena berada di bawah yurisdiksi yang sama, akhirnya mereka terpaksa berhubungan karena kepentingan ekonom, misalnya. Karena kepentingan ekonomi inilah maka hubungan-hubungan sosial dalam bentuk lain berkembang. Sebagai contoh: berbagai perusahaan orang Yahudi mempekerjakan orang Arab Palestina dan sejumlah barang produk Arab Palestina dipasarkan oleh orang Yahudi. Jadi, sebenarnya banyak di antara orang Arab Palestina dan orang Yahudi dalam interaksi keseharian mereka saling memandang satu sama lain dengan sudut pandang yang berbeda dari sekadar konflik belaka, sebagaimana opini yang selalu diekspose media massa. Tulisan-tulisan dalam buku ini-meski ditulis oleh seorang jurnalis-menawarkan sudut pandang yang berbeda. Alih-alih melaporkan perang, buku ini justru melukiskan sisi-sisi kehidupan sehari-hari antara dua bangsa yang "terpaksa" hidup bersama meski memiliki perbedaan yang nyaris tak terjembatani.
Yerusalem, dengan sejarahnya yang penuh konflik, adalah tempat suci dari tiga agama monoteisme yang berakar pada tradisi Ibrahim: Yahudi, Kristen, dan Islam.