Sebanyak 9 item atau buku ditemukan

Dari neomodernisme ke Islam liberal

Development of modern Islam in Indonesia.

Secara umum , tantangan terhadap modernisme datang dari gerakan konservatif , mulai dari yang berbentuk moderat sampai yang fundamentalis.21 Dari kalangan moderat muncul Muhammad Syibli Nu'mani ( w . 1914 M. ) yang mendapat pendidikan ...

Melawan konspirasi JIL, Jaringan Islam Liberal

Critics on Jaringan Islam Liberal, liberal Islam network in Indonesia.

Bagi para pendukung kebebasan berekpresi - kebebasan pers advokasi seharusnya diarahkan pula ke ormas - ormas Islam besar , mainstream , dan moderat seperti Nahdhatul Ulama ( NU ) dan Muhammadiyah . Ormas - ormas besar ini betapapun ...

Islam Liberal Indonesia: Sejarah dan Konsepsi

Berdasarkan pemetaan dalam buku ini terlihat bahwa kelompok liberal di Indonesia tidak tunggal melainkan warna-warni. Tipologi pemikiran liberal Indonesia ini dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu: 1. Liberal-Progresif Kelompok liberal tipologi ini gagasannya lebih diarahkan pada pemaknaan dan penafsiran ulang atas Islam yang dimaksudkan agar terjadinya reformasi atau perubahan yang didasarkan atas kebutuhan umat dan perkembangan zaman. Sehingga, Islam yang dipandang sebagai agama yang membawa perubahan dan perbaikan umat atau rahmatan lil’alamin dapat benar-benar secara nyata dapat menjalankan perannya dalam mendorong terjadinya transformasi sosial. Dengan kata lain bahwa liberal-progresif ialah sekelompok liberal yang lebih mengarahkan perhatian intelektualnya terhadap peningkatan dan pembenahan kondisi sosial-kultural umat baik dalam bidang politik maupun keagamaan yang terkait dengan isu-isu yang menyangkut masalah keadilan sosial, keadilan gender, dan pluralisme baik sosial maupun agama. 2. Liberal-Radikal Kaum liberal-radikal secara teologis berpegang pada gagasan teologi pembebasan. Teologi pembebasan yang terutama berhaluan kekiri-kirian Marxian, sehingga mengangkat dan mengembangkan tema-tema tentang ketidakadilan sosial yang dikontruksikan sebagai akibat adanya struktur sosial yang timpang, baik yang terdapat pada negara maupun individu. Sedangkan paradigma yang dipegangnya dalam menjalankan perjuangannya adalah paradigma sosial-konflik, dimana pola relasi materialis dan ekonomi dianggap sebagai basis yang diatasnya terbangun sistem hukum, moral, agama, dan politik, yang kesemuanya disebut sebagai superstruktur. Superstruktur akan menjadi tidak adil dalam implementasinya tatkala ada bias-bias dalam memahami superstruktur sebagai bagian dari otoritas salah satu kelompok dalam masyarakat. Kelompok tersebut adalah kelompok tokoh agama dan alim ulama, seperti ahli fiqih (fuqaha) dan ahli kalam (mutakallimin). 3. Liberal Moderat Sama seperti Islam liberal dari tipe-tipe sebelumnya, kelompok liberalmoderat pun tidak pernah menganggap Islam bersifat idiologis, Islam bagi kelompok ini adalah Islam substantif yaitu nilai-nilai atau norma-norma dasar yang bersifat universal. Kelompok ini cenderung melihat hal-hal yang substansial, yakni mencari hal-hal yang universal melalui pendekatan apresiatif terhadap partikularitas bentuk-bentuk agama yang diwahyukan Tuhan dalam rentangan sejarah. 4. Liberal-Transformatif Islam liberal-trasformatif mencoba mempertanyakan kembali paradigma dan segala praktik sosial-politik keagamaan yang mapan dan menjadi arus utama di masyarakat termasuk idiologi yang berkembang di dalamnya, dan sekaligus mengikhtiarkan ditemukannya paradigma alternatif yang diharapkan akan mampu mengubah struktur dan superstruktur yang menindas rakyat serta membuka kemungkinan bagi rakyat untuk mewujudkan potensi kemanusiaannya. Paradigma baru ini diharapkan mampu melahirkan struktur dan superstruktur yang memungkinkan rakyat untuk mengontrol perubahan sosial dan menciptakan sejarah mereka sendiri, struktur yang memungkinkan bagi rakyat melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dengan jalan demokratis.

Berdasarkan pemetaan dalam buku ini terlihat bahwa kelompok liberal di Indonesia tidak tunggal melainkan warna-warni.

Islam Liberal Indonesia: Pengaruh Pemikiran Nurcholish Madjid Nyata atau Muspra

Penulis memandang bahwa penilaian tentang warna atau corak pemikiran orang, baik itu dikatagorikan liberal, tradisionalis, konservatif, radikal dan sebagainya, bila hanya disandarkan kepada salah satu atau beberapa pemikiran, bukan pemikiran secara utuh orang yang bersangkutan terkesan tidak adil dan objektif, sehingga sulit dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan akademis. Karena menurut hamat penulis bahwa setiap pemikiran yang lahir dan tercetus dari diri seseorang itu tidak harus sewarna dalam segala hal atau permasalahan yang disikapi dan dipikirkannya, karena boleh jadi dalam satu hal seseorang berwarna liberal tetapi dalam hal lain bercorak tradisionalis, sehingga tidak bisa juga kemudian digeneralisasi seseorang itu pemikirannya berwarna liberal atau tradisionalis saja. Dan karena itu, maka tidak bisa juga kemudian kita menghubungkan pemikiran seseorang itu hanya kepada bentuk pemikiran tertentu, misalnya liberal. Sebab, bila seseorang itu pemikirannya secara keseluruhan mengandung katakan dua warna, liberal dan tradisionalis sekaligus, maka pemikirannya itu dapat mempengaruhi pemikiran orang ke dalam dua warna pemikiran pula, yaitu liberal dan tradisionalis, bukan hanya liberal. Malah, sekalipun pemikiran seseorang itu hanya memiliki warna tradisionalis saja misalnya, maka tidak kemudian secara otomatis akan mempengaruhi pemikiran orang lain menjadi tradisionalis juga. Sebab, pemikiran yang berwarna tradisionalis itu bisa dipahami dan ditafsirkan secara berbeda oleh orang yang berbeda, sehingga pemikiran yang berwarna tradisionalis akan membawa seseorang berpikiran liberal jika dipahami sesuai dengan semangat dan kecenderungan liberal, begitupun juga sebaliknya pemikiran yang liberal dapat membawa seseorang berpikiran tradisionalis jika dipahami sesuai dengan semangat dan kecenderungan tradisionalis. Sebagai contoh misalnya, orang menyebut Ibnu Taymiyah sebagai tokoh tradisionalis, tetapi kemudian seorang Nurcholish memahami pandangan Ibnu Taymiyah tentang makna kata islam dengan semangat yang berbeda, sehingga, berdasarkan pada pandangan islam Ibnu Taymiyah inilah justru Nurcholish menggagas pandangan inklusif-pluralisnya yang dinilai bersifat liberal. Berbeda dengan Nurcholish, bagi seorang Adian Husaini makna kata Islam Ibnu Taymiyah justru mengantarkannya kepada pandangan Islam tradisionalis. Dalam pandangan Adian Husaini seorang Muslim seharusnya memiliki sikap yang pasrah dan tunduk kepada Tuhan (Allah) dan terikat dengan hukum-hukum yang dibawa Nabi Muhammad saw, sesuai dengan makna “Islam” secara lughawi “pasrah”.

Penulis memandang bahwa penilaian tentang warna atau corak pemikiran orang, baik itu dikatagorikan liberal, tradisionalis, konservatif, radikal dan sebagainya, bila hanya disandarkan kepada salah satu atau beberapa pemikiran, bukan ...

Islam liberal

sejarah, konsepsi, penyimpangan, dan jawabannya

Arguing pro and con on Liberal Islam according to Indonesian Muslim intellectuals engaged with the issues of global modernity.

Arguing pro and con on Liberal Islam according to Indonesian Muslim intellectuals engaged with the issues of global modernity.

Mempertemukan Jaringan Islam Liberal (JIL) dengan Majelis Tarjih PP Muhammadiyah

Role of Majelis Tarjih Muhammadiyah in managing the controversy between Jaringan Islam Liberal who support pluralistic ideas and anti JIL followers in Indonesia.

Kalau pun boleh dikatakan lebih tegas , posisi Muhammadiyah berusaha untuk ' moderat ' , yaitu posisi di antara liberal dan literal . Hal ini dapat dilihat ketika Haedar Nashir ( sekjen PP Muhammadiyah ) menyatakan dalam Suara ...

ISLAM LIBERAL ; Varian-Varian Liberalisme Islam di Indonesia 1991-2002

Buku ini merupakan karya ilmiah yang coba mengkaji dan memotret gerakan pemikiran Islam dari para intelektual muslim Indonesia generasi baru.Zuly Qodir memotret gerakan pemikiran di kalangan muslim Indonesia dari rentang waktu tahun 1991 hingga 2002. Pada periode ini generasi muda muslim progresif Indonesia bergerak dinamis dengan gagasan-gagasan barunya yang cemerlang, namun tidak jarang juga kontroversial. Penulis juga memetakan kaum muda muslim progresif generasi baru ini ke dalam beberapa tipologi: liberal-progresif, liberal-eksklusif, liberal-moderat, liberal-radikal, hingga liberal-transformatif.

Buku ini merupakan karya ilmiah yang coba mengkaji dan memotret gerakan pemikiran Islam dari para intelektual muslim Indonesia generasi baru.Zuly Qodir memotret gerakan pemikiran di kalangan muslim Indonesia dari rentang waktu tahun 1991 ...