Kiai Sahal adalah seorang fi lsuf karena selalu gelisah memikirkan kebenaran ilmu pengetahuan dan kondisi riil masyarakat yang banyak ketimpangan. Islam, khususnya fikih yang dipelajarinya sejak kecil ternyata kurang mampu menjawab masalah kemiskinan, kemunduran, dan keterbelakangan umat. Di sisi lain, perilaku masyarakat jauh dari nilai-nilai agama, khususnya doktrin fikih. Sekularitas, hedonitas, dan imoralitas menjadi fakta sosial yang lepas dari bimbingan agama. Skeptisisme dan relativisme membawa Kiai Sahal ke arah pergolakan intelektual masif yang akhirnya melahirkan karya besar yang bermanfaat bagi dinamisasi keilmuan dan kerja transformasi sosial. Fikih sosial kemudian lahir sebagai jawaban kegelisahan Kiai Sahal terhadap berbagai ketimpangan di atas. Kiai Sahal turun dari singgasana kekuasaan menuju realitas empiris untuk menggerakkan perubahan di tengah pergolakan sosial yang dinamis. Fikih sosial Kiai Sahal bergerak untuk mengubah kemiskinan, keterbelakangan, dan kemunduran masyarakat Kajen, Pati, yang secara geografis tandus dan kering menjadi masyarakat yang kaya, maju, dan berperadaban. Ibarat bola salju yang terus menggelinding cepat fikih sosial Kiai Sahal melewati batas-batas pemikiran pesantren maupun Nahdlatul Ulama. Buku ini mencoba mengelaborasi lebih jauh mengenai fikih sosial Kiai Sahal melalui lima ciri utamanya. Selamat membaca!
Pilihan dakwah Kiai Sahal yang menghargai budaya lokal tidak lepas dari
kaidah NU, yaitu al-'adatu muhakkamah, budaya masyarakat menjadi sumber
hukum sepanjang tidak bertentangan dengan syariat Islam. Dalam konteks haul
ini ...
Banyak orang berusaha keras untuk melaksanakan ibadah wajib dan sunah pada siang dan malam hari, namun mereka tidak mendapatkan pahala ibadah-ibadah tersebut. Mengapa demikian? Karena mereka berbuat kezaliman terhadap sesama makhluk dan memperlakukan mereka dengan tidak baik. Ini merupakan bencana besar yang harus ditangkal. Buku ini akan memaparkan ajaran-ajaran Islam tentang tata cara berinteraksi dengan sesama manusia: istri, anak, orang tua, tetangga, guru, dan lain sebagainya, agar jangan sampai ibadah yang kita lakukan sia-sia. Pembahasannya yang sistematis membuat buku ini bisa menjadi rujukan setiap Muslim yang benar-benar ingin menjadi manusia yang paling sempurna imannya. Karena, orang yang paling sempurna keimanannya adalah yang selalu memenuhi hak-hak Allah dan juga sesamanya. -QisthiPress-
Banyak orang berusaha keras untuk melaksanakan ibadah wajib dan sunah pada siang dan malam hari, namun mereka tidak mendapatkan pahala ibadah-ibadah tersebut.
Islam sebagai agama universal, di mana risalahnya sangat cocok dan sesuai bagi kehidupan manusia, baik ditempat dan waktu di mana manusia hidup (Shalihun li kulli zaman wa makan ) Hal ini terlihat di dalam buku ini betapa lengkapnya ajaran Islam dalam mengatur perilaku sosial, karena ketika kita bicara masalah tersebut, pembahasan sangat luas dan beragam cabangnya, didalamnya dibahas hubungan seorang muslim dengan keluarganya, kerabat dan tetangga, serta hubungan seorang muslim dengan muslim lain dan non muslim. Buku " As-Suluk Al-Ijtima'I" karya Syaikh Hasan Ayyub memiliki empat pembahasan pokok : Pertama, tentang aqidah yang shahih. Kedua, tentang pemahaman yang benar dan kesadaran yang dalam tentang agama Allah. Ketiga, tentang membersihkan jiwa dari kotoran dan mengobati hati dari penyakitnya. Keempat, studi dan pemahaman yang shahih terhadap kewajiban masyarakat dan abad perilaku sosial. - Pustaka Al-Kautsar Publisher -
Buku " As-Suluk Al-Ijtima'I" karya Syaikh Hasan Ayyub memiliki empat pembahasan pokok : Pertama, tentang aqidah yang shahih. Kedua, tentang pemahaman yang benar dan kesadaran yang dalam tentang agama Allah.