Sebanyak 150 item atau buku ditemukan

Marketing Management

Ketika Covid-19 menyerang manusia dan secara luas menyebar ke hampir seluruh penjuru dunia termasuk ke wilayah Indonesia, bisnis seketika lumpuh. Bisnis di berbagai sektor bertumbangan. Industri usaha besar mamupun Industri usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di indonesia semua terdampak pandemi Covid 19. Dengan adanya pembatasan gerak masyarakat dan banyaknya pasar, serta beberapa pusat perbelanjaan, restoran yang harus tutup, mau tidak mau harus memanfaatkan pemasaran digital. Pemasaran digital harus secara cepat dikuasai dan dijalankan sebagai ganti pemasaran konvensional. Promosi baik iklan, promosi penjualan, personal selling, publisitas, dan penjualan langsung dapat dialukan dengan memanfaatkan teknologi digital dengan menggunakan media sosial, dan media yang berbasis internet. Komunikasi bisnis tidak harus bertatap muka secara langsung tapi cukup dengan menggunakan google meet, zoom, dan media digital lainnya. Lewat buku ini, penulis memaparkan bagaimana startegi pemasaran dapat dilakukan dalam situasi pembatasan sosial. Promosi yang efektif dan efisien yang harus ditempuh oleh pebisnis juga kami uraikan. Kasus-kasus perusahaan yang berhasil bertahan di situasi sulit dengan memanfaatkan teknologi digital juga kami jelaskan. Marketing Management ini diterbitkan oleh Penerbit Deepublish dan tersedia juga dalam versi cetak.

Kasus-kasus perusahaan yang berhasil bertahan di situasi sulit dengan memanfaatkan teknologi digital juga kami jelaskan. Marketing Management ini diterbitkan oleh Penerbit Deepublish dan tersedia juga dalam versi cetak.

Filsafat Schelling

Pada usia lima belas tahun, Schelling diterima di yayasan teologi Protestan di Universitas Tubingen, berteman dengan Hegel dan Hoderlin, yang mana keduanya berusia lima tahun lebih tua darinya. Di usia tujuh belas, ia telah menulis sebuah disertasi tentang bab ketiga dari Genesis, dan di tahun 1973 ia menerbitkan esai “On Myths” (Ueber Mythen). Pada waktu itu, bisa dikatakan bahwa Schelling merupakan anak didik Fichte. Akan tetapi, pemikiran Fichte hanyalah titik pemberangkatan refleksi Schelling. Tidak lama setelah itu, Schelling menunjukkan independensi dalam berpikir. Khususnya, ia tidak puas dengan pandangan Fichte tentang Alam yang hanya dianggap sebagai instrumen untuk aksi moral. Pada pandangannya sendiri, Alam adalah manifestasi terdekat dari Mutlak, sebagai dinamika yang mengorganisir dirinya sendiri dan sistem teologi yang terus bergerak. Di tahun 1798 Schelling ditunjuk menjadi Kepala Universitas Jena. Dia memang baru menginjak usia 23, tapi karya-karyanya berhasil menuai pujian tak hanya dari Goethe, tapi juga dari Fichte. Dari tahun 1802 sampai tahun 1803, ia berkolaborasi dengan Hegel menyunting Critical Journal of Philosophy. Buah pikiran Schelling yang terus tumbuh dengan amat terbuka membuatnya menarik untuk diikuti—lebih daripada filsuf lainnya. Buku Seri Tokoh Filsafat diterjemahkan dari karya termasyhur Frederick Charles Copleston, seorang pendeta Yesuit Inggris, yang sebelumnya diterbitkan dalam sembilan jilid antara tahun 1946 dan 1975. Sebagaimana dicatat oleh The Encyclopedia Britannica, karya ini adalah “teks dasar pengantar filsafat untuk ribuan siswa universitas, khususnya dalam edisi paperback AS-nya.”

... Philosophy General (Ueber die Moglichkeit einer Form der Philosophie uberhaupt). Pada waktu itu, bisa dikatakan bahwa Schelling merupakan anak didik dari Fichte. Fakta tersebut sangat terlihat dalam sebuah karyanya yang dipublikasikan ...

Towards an Interest-free Islamic Economic System

A Theoretical Analysis of Prohibiting Debt Financing

This text investigates the implications of eliminating "riba" from the financial system and brings the problem into the domain of mainstream economics.

This text investigates the implications of eliminating "riba" from the financial system and brings the problem into the domain of mainstream economics.

Building a Better Tomorrow

Architecture in Britain in the 1950s

The book aims to provide an introductory overview of a period in British architecture which has been neglected hitherto but in which interest is now burgeoning. Using little-before-seen archival photographs from the RIBA's Photographs Collection, it investigates how architects went about the task of reconstruction during the 1950s and the varied influences at play upon them, from Swedish exemplars, Le Corbusier and Mies van der Rohe abroad, to indigenous sources such as the revival of the Picturesque and a heightened concern for Britain's 'functional tradition'. In a period which began with the strictures of post-war austerity and ended with a property boom, the coverage of such themes as the legacy of the Festival of Britain; the heterogeneous nature of post-war Modernism and its acceptance by a previously hostile public; the parallel robust survival of traditional styles; the flowering of public architecture seen especially in Hertfordshire's pioneering school building programme; the role of prefabrication; the development of the New Town movement; the resurgence of private sector architecture and the rise of New Brutalism; the increased involvement of developers in shaping the urban fabric, all combine to demonstrate the period's architectural diversity.

The book aims to provide an introductory overview of a period in British architecture which has been neglected hitherto but in which interest is now burgeoning.