Sebanyak 41808 item atau buku ditemukan

Runtuhnya Kapitalisme

Ketika gonjang-ganjing finansial dan ekonomi mengancam, para pemimpin dunia hanya punya satu solusi: menjadi penyokong setia kebijakan-kebijakan neoliberal yang terbukti demikian ganas selama lebih dari 25 tahun. Dengan memanipulasi statistik, mereka mengilusi publik mengenai "kesuksesan" semu dan membalikkan perhatian kita dengan isu "perang melawan terorisme". Akan tetapi, sekarang strategi ini tak lagi mampu menyembunyikan ketidakmampuan kapitalisme untuk bertahan: mereproduksi diri dan memaksimalkan profit, baik untuk menghadirkan tingkatan minimum keamanan ekonomi yang bisa diterima bagi mayoritas penduduk dunia, maupun untuk membalikkan krisis finansial. Rendahnya pertumbuhan, kurangnya pembagian keuntungan, krisis deposit keuangan, dan kebangkrutan usaha yang tak disangka-sangka adalah kenyataan kusam saat ini. Ketika kenyataan tersebut mulai terlihat di mata publik, keraguan yang lebih besar terhadap keberlanjutan tatanan ekonomi yang sekian lama diterima begitu saja semakin membesar. Jadi, bisakah kapitalisme -- sistem mahakorup ini -- bertahan? [Mizan, Bisnis, Indonesia]

Ketika gonjang-ganjing finansial dan ekonomi mengancam, para pemimpin dunia hanya punya satu solusi: menjadi penyokong setia kebijakan-kebijakan neoliberal yang terbukti demikian ganas selama lebih dari 25 tahun.

Herbert Marcuse

"""Era kita ditandai oleh fakta pahit yang dibalut dengan manisnya permen. Semua faktor dalam masyarakat telah berpadu dan berfungsi sebagai anasir pendukung para penguasa kapitalis. Di tengah kepalsuan rasa nyaman dan aman dalam kemudahan dan kelimpahan materi, telah terjadi bencana kehancuran hakikat manusia sebagai pribadi. Alienasi dan represi mencapai klimaks. Melihat cengkeraman kekuasaan totaliter itu, Herbert Marcuse memaklumkan Perang Semesta, Great Refusal, terhadap penguasa kapitalis. Menurutnya, Kapitalisme harus diganyang dan masyarakat kapitalis mesti dilampaui agar terbit fajar baru kemanusiaan dan kebersamaan. Buku berat! Dicetak terbatas, hanya untuk para (calon) intelektual, aktivis pergerakan, dan pejuang humanis yang serius dan berdedikasi tinggi serta berkesadaran kritis!"""

Alienasi dan represi mencapai klimaks. Melihat cengkeraman kekuasaan totaliter itu, Herbert Marcuse memaklumkan Perang Semesta, Great Refusal, terhadap penguasa kapitalis.

7 Hal Yang Orang Tidak Katakan Mengenai Kapitalisme

7 Hal Yang Orang Tidak Katakan Mengenai Kapitalisme Buku yang bersifat edukasi mengenai pemahaman yang belum tentu diketahui tentang hal yang deep mengenai kapitalisme, tulisan semua original dan dapat dibeli dengan harga yang sosialis tidak memberatkan tetapi isi dari ebook yang justru berat.

7 Hal Yang Orang Tidak Katakan Mengenai Kapitalisme Buku yang bersifat edukasi mengenai pemahaman yang belum tentu diketahui tentang hal yang deep mengenai kapitalisme, tulisan semua original dan dapat dibeli dengan harga yang sosialis ...

Wakaf Versus Kapitalisme

Buku 4 Serial Manajemen Wakaf Produktif

Wakaf bukanlah kata baru dalam khazanah budaya umat Islam, dengan mudah kita menemukan tanah wakaf, masjid, madrasah, dan juga tentunya kuburan. Namun sayang sepertinya Indonesia relatif terlambat mengkapitalisasi potensi yang amat besar tersebut sebagai kekuatan ekonomi umat yang sangat berpeluang menjadi solusi ekonomi yang lebih adil.

Wakaf bukanlah kata baru dalam khazanah budaya umat Islam, dengan mudah kita menemukan tanah wakaf, masjid, madrasah, dan juga tentunya kuburan.

Reformasi ekonomi RRC era Deng Xiaoping

pasar bebas dan kapitalisme dihidupkan lagi

Role of Teng Hsiao-ping, b. 1904, in economic reformation policies in Chinese People's Republic.

Role of Teng Hsiao-ping, b. 1904, in economic reformation policies in Chinese People's Republic.

Arab, kuno dan Islam

dari kapitalisme perdagangan ke kapitalisme religius

On Arab civilization before and after Islam from the perspective of economy and politics.

Pandemi Covid-19: Kapitalisme dan Sosialisme

Kemunculan wabah Corona dan wabah lain sebetulnya tidak bisa dilepaskan dari cara manusia memenuhi kebutuhan hidupnya saat ini—yang berbeda dibandingkan empat abad lalu. Kami akan mengulas bagaimana sistem produksi kapitalis saat ini membentuk dan mempersering kedatangan wabah: entah itu yang menjadi endemi, epidemi, ataupun pandemi. Lantas, bagaimanakah cara kita memenuhi kebutuhan hidup selama ini? Bagaimana sistem kapitalisme yang disebut-sebut itu, merusak hubungan sosial dan lingkungan kita? Bagaimanakah ia memproduksi wabah, dan apa yang harus kita lakukan? Buku saku ini dengan ringkas akan mendiskusikannya. ________________________________________________________________________________________________________________ “Buku saku yang ada di tangan pembaca ini memang bukan tulisan yang isinya menjelaskan bagaimana nilai-nilai kultural berbeda terbina di negara-negara eksperimen sosialis dan negara-negara kapitalis. Meski demikian, buku ini bisa menjadi langkah pertama ke arah itu ketika mencoba menautkan realitas sistem ekonomi-politik kapitalistik dengan wabah di satu sisi, dan menawarkan apa yang harus kita perbuat tatkala wabah merajalela. Kerusakan ekologis yang akarnya persis ada di dalam logika kapital untuk menjadikan semua sumber daya, alam maupun manusia, sebagai tunggangan belaka menangguk laba demi akumulasi tiada henti, menurut penulis buku ini, tidak bisa dibereskan dengan sekadar dengan memperbaiki tampilan-tampilan sistem ekonomi eksploitatif ini. kapitalisme itu ibarat bangunan yang tampak kokoh padahal rapuh pondasinya. Perbaikan fasad, warna tembok, jendela, atau bentuk genteng, tidak akan menjadikannya sistem ramah lingkungan dan lebih peduli kemanusiaan. Sistem ini harus dibongkar di pondasinya, dan pembongkaran pondasi berarti meruntuhkan bangunannya sekaligus. Tak ada cara lain.” Dede Mulyanto, Pengajar di Departemen Antropologi FISIP Universitas Padjajaran dan Editor Indoprogress.

Kemunculan wabah Corona dan wabah lain sebetulnya tidak bisa dilepaskan dari cara manusia memenuhi kebutuhan hidupnya saat ini—yang berbeda dibandingkan empat abad lalu.