Sebanyak 41808 item atau buku ditemukan

Deskripsi gagasan Desa Pancasila (Desa Koperasi-3345)

sebagai benih sistem ekonomi Pancasila

Economic system based on Pancasila, Indonesian state ideology, to alleviate poverty in Indonesia.

Economic system based on Pancasila, Indonesian state ideology, to alleviate poverty in Indonesia.

Tinjauan ekonomi atas dampak paket deregulasi tahun 1988 pada sistem keuangan Indonesia

Impact of the 1988 deregulation on financial system in Indonesia.

Oleh karena itu , tingkat suku bunga nominal dalam perekonomian tertutup , dapat saja berbeda dari tingkat suku bunga ... Barangkali hanya ekonomi Albania ( komunis ekstrim ) dan Burma ( sosialis ekstrim ) yang sama sekali tertutup dari ...

Kapitalisme Bumiputera ; Perubahan Masyarakat Mangkunegaran

Kapitalisme yang dilakukan oleh industri gula Mangkunegaran berbeda dengan kapitalsme Eropa. bentuk kapitalisme gula di industri gula mangkunegaran merupakan kapitalisme priyayi.

Kapitalisme yang dilakukan oleh industri gula Mangkunegaran berbeda dengan kapitalsme Eropa. bentuk kapitalisme gula di industri gula mangkunegaran merupakan kapitalisme priyayi.

Kapitalisme, Sosialisme, dan Keadilan

Kumpulan Artikel Agus Rachmat, OSC

Buku ini memang sebuah kumpulan karangan yang diharapkan bisa menjadi tonggak pengenangan khususnya bagi para mahasiswa dan para alumni Fakultas Filsafat yang sudah tersebar di mana-mana, baik dalam negeri maupun luar negeri. Di antara banyak alumni Fakultas Filsafat, ada yang sudah menjadi Imam dan Uskup, provinsial suatu tarekat, wartawan, editor di penerbitan, dan pelbagai macam profesi lain di tengah masyarakat. Kepada merekalah buku ini terbit, sebagiamana juga kepada siapa saja dalam masyarakat umum yang gemar membaca dan haus ilmu. Melalui kumpulan artikel ini, Pastor Agus menawarkan kepada kita semua, sebuah cara berfilsafat dalam konteks.

Buku ini memang sebuah kumpulan karangan yang diharapkan bisa menjadi tonggak pengenangan khususnya bagi para mahasiswa dan para alumni Fakultas Filsafat yang sudah tersebar di mana-mana, baik dalam negeri maupun luar negeri.

Sosiologi Ekonomi

Kapitalisme dan Konsumsi di Era Masyarakat Post-Modernisme

Buku ini adalah teks ajar yang up-to-date karena membahas isu-isu terkini dalam studi sosiologi ekonomi kontemporer. Selain memaparkan seluk-beluk studi, teori, dan konsep penting sosiologi ekonomi sejak periode klasik hingga kontemporer, buku ini mem-bahas pula dua isu utama paling menonjol dalam studi kontemporer yaitu pergeseran isu produksi ke konsumsi, dan pergeseran dari isu eksploitasi pekerja ke eksploitasi konsumen. Sebagai sebuah rujukan yang komprehensif, buku ini merupakan rujukan penting bagi mahasiswa ilmu-ilmu sosial pada umumnya, khususnya mahasiswa ekonomi, serta semua pihak yang tertarik dengan sosiologi dan isu-isu kontemporer yang berkembang dalam masyarakat yang terus-menerus mengalami perubahan dan pergeseran. Buku persembahan penerbit prenadaMedia -PrenadaMedia-

Buku ini adalah teks ajar yang up-to-date karena membahas isu-isu terkini dalam studi sosiologi ekonomi kontemporer.

Humanisme dan Kapitalisme

Kita terbiasa menyerang kapitalisme dari posisi kaum sosialis. Dan benar, kita kadang-kadang memiliki kesan bahwa satu-satunya fungsi mereka memang untuk menyerang kapitalisme. Namun kritikus humanis terhadap kapitalisme sebagian besar adalah kaum konservatif, bahkan sangat konservatif. Dengan demikian kita menyaksikan fenomena budaya komersial diserang dari dua sisi, baik oleh kaum kiri maupun kanan, meski sering kali kritisisme ini tampak sangat mirip. Kaum humanis konservatif dan sosialis memegang nilai-nilai pra-modern yang sama, bahkan sampai batas tertentu keduanya sama-sama reaksioner. Baik kaum konservatif maupun sosialis sama-sama menganggap diri mereka sebagai juru penerang, yang memiliki pengetahuan khusus yang memberi hak kepada mereka untuk menjalankan dan menentukan segala urusan. Dengan kata lain, baik kaum konservatif maupun sosialis sama-sama melihat negara liberal sebagai musuh, karena kapitalisme merupakan bagian integral dari negara liberal. Kritisisme mereka atas tatanan ini, menurut hemat saya, memiliki kelemahan besar karena kritik-kritik mereka sangat bergantung pada norma-norma atau ukuran-ukuran pra-modern. Bernard Murchland

Kritisisme mereka atas tatanan ini, menurut hemat saya, memiliki kelemahan besar karena kritik-kritik mereka sangat bergantung pada norma-norma atau ukuran-ukuran pra-modern. Bernard Murchland

Sinterklas

Natal dalam Jerat Kapitalisme

“Sinterklas” bukanlah artefak yang bersumber dari dogma atau doktrin Agama Kristen, melainkan produk bisnis yang merupakan bagian dari penyusupan ideologi kapitalisme; ideologi ini pun berhasil menunggangi tradisi lembaga agama demi kepentingan segelintir pemilik modal. Dominasi SINTERKLAS dalam perayaan Natal pun mengalahkan nilai Kelahiran Yesus sebagai tokoh sentral dalam perayaan Natal. Dengan demikian, Sinterklas serta segala atributnya bukan bagian dari Kristenisasi, melainkan murni aktivitas KAPITALISME. Inilah manifestasi pergeseran kesadaran keberagamaan manusia modern yang selalu dipentaskan di atas panggung kebudayaan populer dalam bentuk simbol-simbol religius, yang pada gilirannya dapat menjadi “perayaan hampa makna”, karena Natal digeser dengan hadiah, perayaan, hiburan keagamaan (religiotainment), serta Santa, bukan lagi Yesus, yang kelahirannya adalah untuk menyelamatkan manusia dari penderitaan.

Dominasi SINTERKLAS dalam perayaan Natal pun mengalahkan nilai Kelahiran Yesus sebagai tokoh sentral dalam perayaan Natal.

Kebahagiaan; Komunisme vs Kapitalisme

Sekitar 3.000 orang berada di Meridian Hall di Toronto untuk mengikuti debat dua tokoh besar di era media sosial, Jordan B. Peterson, seorang psikolog Kanada pengkritik Marxisme kultural, dan Slavoj Žižek, seorang Komunis dan Hegelian dari Slovenia. Topik debatnya adalah model politik-ekonomi mana yang memberikan peluang besar bagi kebahagiaan manusia: Kapitalisme atau Marxisme? Peterson memberi pembacaan dan analisis kritis terhadap Manifesto Komunis. Dia menegaskan bahwa memandang sejarah hanya melalui kacamata perjuangan kelas adalah keliru. Tidak ada proletariat yang “baik” dan borjuis yang “buruk” secara mutlak. Politik identitas seperti itu punya kecenderungan manipulasi otoritarian. Peterson menyatakan bahwa meskipun kapitalisme menghasilkan ketidaksetaraan, ia tidaklah seperti sistem lain, karena ia juga menghasilkan kesejahteraan bagi banyak orang. Itu terlihat dalam data statistik tentang pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan di seluruh dunia, dan itu memberi peluang lebih besar untuk mencapai kebahagiaan. Žižek membeberkan banyak isu, mulai dari liberalisme budaya, Nazisme, Bernie Sanders, Donald Trump, Fyodor Dostoevsky, dan xenophobia. Žižek setuju dengan analisis pembukaan Peterson. Namun, dia menyerukan regulasi dan pembatasan pasar kapitalisme untuk mengurangi risiko bencana alam dan sosial. Žižek juga kritis terhadap kaum liberal multikulturalis yang mewujudkan kebohongan politik identitas dan bahwa negara-negara Barat lebih baik memperbaiki situasi di negara asal imigran daripada menerima mereka. Keterbukaan sikap Peterson dan Žižek dalam debat tersebut menjadi satu hal yang menarik. Identitas politik keduanya lebur ketika mereka sama-sama bicara soal kebahagiaan—harapan terbesar umat manusia.

Sekitar 3.000 orang berada di Meridian Hall di Toronto untuk mengikuti debat dua tokoh besar di era media sosial, Jordan B. Peterson, seorang psikolog Kanada pengkritik Marxisme kultural, dan Slavoj Žižek, seorang Komunis dan Hegelian ...