Sebanyak 5 item atau buku ditemukan

Bunga Rampai: Edukasi Moderasi Beragama di Tengah Pluralitas Masyarakat

Bunga Rampai: Edukasi Moderasi Beragama di Tengah Pluralitas Masyarakat Penulis : Misroh Sulaswari, M.Pd, Laila Nor Indah, Zuni Fatul Amaroh, Bagus Sadewo, Adi Khoirul Anam, Mulyani Putri Wulandari, Miftahul Anam, Moh. Nuril Fatoni, Aldi Irma Alfiyah, Emi Ponik Asti, Siti Fatmawati Ukuran : 14 x 21 cm ISBN : 978-623-407-048-4 Terbit : November 2021 www.guepedia.com Sinopsis : Indonesia merupakan negara multikultural, yaitu negara yang masyarakatnya terdiri dari berbagai suku yang masing-masing mempunyai unsur budaya yang berbeda-beda. Hal ini terjadi dikarenakan kemajemukan suku bangsa, ras, agama, dan etnis. Kemajemukan ini dapat dipengaruhi oleh latar belakang keluarga dan letak geografis. Terdapat enam agama yang diakui dalam negara Indoseia yaitu, Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Konghucu. Agama Islam menjadi mayoritas dalam Negara Indonesia. Tingkat perselisihan dalam negara Indonesia sangatlah tinggi. Sikap eksklusif dalam beragama dan hanya mengakui kebenaran sepihak akan menimbulkan suatu konflik-konflik tertentu. Hal seperti ini perlu diminimalisir guna mencegah suatu konflik terjadi. Edukasi moderasi beragama perlu dibutuhkan dalam hal ini. Edukasi dalam KBBI artinya pendidikan, ada beberapa metode dalam edukasi yaitu mengajar, memberi pelatihan bercerita, berdiskusi atau melakukan pengarahan terhadap suatu penelitian. Edukasi merupakan sarana terpenting dalam kehidupan manusia dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia baik itu pendidikan formal maupun non formal. Intoleransi dalam keberagaman sering terjadi dalam keberagaman beragama yang disebabkan oleh kurangnya edukasi pemahaman terhadap masyarakat mengenai hakikat beragama. Hakikat beragama ini menjadi jalan menuju kedamaiaan yang biasanya perselisihan ini disebabkan oleh fanatisme dari satu agama. Dalam hal ini edukasi mengenai moderasi beragama sangatlah penting, mengingat bahwasanya di Indonesia memiliki berbagai unsur budaya, agama serta ras. Moderasi beragama sendiri merupakan konsepsi yang dapat membangun sikap toleran guna memperkuat kesatuan dan persatuan suatu bangsa. Para kaum milenial berperan penting dalam memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa. Edukasi berbasis moderasi beragama perlu ditanamkan pada para remaja. Buku ini membahas tentang bagaimana moderasi beragama dapat direalisasikan diberbagai bidang, seperti dibidang pendidikan Matematika, IPS, PAI, PGMI, bidang ekonomi, hukum syariah, serta akidah dan filsafat. Buku ini juga membahas persoalan tentang bagaimana perilaku masyarakat dalam membumikan moderasi beragama untuk kalangan santri, dan anak-anak usia dini. www.guepedia.com Email : [email protected] WA di 081287602508 Happy shopping & reading Enjoy your day, guys

Bunga Rampai: Edukasi Moderasi Beragama di Tengah Pluralitas Masyarakat Penulis : Misroh Sulaswari, M.Pd, Laila Nor Indah, Zuni Fatul Amaroh, Bagus Sadewo, Adi Khoirul Anam, Mulyani Putri Wulandari, Miftahul Anam, Moh.

Seni Bahagia Menghafal Al-Qur`an

Siapa yang tidak ingin menjadi keluarga Allah? Menjadi keluarga-Nya berarti menjadi orang-orang pilihan yang mendapat seluruh jaminan kebahagiaan dari-Nya. Maka mereka yang sedang berjuang menghafalkan Al-Qur`an dengan ikhlas dan penuh kejujuran, sejatinya adalah keluarga-keluarga Allah yang berjalan di atas muka bumi. Buku Seni Bahagia Menghafal Al-Qur`an membangun mindset, menggugah jiwa, membimbing hati, serta meningkatkan semangat kita dalam menempuh perjalanan menjadi keluarga Allah melalui hafalan Al-Qur`an. Mulai dari mempersiapkan bekal untuk menghafal, menempuh perjalanan saat menghafal, dan bertahan dalam badai ketika mengalami keputusasaan dalam menghafal Al-Qur`an. Selamat membaca!

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara ...

Muhammad Adnan Arsal - Panglima Damai Poso

Konflik berdarah yang terjadi di Poso sejak 1998 tak menyisakan apa-apa selain duka dan sesal yang tak berkesudahan. Bahkan hingga kini, puluhan tahun setelah konflik mencekik, Poso masih kerap dilekati stigma sebagai kawasan berbahaya. Padahal nyatanya tidak, bumi sintuwu maroso itu adalah wilayah asri yang sangat menarik untuk dikunjungi—atau bahkan ditinggali. Salah satu tokoh sentral penjaga perdamaian di Poso adalah Haji Adnan Arsal, Panglima umat muslim Poso ini mengawal perdamaian di wilayahnya dengan melakukan kontekstualisasi jihad; dari yang semula mengangkat senjata menjadi jihad dengan mengangkat pena (pendidikan). Dia—dan sebaiknya kita semua—percaya bahwa kekerasan, sekalipun yang diatasnamakan agama, hanya akan kita sengsara. Haji Adnan adalah tokoh kunci umat muslim di Poso yang ketika konflik terjadi berada di garis depan melindungi umat muslim. Bagi banyak orang, sosoknya lebih dari sekadar guru agama atau kiai; ia adalah pelindung umat, khususnya muslim, baik di saat konflik maupun saat kondisi sudah membaik. —Jenderal Polisi (Purn.) Prof. Drs. H. Muhammad Tito Karnavian, M.A., Ph.D. Komandan Operasi Anti-Teror Polri di Poso, 2005-2007 Bagi saya, Haji Adnan hanya melakukan yang seharusnya ia lakukan, yakni melindungi umat. Dan saya kagum dengan itu. Justru saya curiga dan tidak senang dengan orang-orang yang tidak jelas posisinya waktu itu. —Pendeta Rinaldy Damanik Koordinator Crisis Center GKST, 'Jenderal Pasukan Merah' Lebih dari sekadar tokoh masyarakat dan agama, Haji Muhammad Adnan Arsal adalah orang tua untuk masyarakat Poso. Perjuangan dan ketekunannya mendampingi masyarakat telah menjadikan Poso tertib dan indah seperti sekarang. Saya tak bisa menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan betapa kami semua berutang banyak kepada beliau. Buku ini merangkum secara apik sejarah perjalanan hidup beliau, mulai dari masa perjuangan selama konflik, hingga ide-ide besarnya untuk perdamaian yang tak hanya aplikatif untuk Poso, tetapi juga Indonesia, dan bahkan dunia internasional. Selamat membaca! —Arfan PJS. Bupati Poso 2020

Murid-murid Haji Adnan bahkan berdatangan ke rumahnya, sebagian besar menginap, mereka masih menyimpan harap agar sang guru kesayangan tak jadi pergi ke luar kota, tetapi di sini, menemani mereka belajar di desa.

Fikih Jurnalistik

Etika & Kebebasan Pers Menurut Islam

“Sebuah karya unik tentang dua disiplin keilmuan yang terlihat berjauhan, namun dapat dipadukan secara menarik oleh penulis. Pemahamannya yang mendalam tentang syari’ah dan pengalamannya sebagai jurnalis menjadi modal besar karya tulis ini.” Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag. Guru Besar Ilmu Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya “Bahasan tentang berbagai aturan dan etika media ini menarik karena mengambil sudut pandang berbeda, dan baru pertamakalinya digunakan oleh pengamat dan penulis media massa. Berbagai contoh yang disajikan, dari isu pornografi hingga ghibah, kabar bohong, dan amplop wartawan, membuat kajian ini terasa berpijak ke bumi, karena hal-hal itu kita hadapi dan kita alami sehari-hari.” Sirikit Syah Pendiri dan Aktivis Lembaga Konsumen Media (Media Watch) “Buku ini intinya menjelaskan bahwa nilai-nilai universal seperti kejujuran (dalam konteks ini kejujuran dalam menyajikan fakta perstiwa oleh wartawan) adalah selaras dengan Islam. Penulis sekaligus mengkritisi praktik pers umum yang bebas nilai dalam menjalankan kebebasan pers.” Dr. Muhammad Baharun Mantan Wartawan Tempo dan Pemateri Diklat Jurnalistik “Sebuah upaya terpuji dari seorang yang memahami, sekaligus pelaku, agar karya jurnalistik sesuai dengan tuntunan Allah. Penulis dapat menyajikannya secara akurat, obyektif, komparatif, dan aplikatif.” KH. Abdurrahman Navis Wakil Katib Syuriah PWNU dan Ketua Komisi Fatwa MUI Jatim “Buku ini tak hanya menjelaskan tentang pentingnya dakwah bil qalam bagi kaum Muslimin, tapi juga memberikan batasan mana yang ‘halal’ dan ‘haram’ dalam dunia jurnalistik. Dalam kondisi dunia pers yang kini sering kehilangan kendali, buku ini layak jadi panduan.” Hepi Andi Bastoni Pemimpin Redaksi Majalah Al-Mujtama’ - Pustaka Al-Kautsar Publisher -

"Sebuah karya unik tentang dua disiplin keilmuan yang terlihat berjauhan, namun dapat dipadukan secara menarik oleh penulis.

Fikih jurnalistik

etika & kebebasan pers menurut Islam

Journalistic ethics and freedom of the press according to Islam in Indonesia.

(Pasal 488) XIX. Pelanggaran Ketertiban Umum a. Diancam dengan pidana
kurungan paling lama tiga bulan, dan atau pidana paling banyak lima belas ribu
rupiah. 1. Barangsiapa mengumumkan isiapa yang ditangkap lewat pesawat
radio ...