Penelitian ini penulis melaporkan dan membahas aspek budaya yang melibatkan bahasa saja—sesuai dengan bidang studi penulis, yaitu Ilmu Linguistik. Oleh karena itu, dalam makalah yang ringkas ini akan kita tinjau tiga topik kebahasaan yang saling berkaitan (1) diversitas bahasa daerah; (2) dokumentasi bahasa daerah; dan (3) pelestarian bahasa daerah. Tentu saja, sesi penelitian berkelanjutan pada tahap awal ini difokuskan untuk bahasa-bahasa Dayak yang berlokasi di Kalimantan Barat.
Suara yang menyatakan kecemasannya terhadap masa depan bahasa Indonesia kian banyak terdengar. Orang mengeluh tentang kemampuan para pelajar dan mahasiswa, bahkan para guru dan para sarjana berbahasa Indonesia yang kian rendah. Orang mengeluh tentang kian banyaknya akronim, sehingga kalimat-kalimat yang dibaca hampir tak dapat dipahami. Orang mengeluh tentang bahasa Indonesia yang tadinya demokratis menjadi kian feodalistis. Orang mengeluh tentang pengaruh bahasa Betawi melalui televisi, radio, filem, dan Iain-lain media massa—mengalahkan kampanye berbahasa dengan "baik dan benar" Pusat Bahasa. Kekurangmampuan itu tidak bisa diatasi hanya dengan kampanye berbahasa Indonesia dengan "baik dan benar" saja. Hal itu merupakan akibat dari pengajaran bahasa selama ini yang tidak mencapai sasaran, baik di rumah maupun di sekolah, begitu juga dalam kehidupan bermasyarakat. [Pustaka Jaya, Dunia Pustaka Jaya]]