Dalam kalimat : Rumah besar itu mahal Sepeda baru saja didalam kamar itu murah sekali maka besar dan baru memberi keterangan dengan langsung pada katabendanja masing - masing , sedang mahal dan murah menerangkannja dengan tidak langsung ...
Relasi gramatikal di antara subjek dan predikat ( verbalnya ) disebut sebagai relasi 1 , relasi objek langsung dengan verbanya disebut relasi 2 , dan relasi objek tak langsung dengan verbanya disebut relasi 3.
Dalam implementasinya , penggunaan metode cakap ini dilakukan secara langsung . Jadi , peneliti bertatap muka atau bersemuka dengan nara sumber , dan percakapan itu dilakukan secara lisan . Dengan demikian , peneliti dalam hal ini ...
( ng ) ' Dari hutan Ki Ageng langsung ke dapur . ' Pada klausa saking wana ( kr ) / saka alas ( ng ) unsur Ki Ageng dilesapkan . 3.4 Penggantian Yang dimaksud penggantian di sini ialah penggantian kata , frasa , klausa , atau kalimat ...
2.2 Metode Pengambilan Contoh Data dikumpulkan langsung oleh peneliti sendiri dari penutur asli bahasa Jawa , baik melalui penyimakan sehari - hari maupun melalui siaran media massa elektronika , yaitu .radio dan televisi .
Oleh sebab itu , dengan telah ditemukannya wujud dan macam afiks imperatif , maka secara langsung hasil penelitian ini dapat berfungsi membawa informasi tentang persoalan kalimat imperatif dari sudut penentu wujud morfologis .
Namun demikian , ditindjau dari kepentingan BI , hal jang mendesak ialah penjelidikan - penjelidikan dialek - dialek BI itu sendiri setjara langsung . Djadi , betapapun hasil studi ini , penjelidikan tiap dialek BI , saja kira , perlu ...
hubungan serupa ini dinamakan uchapan langsung . Biasanya kalimatmajemuk demikian dengan mudah dapat diuchapkan dengan chara yang lain , yaitu dengan tidak mengulangi kata orang yang berchakap sehingga kita tidak usah memakai titikdua ...
Gelas tanpa air, maka akan kosong. Air tanpa gelas akan tumpah. Keselarasan keduanyalah baru mudah digunakan oleh peminum. Begitulah sebenar jadinya, bahwa syari’at tanpa hakikat maka akan kosong lompong dimata Tuhan (rugi telak), tetapi hakikat tidak bersyari’at maka akan sesat dalam pandangan banyak manusia. Ingatlah bahwa Tuhan sendiri sudah menyatakannya melalui hadis Rasulullah SAW bahwa: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَفَعَهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ إِنَّمَا يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْ Dari Abu Hurairah RA, dan ia meriwayatkannya sampai kepada Nabi SAW, beliau bersabda: Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada bentuk-bentuk rupa kalian dan harta-harta kalian, tetapi Dia hanya memandang kepada hati kalian dan amal perbuatan kalian." (Shahih: Muslim). Dari sini jelas terang bahwa Tuhan hanya melihat kepada perbuatan hati yang di dalam (hakikat/ruh) kemudian yang diwujudkan dalam perbuatan (أَعْمَالِكُمْ). Tetapi untuk selamat dari pandangan manusia, maka wajiblah kita memegang erat-erat syari’at (ilmu zahir) itu. Sehingga dari sini jelaslah bahwa tidak sempurna jika dipisahkan antara syari’at dan hakikat tersebut.
Untuk memahami cara membacanya, eloklah datangi kepada guru-guru hakikat atau ulama-ulama tasawuf yang mereka sudah mendengarkan pula dari pada guruguru hakikat secara langsung atau di zaman penuh kemajuan ini, sudah pula tersedia ...