Sebanyak 41678 item atau buku ditemukan

Mengurus Konflik Gaya Streetsmart

“Jangan bimbang kepada penentangan. Ingatlah, layang-layang hanya terbang tinggi apabila menentang arus angin.” - Hamilton Mabie Mereka yang dapat mengurus konflik berupaya bertahan dan survival dalam keadaan yang dilalui, memanjangkan potensi karier dalam apa jua keadaan kritikal dihadapi organisasi dan diterima ramai kerana dilihat sebagai individu berpotensi apabila berhadapan dengan situasi ataupun krisis. Konflik ditukar menjadi satu peluang kepada diri.

“Jangan bimbang kepada penentangan.

Konflik dan pengharmonian

konflik bidang kuasa dan pengharmonian undang-undang ; kompilasi tulisan, ucapan & penghakiman Tun Abdul Hamid Mohamad

On jurisdiction and Islamic law in Malaysia.

On harmonization of civil law and Islamic law in Malaysia.

Merawat Perdamaian: 20 Tahun Konflik Maluku

Kepulauan Maluku adalah daerah yang mashyur akan keberagaman dan toleransinya. Sayangnya, pada periode 1999-2004, Maluku dilanda konflik horizontal yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta benda. Budaya kekeluargaan yang selama ratusan tahun terpelihara lewat kearifan lokal pela dan gandong seolah tak tersisa. Beruntung, melalui berbagai upaya serius yang dilakukan banyak pihak, kedamaian di Kepulauan Maluku berhasil dikembalikan. Maka, buku ini ditulis dengan cita-cita menularkan semangat merawat perdamaian tidak hanya di Maluku dan Maluku Utara, tapi juga di seluruh Indonesia. Terdapat 55 artikel dalam buku ini yang ditulis oleh tokoh-tokoh dari berbagai latar belakang, mulai dari akademisi, jurnalis, tokoh agama sampai pelaku konflik itu sendiri. Membaca buku ini akan membuka horizon wawasan kita akan makna sebuah perdamaian.

Kepulauan Maluku adalah daerah yang mashyur akan keberagaman dan toleransinya.

Damai di Bumi Sawerigading: Pengelolaan Konflik Berbasis Komunitas

Menjelang 2000, masyarakat Indonesia diguncang oleh krisis ekonomi dan transisi politik. Masa itu ditandai dengan maraknya konflik sosial yang berkembang menjadi peristiwa kekerasan. Di beberapa tempat, seperti Ambon, Poso, dan Sampit, ketidakpuasan, kekecewaan, dan keputusasaan diselesaikan dengan aksi perusakan, pembakaran, dan penganiayaan. Alih-alih sekadar menggunakan analisis makro dalam memetakan fenomena kekerasan tersebut, Damai di Bumi Sawerigading menyorot fakta bahwa fenomena kekerasan tidak terjadi di semua tempat. Mengapa tempat-tempat tertentu relatif aman dan damai, meski masyarakatnya juga mengalami dampak krisis ekonomi dan transisi politik? Artinya, diperlukan kajian yang bersifat fenomenologis untuk membongkar penyebab konflik dan kekerasan. Apalagi, sebagian besar kasus kekerasan komunal didahului oleh konflik sosial yang bersifat lokal dan regional. Dalam kerangka resolusi konflik dan upaya membangun damai, sumbangsih yang buku ini berikan adalah mekanisme penyelesaian konflik berbasis kultur lokal. Buku yang menguraikan konflik dan kekerasan sosial di Luwu, Sulawesi Selatan ini dapat menjadi referensi bagi pemerintah, LSM, aparat keamanan, dan masyarakat untuk melestarikan budaya damai, menghentikan konflik kekerasan, dan membangun harmoni dalam keberagaman. Selain itu, buku ini juga memberikan perspektif baru karena memperkenalkan pendekatan fenomenologis dalam studi konflik.

Menjelang 2000, masyarakat Indonesia diguncang oleh krisis ekonomi dan transisi politik.