Sebanyak 41819 item atau buku ditemukan

Terjemah Matan al-Ghayah wa at-Taqrib - Jinayat dan Qasamah

Daftar Isi Kitab Jinayah A. Pembunuhan B. Syarat Wajib Kisas C. Jenis Diyat 1. Diyat yang diperberat 2. Diyat yang setara dengan diyat pembunuhan 3.

Daftar Isi Kitab Jinayah A. Pembunuhan B. Syarat Wajib Kisas C. Jenis Diyat 1. Diyat yang diperberat 2. Diyat yang setara dengan diyat pembunuhan 3.

The Development of Islamic Thought on Multiple Perspectives

Memasuki abad ke-20 kajian ilmu keislaman menjadi era dibukanya pemikiran dari berbagai sudut pandang. Hal ini, didukung dari beberapa temuan-temuan baru sains nyata-nyata menantang doktrin dan gagasan-gagasan keagamaan klasik. Sehingga, responsnya pun beraneka rupa. Misalnya, beberapa kalangan mempertahankan doktrindoktrin tradisional, beberapa yang lain meninggalkan tradisi, dan beberapa lagi yang merumuskan kembali konsep keagamaan secara ilmiah. Seorang Ian G Barbour (2000) melalui empat tipologi dialog sains dan agama. Pertama, tipologi konflik, yakni hubungan antara sains dan agama tidak mungkin dipertemukan, bahkan terdapat permusuhan dan pertempuran hidup-mati. Tipologi kedua, independensi, tipologi itu berpandangan bahwa antara sains dan agama bisa hidup tenteram dan berdampingan jika masing-masing saling konsentrasi pada wilayahnya sendiri-sendiri. Masing-masing kelompok diandaikan harus mempertahankan "jarak aman"-nya, tidak diperkenankan melangkah keluar "pagar"-nya. Sebab keduanya melayani fungsi yang berbeda, serta menjawab persoalan yang berbeda pula dalam kehidupan umat manusia. Tipologi ketiga adalah dialog. Yaitu tipologi yang berupaya mencari pembandingan-pembandingan tertentu, agar persamaan dan perbedaan metode yang digunakan oleh masing-masing dapat ditunjukkan. Contoh kasus dalam tipologi ketiga ini yaitu model konseptual dan analogi dalam memberi penjelasan mengenai suatu objek. Tipologi keempat adalah integrasi. Yaitu model tipologi yang berupaya mencari titik temu antara penjelasan-penjelasan yang ada dalam sains dan agama. Integrasi tidak harus menyatukan atau bahkan mencampur adukkan, namun cukup memadukan untuk mencari kesesuaian antar keduanya. Jika kita melihat dalam tradisi Islam (baik itu Al-Qur'an maupun Hadits), tidak ditemukan suatu terma yang memisahkan antara ilmu dan agama. Di dunia Islam ide sains (ilmu) include dalam agama, atau dengan kata lain sains Islam lekat dengan wahyu. Bahkan dalam Islam, seorang muslim dituntut memikirkan dua masalah sekaligus yakni masalah duniawi dan ukhrawi. Hal ini menegaskan bahwa penguasaan terhadap dunia (ilmu & harta) harus selaras dan seimbang dengan pengusaan terhadap urusan ukhrawi (Agama). Keselarasan inilah yang pernah dilakukan oleh intelektual muslim masa lalu, sebut saja Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan Ibnu Khaldun. Ketiganya telah menerapkan sistem keilmuan terpadu yakni tidak hanya menguasai satu disiplin ilmu pengetahuan. Sayang dalam muslim sekarang ini masih sedikit yang mewarisi tradisi intelektual tersebut. Sumber utama dalam kajian islam adalah Al-Qur’an dan AlSunnah. Tentu melalui proses ijtihad dengan menggunakan berbagai pendekatan dan metode memberi inspirasi bagi munculnya ilmu-ilmu yang ada pada lapisan berikutnya yaitu lapisan ilmu-ilmu keislaman klasik. Dengan cara yang sama, pada abad-abad berikutnya muncullah lmu-ilmu keislaman (religius studies), sosial (social sciences) dan humaniora (humanities), dan berujung munculnya ilmu-ilmu dan isu-isu kontemporer (natural sciences) pada lapisan berikutnya (Amin Abdullah, 2006). Hadirnya acara International Confrence on Islamic Thought (ICIT) dengan Tema : The Development Of Islamic Thoughts on Multiple Perspectives bagian dari ikhitiar IAI Al-Khairat Pamekasan melakukan kajian Islamic studies untuk merespon perkembangan pemikiran Islam dari akademisi baik dosen, peneliti dan mahasiswa yang tertarik mengkaji isu-isu kajian keislaman dari berbagai sudut pandang dimasa yang akan datang. Dengan menghadirkan beberapa para narasumber dari beberapa Negara yang tentu sesuai dengan exspert (kepakaran), di antaranya: Dr. Haji Hambali Bin Haji Jaili (Unissa Brunai Darussalam), Dr. Mohd Shahid Bin Mohd Noh (University of Malaya Malaysia), Dr. tuan Haji Toifur (ketua Sewan Wakaf Singapura) dan Prof. Hamidullah Marazzi (Hamadan Institute of Islamic Studies India) Harapan dari out put dari acara ICIT mampu mendongkrak tradisi kajian islam yang mengarah pada Hadlarah an-nash (budaya teks), hadlarah al-’ilm (sosial, humaniora, sains dan teknologi) dan hadlarah al-falsafah (etik emansipatoris). Amin Abdllah mengatakan wilayah Hadlarah al-’ilm (budaya ilmu), yaitu ilmu-ilmu empiris yang menghasilkan sain dan teknologi, tidak akan punya ”karakter”, dan etos yang memihak pada kehidupan manusia dan lingkungan hidup, jika tidak dipandu oleh hadlarah al-falsafah (budaya etik emansipatoris) yang kokoh. Sementara itu, hadlarah an-nash (budaya agama yang semata-mata mengacu pada teks) dalam kombinasinya dengan hadlarah al-’ilm (sain dan teknologi). Sumbangsih pemikiran pada International Confrence on Islamic Thought yang diikuti dari kurang lebih 111 peserta dari berbagai Perguruan Tinggi tanah air , yakni para dosen dan peneliti untuk ikut serta menyampaikan ide ide cemerlang sesuai dengan disiplin dan sudut pandang masing masing. Ada enam kajian yang dijadikan pijakan berfikir, di antaranya: Islamic Education, Islamic Education and Management , Psychology Guidance and Counseling, Al-Qur’an and Tafsir, Islamic Culture dan Islamic Law & economy

... memberi manfaat bagi semua, tidak hanya umat Islam saja (rahmatan-lil- alamin).9PendidikanIslamlahirdanberkembang ... 9 Muhammad Syukri Salleh, Strategizing Islamic Education, International Journal Of Education And Research, Vol.

Islamic Law in Malaysia

The Challenges of Implementation

This book examines the challenges of the implementation of Islamic law in Malaysia. Malaysia is a pertinent jurisdiction to explore such challenges given its global focus, colonial history and institutions, and the intersection of the Shari’ah and secularism/multiculturalism. The resultant implementation challenges are underpinned by three factors that make Malaysia an important jurisdiction for those interested in understanding the place of Islamic law in the global context. First, Malaysia is often considered as a model Islamic country. Islamic law is a source of law in Malaysia. The Islamic law legal system in Malaysia operates in parallel with a common law legal system. The two systems of law generally are in harmony with one another. Nevertheless, occasional cross-jurisdictional issues do arise, and when they do, the Malaysian judiciary has been quite efficient in solving them. The Malaysian experience in maintaining such harmony between the two legal systems provides lessons for a number of countries facing such challenges. Second, Malaysia has a developed Shari’ah court system that interprets and applies Islamic law predominantly based on the Shafi’i school of thought. While, for the most part, the approach has been successful, there have been times when the implementation of the law has raised concerns as to the compatibility of Islamic law with modern principles of human rights and common law-based values. Third, there have been cases where Islamic law implementation in Malaysia has gained global attention due to the potential for wider international implications. To do justice to this complex area, the book calls on scholars and practitioners who have the necessary expertise in Islamic law and its implementation. As such, this book provides lessons and direction for other countries that operate a dual system of secular and Islamic laws.

As such, this book provides lessons and direction for other countries that operate a dual system of secular and Islamic laws. This book examines the challenges of the implementation of Islamic law in Malaysia.

Science & Technology in the Islamic World

THE UNITY OF SOCIAL AND NATURAL SCIENCES AND THE UNITY OF SCIENCE AND THE QURAN * Engr . Taufiq Rushdi ** ( This brief paper contains several thought - provoking ideas ... result in rahmatan lil - alamin i.e , welfare for all ( 19 .

The Islamic Traditions of Cirebon

Ibadat and Adat Among Javanese Muslims

It came as a “ grace for the whole universe ( rahmatan lil- ' alamin ) not as a condemnation . Through its genius , any time and anywhere it was ready to accommodate , absorb or be adopted by other traditions .