Daftar Isi A. Pendahuluan B. Pengertian Fiqih Muamalah C. Fiqih Muamalah dan Ekonomi Syariah D. Islam dan Muamalah 1. Islam Tidak Menciptakan Muamalah Baru 2. Kaidah Umum Bukan Aturan Teknis 3. Berland
Daftar Isi A. Pendahuluan B. Pengertian Fiqih Muamalah C. Fiqih Muamalah dan Ekonomi Syariah D. Islam dan Muamalah 1. Islam Tidak Menciptakan Muamalah Baru 2. Kaidah Umum Bukan Aturan Teknis 3. Berland
Sebagai landasan filosofis bagi tegaknya suatu ilmu, peran Filsafat Ilmu dalam struktur bangunan keilmuan tidakbisa disangsikan lagi. Filsafat ilmu banyak menawarkan pola pikir dengan memperhatikan objek dan subjek ilmu, termasuk pola pikir logika sebagai bagian inheren di dalamnya. Bahkan filsafat ilmu merupakan instrumen dalam proses penggalian suatu ilmu, sekaligus memberikan kerangka pada rangkaian kegiatan keilmuan. Demikian signifikansi filsafat ilmu dalam konteks pengembangan keilmuan. Buku ini merupakan kumpulan tulisan yang saya tulis sejak berada di Mesir, saat strata satu, dan secara khusus saat aktif menulis di Jurnal OASE (Media silaturahmi ICMI Kairo).Ê Saat belajar filsafat ilmu di IAIN Bandung, (kini UIN) penulis merilis tema demi tema sesuai judul-judul dalam buku filsafat ilmu. Kemudian saat kuliah program doktoral di UIN Jakarta, tema-tema yang berkaitan kembali satu per satu dirangkai untuk melengkapi keutuhan tematik kajian filsafat ilmu. Dalam buku ini diperkaya penulisannya ketika penulis terlibat mengajar matakuliah filsafat ilmu di IAIN Batusangkar dalam rentang 5 semester. Kekuatan buku ini terletak pada tema pembahasan yang dirilis berdasarkan kebutuhan tematik para mahasiswa pascasarjana. Lewat diskusi-diskusi yang intensif, para mahasiswa memberi sumbangan ide bagi penulisan buku ini yang disampaikan melalui pertanyaan-pertanyaan dalam diskusi. *** Persembahan penerbit Kencana (Prenadamedia Group)
Bahkan filsafat ilmu merupakan instrumen dalam proses penggalian suatu ilmu, sekaligus memberikan kerangka pada rangkaian kegiatan keilmuan. Demikian signifikansi filsafat ilmu dalam konteks pengembangan keilmuan.
Kajian Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Akad-akad Muamalah Kontemporer
Kajian filsafat hukum ekonomi syariah merupakan cabang dari studi filsafat hukum Islam secara umum. Sebab itu, jika kajian filsafat hukum Islam masih bersifat umum yang memuat seluruh topik kajian hukum Islam, mulai dari ibadah, muamalah, munakahah, siyasah, hingga jinayah (hukum pidana Islam), maka kajian filsafat hukum ekonomi syariah akan berfokus pada kajian filosofis hukum-hukum yang berkaitan dengan muamalah maliyah kontemporer atau yang sering disebut sebagai hukum ekonomi syariah. Buku ini akan lebih spesifik membahas aspek filosofis akad-akad muamalah kontemporer yang merupakan basis pengembangan dan inovasi akad-akad produk di perbankan syariah. Ini dikarenakan literatur yang secara spesifik membahas topik ini masih sangat langka dan sangat dibutuhkan untuk membantu mahasiswa dalam memahami aspek filosofis hukum ekonomi syariah yang menjadi matakuliah di berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta. Kehadiran buku ini, diharapkan mampu mengisi kekosongan ini dan sekaligus berguna bagi mahasiswa dalam memahami nilai filosofis akad-akad muamalah kontemporer di dunia perbankan syariah. Buku ini layak dijadikan bahan ajar bagi matakuliah Filsafat Hukum Islam atau Filsafat Ekonomi Syariah yang diajarkan di program studi Perbankan Syariah, Ekonomi Syariah, Hukum Ekonomi Syariah dan program studi lainnya yang relevan di perguruan tinggi Islam, STAIN, IAIN, dan UIN serta perguruan tinggi swasta lainnya yang menawarkan matakuliah yang sama Buku persembahan penerbit PrenadaMediaGroup
Daftar Isi .................................................... 4 A. QS. An-Nisa’: 3 dan Terjemah Harfiyyah ...... 5 B. Tafsir Ijmali ............................................ 7 C. Asbab an-Nuzul ........................................ 9 D. Tafsir Fiqih ............................................ 12 1. Pengertian Poligami .................................. 12 2. Hukum Asal Poligami ................................ 12 3. Syarat Kebolehan Poligami ....................... 15 a. Mampu Secara Harta ................................... 15 b. Tidak Lebih Dari 4 Orang Istri ....................... 15 c. Dapat Berlaku Adil ........................................ 16 4. Istri Mensyaratkan Tidak Berpoligami Saat Akad Nikah .................................................... 17 5. KHI (Kompilasi Hukum Islam) .................... 20
Daftar Isi .................................................... 4 A. QS. An-Nisa’: 3 dan Terjemah Harfiyyah ...... 5 B. Tafsir Ijmali ............................................ 7 C. Asbab an-Nuzul ....................................... ...
Daftar Isi .................................................... 4 A. QS. An-Nisa’: 29 ....................................... 6 B. Tafsir Ijmali ............................................ 7 C. Munasabah Ayat ...................................... 10 D. Asbab an-Nuzul ....................................... 11 E. Tafsir Fiqih ............................................. 14 1. Larangan Atas Junub ................................ 14 a. Larangan Atas Janabah Secara Umum .......... 14 1) Shalat ........................................................ 14 2) Sujud Tilawah ............................................ 15 3) Thawaf ...................................................... 15 4) Memegang atau Menyentuh Mushaf ....... 16 5) Melafazkan Ayat-ayat Al-Quran ................ 17 6) Berdiam Diri Di Masjid .............................. 18 b. Larangan Atas Wanita Haid dan Nifas Secara Khusus ............................................................. 19 1) Jima’ .......................................................... 19 2) Puasa ......................................................... 22 2. Fiqih Safar ................................................. 23 a. Pengertian Safar ........................................... 23 b. Rukhshoh Ibadah Dalam Kondisi Safar ......... 24 1) Keringanan Dalam Ritual Bersuci .............. 24 2) Keringanan Mengqashar Shalat ................ 24 3) Keringanan Menjama’ Shalat .................... 25 4) Gugurnya Kewajiban Shalat Jumat ............ 25 5) Bolehnya Shalat di Atas Kendaraan .......... 26 6) Keringanan Tidak Berpuasa Ramadhan .... 27 c. Ketentuan Safar Sebagai Rukhshoh Ibadah .. 28 1) Niat Melakukan Safar ................................ 28 2) Keluar Rumah atau Melewati Batas Kota.. 30 3) Jarak Minimal ............................................ 32 d. Kapankah Seorang Musafir Mulai Mengqoshor Shalatnya? ....................................................... 35 1) al-Wathan al-Ashli ..................................... 36 2) Wathan al-Iqamah .................................... 38 3) Wathan as-Sukna ...................................... 41 e. Berakhirnya Status Musafir .......................... 43 1) Tiba di Rumah (al-Wathan al-Ashli) .......... 43 2) Niat Untuk Menetap Selama-lamanya (al-Wathan al-Ashli) ..................................................... 44 3) Niat Untuk Menetap Lebih Dari 4 atau 15 Hari (Wathan al-Iqamah)........................................ 45
Daftar Isi .................................................... 4 A. QS. An-Nisa’: 29 ....................................... 6 B. Tafsir Ijmali ............................................ 7 C. Munasabah Ayat ............................ ...
Daftar Isi A. Ketentuan Al-Quran Waris Suami Istri 1. Suami Wafat 2. Istri Wafat B. Harta Suami Istri Tercampur Tidak Jelas C. Harta Almarhum Dikuasai Istri 1. Hak Istri Hanya Seperdel
Daftar Isi A. Ketentuan Al-Quran Waris Suami Istri 1. Suami Wafat 2. Istri Wafat B. Harta Suami Istri Tercampur Tidak Jelas C. Harta Almarhum Dikuasai Istri 1. Hak Istri Hanya Seperdel
Daftar Isi Muqaddimah A. Pertama : Menyamakan Bagian Anak Laki-laki dan Perempuan 1. Ketentuan Allah Langsung dalam Al-Quran 2. Alasan Tidak Benar a. Benar-benar Tidak Tahu
Daftar Isi Muqaddimah A. Pertama : Menyamakan Bagian Anak Laki-laki dan Perempuan 1. Ketentuan Allah Langsung dalam Al-Quran 2. Alasan Tidak Benar a. Benar-benar Tidak Tahu
Hilangnya ilmu faraidh yang diingatkan oleh Rasulullah SAW dahulu, sekarang nyaris hampir terbukti. Bukankah ilmu faraidh ini semakin langka diajarkan orang, dan semakin sedikitnya para muballigh yang paham dan mampu mengajarkannya kepada umat Islam.<