Setahun kemudian, lahir sebuah perkumpulan yang lebih besar, sebuah badan
yang lebih moderat, yakni The National Association of Evangelicals,
diorganisasikan. Pada perkembangan selanjutnya, kaum "fundamentalis" Kristen
itu ...
Buku Filsafat Hukum Islam: Paradigma Filosofis Mengais Kebeningan Hukum Tuhan, memiliki kekhasan tersendiri yang jarang terdapat dalam buku sejenis, di antaranya; pertama, sistematika buku ini dirancang sesuai dengan kurikulum matakuliah filsafat hukum Islam di semua perguruan tinggi agama Islam, baik negeri maupun swasta, sehingga dapat dengan mudah diakses oleh mahasiswa maupun peminat kajian serupa; kedua, pada tingkat epistemologi buku ini banyak menghadirkan integrasi dengan ilmu-ilmu modern; ketiga, menyuguhkan banyak contoh dengan pendekatan falsafati mengenai kasus hukum Islam yang terdapat di masyarakat. Oleh karena itu, buku ini merupakan salah satu karya yang sangat penting dijadikan rujukan oleh mahasiswa maupun peminat kajian. Buku persembahan penerbit PrenadaMediaGroup
Buku Filsafat Hukum Islam: Paradigma Filosofis Mengais Kebeningan Hukum Tuhan, memiliki kekhasan tersendiri yang jarang terdapat dalam buku sejenis, di antaranya; pertama, sistematika buku ini dirancang sesuai dengan kurikulum matakuliah ...
Kajian filsafat ketuhanan dijabarkan buku ini ke dalam 8 bab utama. Pada setiap bab akan memberikan penjelasan mengenai pokok materi yang terkandung dalam filsafat ketuhanan, antara lain yaitu ketuhanan dalam dimensi abad pertengahan, modern, dan post modern, tauhid dan filsafat ketuhanan, mengapa manusia percaya kepada tuhan, mengungkap sakralitas dan profanitas, bahasa agama, islamisasi ilmu pengetahuan, agnostisisme, teologi pembebasan.
Islam has become an important symbol in post-Suharto Indonesia, and political figures or parties feel they cannot afford to be seen to be against the religion or be considered unfriendly to it. Islamism emerges to challenge Pancasila (or cultural pluralism) again. Islamists already challenged Pancasila soon after Indonesian independence. But during that initial era under Sukarno, this challenge was already under control. Under Suharto, Pancasila as an ideology was effectively used to govern Indonesia, and political Islam was suppressed. However, Suharto began to co-opt Islamic political leaders during the last decade of his rule. Religious Islam grew significantly during the Suharto era and would gradually transform itself into political Islam after Suharto’s fall. Nevertheless, the electoral strength of “Islamic political parties” remained relatively low. But since then, Islam has been used as an effective tool to undermine political rivals. The pluralists who are now in power continue to promote Pancasila, and combining with moderate Islamic organizations and through laws and regulations, have tried to hinder the further development of Islamist organizations. The future of Pancasila depends on whether the Indonesian government and other pluralist forces are able to control the Islamists and provide political stability and economic development in the country.
Islam has become an important symbol in post-Suharto Indonesia, and political figures or parties feel they cannot afford to be seen to be against the religion or be considered unfriendly to it.
A Discursive Study on Muslim-christian Identity Transformation in Indonesian Post-reformasi Era
This book examines social identity transformations through interreligious relations in post-Reformasi Indonesia. It answers two questions: how do Muslims and Christians identify and position themselves and others; and what are the socio-cognitive effects of their identification and positioning? The objectives are, first, to gain insight into the relation between religious discourse and (the lack of) social cohesion, and, second, to contribute to a theory and method of studying interreligious relations. The study is based on 24 focus group discussions in Surakarta (Central Java), making a critical discourse analysis of them. The book concludes that the interviewees use various classifications to identify and position themselves and others, although these are not fixed but fluid, depending on specific situations and interests. The book advocates for a shift from the 'social identity' theory to a 'multiple identity' theory for studying religion and interreligious relations. (Series: Interreligious Studies - Vol. 6)
«Public Religion» and the Pancasila-Based State of Indonesia: An Ethical and Sociological Analysis analyzes the public role of religion in Indonesian society from the pre-independence period to the end of Suharto's New Order government. It offers constructive suggestions regarding how Indonesian religion can play a significant role within the framework of Pancasila, Indonesia's national ideology. Based on a Christian-Muslim dialogue, it is only within the realm of civil society that Indonesian religion will be able to promote the ideas of democracy, tolerance, and human rights in Indonesian public affairs. In short, far from being anti-pluralist, Indonesian religion evolves as a liberating force in the life of society, nation, and state.
«Public Religion» and the Pancasila-Based State of Indonesia: An Ethical and Sociological Analysis analyzes the public role of religion in Indonesian society from the pre-independence period to the end of Suharto's New Order government.
Understanding Islam Through Its Goals Islam Simplified i s based on a series of l ectures i n Arabic by Dr. Tareq AlSuwaidan. The Al-Islam Bi Basatah ( الاسلام ببساط ة ) was aired during Ramadan 2020 on Dr. AlSuwaidan’s new channel, suwaidan.tv, which i s a digital platform focusing on Leadership & Mastery. The channel has been developed by Dr. AlSuwaidan to give you the flexibility of watching at your own pace.
This book discusses the why, what and how of Rahmatan lil-Alamin as the higher
objective of humanity. It presents a practical understanding of the purpose of
creation and humanity to improve the individual and collective well-being of ...
Ketika di berbagai tempat kita mendapati wajah Islam yang semakin hari semakin jauh dari apa yang dijargonkan oleh Islam sendiri, yakni sebagai agama yang rahmatan lil alamin, sudah sepantasnya kita merenungkan kembali, pola beragama bagaimanakah yang selama ini kita jalani. Wajah Islam terlihat semakin hari semakin garang. Islam hadir seolah menjadi wasit yang tangannya gatal ingin mengeluarkan kartu kuning dan kartu merah bagi siapa saja yang dianggap salah. Islam sekarang menjadi Islam yang reaktif, bukan Islam yang inspiratif. Buku ini adalah salah satu usaha untuk mengajak pembaca merenung kembali bahwa Islam adalah inspirasi. Islam adalah agama yang ramah, yang mengajarkan pemeluknya untuk bersikap santun, bukan saja kepada sesama manusia, namun juga kepada seluruh alam dan seisinya.
Ketika di berbagai tempat kita mendapati wajah Islam yang semakin hari semakin jauh dari apa yang dijargonkan oleh Islam sendiri, yakni sebagai agama yang rahmatan lil alamin, sudah sepantasnya kita merenungkan kembali, pola beragama ...
Buku ini layaknya kumpulan artikel yang membahas keunggulan Islam sebagai agama rahmatan lil 'alamin. Moeslim Abdurrahman berusaha untuk mengemukakan bahwa Islam yang memiliki banyak kajian terkait pola komunikasi dan sosial. Terutama pola hubungan antara individu satu dengan yang lainnya, termasuk mereka yang berbeda agama.
Buku ini layaknya kumpulan artikel yang membahas keunggulan Islam sebagai agama rahmatan lil 'alamin. Moeslim Abdurrahman berusaha untuk mengemukakan bahwa Islam yang memiliki banyak kajian terkait pola komunikasi dan sosial.