Sebanyak 17979 item atau buku ditemukan

PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN DI SEKOLAH DASAR

Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada dasarnya ditekankan pada keutamakan kemampuan untuk berkomunikasi, berpikir, mempertajam perasaan dan kemampuan mengapresiasikan sastra. Kemampuan untuk berkomunikasi di sini mencakup empat kemampuan pula, yaitu kemampuan menyimak, kemampuan berbicara, kemampuan membaca dan juga kemampuan menulis. Membaca merupakan salah satu soko guru pendidikan pengajaran. Membaca merupakan syarat mutlak memasuki majelis ilmu. Dengan mempunyai keistimewaan membaca mampu meliputi tembok tinggi formalitas keilmuan. Buku yang berjudul Pembelajaran Membaca Pemahaman di Sekolah Dasar ini berisi 9 (sembilan) bagian pembahasan, yaitu Pendahuluan, Pembelajaran, Membaca, Ciri Pembaca yang Baik, Faktor yang Mempengaruhi Membaca, Tujuan Membaca, Jenis-jenis dan Metode Membaca di Sekolah Dasar, Membaca Pemahaman, dan Pembelajaran Membaca Pemahaman di Sekolah Dasar.

Buku yang berjudul Pembelajaran Membaca Pemahaman di Sekolah Dasar ini berisi 9 (sembilan) bagian pembahasan, yaitu Pendahuluan, Pembelajaran, Membaca, Ciri Pembaca yang Baik, Faktor yang Mempengaruhi Membaca, Tujuan Membaca, Jenis-jenis ...

Psikologi Abnormal: Dasar-Dasar, Teori, dan Aplikasinya

Buku Psikologi Abnormal: Dasar-Dasar, Teori, dan Aplikasinya ini sangat penting dan dibutuhkan. Melihat konteks masyarakat hingga sekarang, fenomena gangguan mental sering sekali ditemukan, termasuk gangguan abnormalitas. Masyarakat kita sekarang masih sakit dan mental disorder kecenderungannya masih stabil, bahkan naik. Kecenderungan menurun belum kunjung tampak. Pada sisi inilah, buku ini sangat penting dan dibutuhkan kehadirannya. Menariknya lagi, buku ini fokus pada gangguan abnormalitas pada individu dengan uraian yang sangat rinci. Dimulai dari uraian tentang gangguan autisme, gangguan attention defisit hyperactive disorder, oppositional defiant disorder, dan conduct disorder, gangguan kecemasan, gangguan suasana hati (depresi), skizoprenia, gangguan bunuh diri, gangguan penyalahgunaan napza, gangguan kepribadian, gangguan makan, gangguan retardasi mental, hingga gangguan disfungsi dan penyimpangan seksual. Buku ini sangat layak menjadi acuan mahasiswa psikologi dan bimbingan konseling yang telah mengambil mata kuliah psikoterapi dan bimbingan konseling. Akan tetapi, buku ini penting juga untuk psikolog maupun psikiater, karena buku ini secara komprehensif dan detail memasukkan diagnosa dan etiologi gangguan jiwa, emosi, dan dinamika psikologis. Bahkan, buku ini juga dapat dibaca masyarakat umum yang tertarik mengetahui dan memahami bagaimana bentuk-bentuk gangguan jiwa beserta penyebabnya.

juga percaya bahwa yang mereka pikirkan atau bicarakan di dalam hati dapat disiarkan ke luar, sehingga orang dapat mendengarkan yang ada di pikiran dan hatinya, ini yang dinamakan sebagai thought broadcasting.

MENGAJAR DAN BELAJAR MENJADI GURU SEKOLAH DASAR

Menjadi seorang guru ibarat seorang petani yang berusaha untuk menjadikan tanamannya menghasilkan panen yang melimpah. Maka petani tersebut memupuki, mengusir hama dan membersihkan rumput pengganggu lainnya. Sama hal dengan guru, menyalurkan pengetahuan, memberi contoh, membimbing siswa untuk tumbuh menjadi lebih baik sampai pada mengarahkan siswa untuk bisa keluar dari kesulitan yang dihadapi disekolah dari aspek belajar, pribadi, sosial dan bahkan karier.Buku ini terdiri dari enam bab. Setiap pembahasan bab merupakan serangkaian kemampuan yang harus dimiliki oleh sertiap pendidik, terlebih khusus calon guru sekolah dasar. Selain itu membantu para mahasiswa, pengajar dan pencinta bacaan pendidikan untuk menambah referensi. Adapun gambaran dari buku ini adalah, Bab 1 Menyajikan kompetensi yang harus dimiliki guru, Bab 2 pentingnya mengelolah kelas secara fisik dan psikis, bab 3 mengurai kekuatan dari pemanfaatan media belajar, bab 4 tentang hasil belajar siswa, bab 5 tentang cara-cara mendiagnosis dan membantu siswa yang bermasalah dalam belajar, dan bab 6 tentang kedudukan dan peran penting layananan bimbingan dan konseling di sekolah dasar

Menjadi seorang guru ibarat seorang petani yang berusaha untuk menjadikan tanamannya menghasilkan panen yang melimpah.

Nilai Dasar Logo Konseling

Buku ini memuat pemikiran penulis mengenai nilai dasar logo konseling yang merupakan perspektif teoretis terhadap konseling makna hidup yang bersumber pada spiritual dalam rangka meningkatkan kesadaran diri, penerimaan diri, ketegasan diri, tujuan hidup, tanggung jawab diri, integritas diri untuk menemukan makna dan tujuan hidup serta penghargaan atas dirinya. Nilai dasar logo konseling merupakan suatu proses pendidikan yang signifikan dan efektif karena memiliki: (1) nilai-nilai sikap sebagai sumber kekuatan menyikapi kondisi dan masalah yang dialami; (2) model Logo Konseling untuk Memperbaiki Low Spiritual Self-Esteem; (3) kompetensi dan integritas diri untuk mengeksplorasi nilai-nilai sikap; (4) penerimaan dan ketegasan diri untuk mengembangkan keyakinan inti seimbang dan asumsi berpikir positif; (5) transendensi diri untuk melakukan transformasi nilai dan modifikasi sikap; (6) realisasi makna yang berhubungan dengan pengendalian dan pengembangan diri untuk memperoleh healthy spiritual self-esteem dan menemukan meaning of life.

Nilai dasar logo konseling merupakan suatu proses pendidikan yang signifikan dan efektif karena memiliki: (1) nilai-nilai sikap sebagai sumber kekuatan menyikapi kondisi dan masalah yang dialami; (2) model Logo Konseling untuk Memperbaiki ...

MODEL PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

perilaku menabrak etika, moral dan hukum dari yang ringan sampai yang berat, kebiasaan mencontek pada saat ulangan atau ujian, kenakalan remaja, tawuran antar pelajar, kekerasan di kalangan pelajar, menurunnya etos kerja, rendahnya rasa hormat terhadap orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya ketidakjujuran, adanya rasa saling curiga dan benci di antara sesame, meminum minuman keras (mabuk-mabukan), pergaulan bebas, ngisap lem, gaya hidup hura-hura (hedonisme), penyalahgunaan obat-obat terlarang, maraknya geng pelajar dan geng motor, kekerasan (bullying) dan tindakan kriminal seperti pemalakan, penganiayaan, bahkan pembunuhan jelas menunjukkan kerapuhan karakter yang cukup parah dan salah satunya disebabkan oleh tidak optimalnya pengembangan karakter di lembaga pendidikan di samping karena kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Untuk itu perlu dicari jalan terbaik untuk membangun dan mengembangkan karakter manusia dan bangsa Indonesia agar memiliki karakter yang baik, unggul dan mulia. Sangat penting membangun karakter bangsa Indonesia di tengah arus globalisasi sebagai bentuk gerakan demokrasi (Budimansyah, D. 2009). Upaya yang tepat untuk itu adalah melalui pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting dan sentral dalam pengembangan potensi manusia, termasuk potensi mental. Melalui pendidikan diharapkan terjadi transformasi yang dapat menumbuhkembangkan karakter positif, serta mengubah watak dari yang tidak baik menjadi baik. Ki Hajar Dewantara (Usman & Eko, 2012) dengan tegas menyatakan bahwa pendidikan merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak. Jadi jelaslah, pendidikan merupakan wahana utama untuk menumbuhkembangkan karakter yang baik. Di sinilah pentingnya pendidikan karakter karena tujuan pertama pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah atau setelah lulus dari sekolah (Kesuma, 2011). Karena pada hakikatnya pendidikan karakter merupakan nilai inti dari upaya pembinaan kepribadian bangsa (Budimansyah, D., & Komalasari, K. 2011). Hal tersebut menjadi dasar perlunya ditanamkan nilai-nilai karakter di lingkup sekolah khususnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pada dasarnya tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk mengembangkan potensi murid agar mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar, peka terhadap masalah yang terjadi di masyarakat dan mampu mengatasinya baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat serta memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi. Oleh karena itu, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sangat berperan terhadap interaksi sosial murid guna membentuk karakter dalam mengembangkan potensi yang bermanfaat untuk diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara. Maka demikian, ilmu pengetahuan sosial yang bersentuhan langsung terhadap kehidupan sosial murid, perlu dirancang sedemikian rupa untuk membentuk kepribadian yang berkarakter dalam menopang pengalaman-pengalaman sosial untuk membangun potensi diri. Selain itu, ilmu pengetahuan sosial juga dirancang untuk mencapai tujuan bersama dalam membentuk hubungan dengan sikap dan keterampilan sosial. Dengan mengkondisikan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang kondusif, akan memungkinkan murid terlibat langsung dalam pembelajaran sebagai upaya mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, moral, dan keterampilan sosial. Murid mampu berperan serta dalam melakoni kehidupan masyarakat modern yang dinamis dalam rangka menyongsong era globalisasi. Pada akhirnya peran kritis yang diemban Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk membentuk warga negara yang baik dapat terwujud. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, mulai pendidikan dasar (SD/MI) hingga pendidikan tinggi (PT) pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial harus dirancang dan diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Dalam rangka pembentukan karakter murid sehingga beragama, beretika, bermoral dan sopan santun dalam berinteraksi dengan masyarakat, maka pendidikan harus disiapkan, dilaksanakan dan dievaluasi dengan mengintegrasikan pendidikan karakter di dalamnya khususnya pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Tingkatan kelas dalam Sekolah dasar dibagi menjadi dua yaitu masa kelas rendah dan masa kelas tinggi. Masa kelas tinggi Sekolah Dasar (9 tahun sampai umur 12 tahun) termasuk dalam kelas IV, V,dan VI memiliki ciri-ciri yaitu (1) Sudah mulai mandiri; (2) Sudah ada rasa tanggung jawab pribadi; (3) penilaian terhadap dunia luar tidak hanya dipandang dari dirinya sendiri tetapi juga dilihat dari diri orang lain; (4) sudah menunjukkan sikap yang kritis dan rasional (Boejest, 2013). Sedangkan menurut (Soloangsa, 2012) ciri-ciri pada masa siswa kelas tinggi (9/10-12/13 tahun) yaitu (1) Minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret; (2) Sangat realistik, rasa ingin tahu dan ingin belajar; (3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya bakat-bakat khusus; (4) Sampai usia 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya; (5) Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya, dan; (6) Gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Dalam permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan aturan permainan tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri. Sehingga pada tahap kelas tinggi sangat memungkinkan hasil pendidikan karakter sejak kelas rendah yang telah diajarkan atau diberikan oleh guru sudah mulai tampak hasilnya.

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS yang memuat pendidikan karakter. Guru mengintegrasikan nilai-nilai karakter kedalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) baik pada kurikulum tingkat satuan ...

Dasar-dasar Konseling Pastoral

elayanan konseling memiliki posisi penting dalam gereja. ISayangnya, pelayanan ini sering "dianaktirikan" dan dipandang sebelah mata. Padalhal, melalui pelayanan konselinglah kita akan menemukan akar permasalahan yang menghambat pertumbuhan umat dalam mengenal dan menyerap kebenaran firman Allah. Kerap kita mendengar jemaat mengeluh tidak diperhatikan, tidak dijawab kebutuhannya, dan tidak diberdayakan dengan baik. Seringnya umat berpindah-pindah gereja menjadi salah satu indikasi bahwa gereja masih perlu banyak belajar untuk membuat "domba- domba" merasa aman dan dihargai. Nah, pelayanan konseling pastoral mempunyai peran besar untuk menjawab tantangan ini. Selama pelayanan konseling tidak berfungsi dengan baik, banyak umat yang terlantar dan tidak diberdayakan secara maksimal. Buku ini menawarkan dasar-dasar yang mudah dipelajari, terutama bagi orang-orang yang ingin atau sedang membuka pelayanan konseling pastoral. Bahasa yang sederhana dan kiat-kiat praktis yang dipaparkan akan mempermudah kita untuk mempelajari cara-cara mengonseling. Buku ini juga bisa dijadikan pengantar pada kuliah konseling dasar.

Tetapi percakapannya tetap mendorong konseli menemukan solusi berdasarkan bimbingan konselor . Kalau konseli minta nasihat , konselor dapat mengajak konseli untuk berpikir . Misalnya , konseli bertanya : “ Pak , apa nasihat Bapak untuk ...

Perkembangan Peserta Didik Sekolah Dasar

KONTRIBUTOR: Dr. Ina Magdalena, M.Pd. Aditya Dwi Nokhriyana Alifah Oktania Alim Aqqil Nashrulah Annisa Dwi Pratiwi Asika Fauziah Della Destiana Febri Yanti Fitri Ramadanti Firsta Azzahra pasyah Hadana Nur Fauzi Hani Melly Mayanti Hasanah Fitriah Hilda Firliyansyah Irwan Kurniawan Kristin Novita Sari Sipayung Lusy Nur Rahmayani Novia Permata Sari Nurmanita Yuniawan Nurul Hasanah Nurul Rossatia Putri Indah Sari Raafiza Putri Rachmah Nurfitriah Rideva Az-zahra Rizka Surya Putri Syamsul Arief Sekartini Rikawan Syaputri Sholikhatu Tsania Siti Santi Milawati Sri Wulandari Pamungkas Tika Yuliyani Yollha Yuandrani Yulia Septina

KONTRIBUTOR: Dr. Ina Magdalena, M.Pd. Aditya Dwi Nokhriyana Alifah Oktania Alim Aqqil Nashrulah Annisa Dwi Pratiwi Asika Fauziah Della Destiana Febri Yanti Fitri Ramadanti Firsta Azzahra pasyah Hadana Nur Fauzi Hani Melly Mayanti Hasanah ...

Robohnya Asuransi Kami: Senjakala AJB Bumiputera 1912 - Jalan Terjal Menjaga Warisan Bangsa

Buku ini menunjukkan konsistensi dan perjuangan penulis menjaga warisan usaha bersama AJB Bumiputera 1912 sebagai asuransi mutual yang telah berumur lebih 100 tahun. Penulis membuka alternatif solusi lain mengembangkan asuransi ini melalui demutualisasi, tetapi tetap memberikan hak dan kedaulatan kepada anggota pemegang polis menentukan apa pun bentuk kelanjutan AJB Bumiputera 1912. Untuk melaksanakan amanat Pasal 33 UUD 1945, penulis tegas meminta pemerintah memperkuat bentuk asuransi dengan dasar hukum UU. Buku yang diperkaya dengan perbandingan bentuk asuransi mutual di berbagai negara dan perkembangannya memperkaya pengetahuan kita. Ternyata Bentuk usaha mutual terbukti tetap eksis dan memiliki daya tahan ketika krisis. Indonesia dengan norma konstitusi yang mengamanatkan pembangunan ekonomi yang berasaskan usaha bersama dan kekeluargaan _seharusnya tetap menjaga bentuk asuransi mutual ini.

Mutual di Berbagai Penjuru Dunia Sebagian ahli asuransi syariah bahkan meyakini bahwa bentuk usaha bersama asuransi atau mutual bahkan “lebih syariah “ daripada asuransi syariah yang berbentuk perseroan terbatas.