
ELITE MALING DAN POLITIK KAPITAL
Buku ini bagian dari keresahan dari nokhtah-nokhtah sosial-politik yang diwarnai isu-isu krusial baik itu soal kapitalisasi politik, predasi kekuasaan, patologi korupsi, distorsi nilai-nilai kemaslahatan, soal determinasi keadilan dan kesejahteraan yang dibelokkan oleh empirium narsisme politik para sekelompok elite-elite borjuis berdasi, dan lain sebagainya. Membicarakan politik kontemporer Indonesia tidak terlepas dari kontestasi demokrasi lokal maupun nasional dengan segala kultur aktor politiknya yang menampilkan dominannya epitome budaya dan perilaku elite sentrum: mencapai tujuan dengan jalan pintas (transaksional, korupsi), arogan, narsisme, menekan rakyat, mengabaikan nilai-nilai kebersahajaan, memuja materialisme masih lazim. Nilai sensitifitas sosial, afirmatif, kerap menjadi nilai yang hambar di tengah maraknya politik propaganda. Di Pilkada misalnya, rakyat digiring menuju kotak suara untuk mencoblos si-A, bukan karena kesadaran konstruktifnya, tapi karena instrumen politik yang memerintah dia. Ketimpangan tersebut sengaja dipelihara oleh struktur kekuasaan, supaya calon tertentu diuntungkan. Pola tersebut, mungkin tidak mematikan demokrasi seketika, namun yang jelas mengulur kematian demokrasi. Ia juga menegaskan, pemilu (pilkada) bukan soal voting saja, tetapi juga sensibilitas sosial terkait pentingnya akses dan partisipasi warga pemilih. Karenanya jika ada calon pemimpin yang mempersetankan hak prinsipil demokrasi rakyat demi kursi kekuasaan lima tahunan, sejatinya ia sedang ikut menahan laju demokrasi. Di bagian penutup buku ini diulasjuga perihal terkikisnya mutual trust dan krisis kognitif di masyarakat hingga mengakibatkan berbagai fenomena kekerasan berbasis agama. Suatu persoalan terkikisnya saling percaya di antara masyarakat sehingga mudah sekali memicu gesekan dan konflik dari hal-hal sepele.Ketika ruang kesalingpengertian bergeser ke ruang anomi, kecurigaan, gesekan antarkelompok akan dengan mudah terjadi dan menjalar cepat. Sentimen sektarianisme dan sentimen keagamaan masih menjadi stimulus utama lahirnya kekerasan.Berulang kali terjadinya kekerasan berwajah agama menandakan bahwa hakikat manusia sebagai homini socious (makhluk sosial) yang hidup dalam kecintaan, kasih, dan saling menyayangi bukanlah sesuatu yang taken for granted (ada dengan sendirinya), melainkan ia perlu diusahakan, dirawat, dan dihidupi secara berkeringat dan berdarah-darah di dalam relasi sosial. Bangsa ini sejatinya bisa mereduksi fanatisme dan kekerasan jika ada komitmen dan konsistensi radikal untuk mendewasakan cara pandang bahwa Indonesia adalah nation yang berciri keluarga bersama, yang hidup dalam satu cita-cita: sama-sama ingin mewujudkan bangsa berketuhanan dan berdaulat tanpa terhalangi oleh sekat identitas yang hanya akan mengerdilkan diri.
- ISBN 13 : 6025815895
- ISBN 10 : 9786025815898
- Judul : ELITE MALING DAN POLITIK KAPITAL
- Pengarang : Umbu TW Pariangu,
- Kategori : Political Science
- Penerbit : Zifatama Jawara
- Bahasa : id
- Halaman : 318
- Google Book : https://play.google.com/store/books/details?id=7OHcDwAAQBAJ&source=gbs_api
-
Ketersediaan :
Buku ini bagian dari keresahan dari nokhtah-nokhtah sosial-politik yang diwarnai isu-isu krusial baik itu soal kapitalisasi politik, predasi kekuasaan, patologi korupsi, distorsi nilai-nilai kemaslahatan, soal determinasi keadilan dan ...